Maska menunduk menatap kedua tangannya yang sedang diperhatikan oleh Nevan, "kenapa?" Tanyanya.
"Gak bawa apa-apa kamu?" Nevan beralih menatap Maska.
"Emang opa ngarep Maska bawa apa? Martabak? Halah, kayak baru kenal aja," Maska mengibaskan tangan di depan wajahnya.
"Kenapa kamu pacaran sama Cleirin?"
"Opa pertanyaan gitu banget sih, kenapa pacaran ya karena sama-sama suka dong." Cleirin duduk di sebelah Maska.
"Rencana putus kapan?" Tanya Nevan lagi membuat mata Maska dan Cleirin membulat.
"Makin opa-opa mulutnya makin julid ya," gumam Maska seraya menyentuh hidungnya.
"Saya denger ya," Nevan menatap lurus Maska.
Maska berdecak, "kenapa sih opa masih pake kata saya? Kita udah kenal dari Maska masih kecil, bisa dibilang sering ke sini juga tapi masih aja nyebut diri sendiri saya ke Maska."
"Heh, kamu itu bukan siapa-siapa saya, kamu belom jadi bagian dari keluarga saya jadi saya masih anggap kamu orang asing selama kamu belom nikah sama Cleirin." Ucap Nevan dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.
"Ya udah ntar selesai sekolah Maska sama Clei bakal langsung nikah,"
Cleirin tersenyum mendengar ucapan Maska barusan dan senyumnya menghilang ketika Nevan menatapnya dengan penuh peringatan.
"Saya gak restuin ya, cucu saya harus jadi wanita karier dulu, walaupun kamu bakal jadi penerus Randi gak akan saya kasih restu." Sedari tadi Nevan terus menunjukkan ekspresi datarnya, bukan karena tidak menyukai Maska namun pria itu merasa perlu melakukannya.
"Jangan sampe dedek bayi jadi solusi ya, Opa." Maska memiringkan kepala dan tubuh karena hampir saja ia terkena lemparan bantal yang dilayangkan oleh Nevan.
Nevan, Maska dan Cleirin yang sedang berada di ruang tamu menoleh saat mendengar suara siulan yang ternyata berasal dari Rafa yang baru saja memasuki rumah Nevan.
Nevan menatap Maska lalu Rafa yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Salah satu di antara kalian keluar, liat muka kalian aja udah engap saya." Nevan menunjuk bergantian Maska dan Rafa lalu menunjuk ke arah pintu utama rumahnya.
Maska dan Rafa saling pandang lalu menatap bingung Nevan yang terus memaksa salah satu di antara mereka segera keluar.
-temenzone-
Maska duduk di depan komputer seraya memainkan ponsel namun lebih tepatnya hanya memperhatikan gambar alias foto yang hanya menampakkan wajah Cleirin dari jarak yang dekat.
Maska memperbesar ukuran foto tersebut khususnya pada bagian bibir tipis Cleirin.
Maska menghela napas menyandarkan dan merenggangkan tubuhnya lalu termenung memperhatikan gambar-gambar super hero yang ada pada dinding.
"Gue lagi mikirin gimana caranya biar bisa kiss-an sama dia bukan gimana caranya ajak dia mau kiss-an sama gue, tanpa gue ajak toh dia tipe yang langsung nyosor." Gumam Maska sembari mengetuk-ngetukkan ujung ponselnya di meja.
Maska menjauhkan punggungnya dari sandaran kursi dengan senyum yang mulai tersungging, "goblok! Lo punya apart, Maska!"
Maska mengepalkan tangannya dengan senyum yang semakin tersungging dan tak lama laki-laki itu tertawa, sembari berjalan keluar kamar, Maska tidak henti-hentinya tersenyum sambil membayangkan kejadian esok hari di apartemennya.
Senyum Maska semakin merekah melihat hidangan makan malam yang ada di meja.
"Maska cepet duduk," ujar Kinan sambil mengisi piring dengan nasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temen Zone? [COMPLETED]
Teen FictionCleirin dan Maska adalah tetangga, karena hal itu mereka menjadi berteman. Pertemanan mereka terus berlanjut sampai keduanya duduk di bangku sekolah menengah atas atau SMA. Kebersamaan mereka terus tercipta hingga salah satu di antara mereka mulai...