"Denger kan apa kata Mama? Sekali lagi, Mama gak ngelarang kalo emang Maska mau temenan sama Clei tapi jangan sedeket dulu," pandangan Kinan jatuh pada suaminya yang baru saja datang atau lebih tepatnya pulang.
"Kok udah pulang?"
"Kan cuma meeting. Lagi ngomongin apa? Ekspresi kamu sama Maska keliatan serius gitu," Randi menatap sejenak Maska sebelum mengambil gelas.
"Soal Maska sama Cleirin," Kinan memperhatikan Maska yang ia sadari tampak terganggu dengan ucapannya.
Randi kembali menatap Maska dan tidak bertanya lebih jauh karena ia sudah tahu apa yang Kinan katakan pada Maska karena sebelumnya Kinan lebih dulu bercerita kepadanya.
"Maska, denger kata Mama?" Tanya Kinan karena Maska terus diam.
"Pasti gak gampang, apalagi Maska sama Cleirin udah temenan dari kecil." Sahut Randi duduk di hadapan Maska.
"Aku cuma minta Maska jangan terlalu deket sama Cleirin bukan jangan temenan lagi, Mas."
"Tetep aja itu susah, Maska sama Cleirin udah lengket banget kayak orang pacaran." Randi melirik Maska.
"Kamu mau kalo Maska kenapa-napa lagi karena nolongin Cleirin? Aku minta kayak gitu demi kebaikan Maska, aku yakin kalo Cleirin di jahatin atau diganggu Maska yang kenapa-napa. Hati aku sakit Mas kalo liat Maska luka-luka, babak belur, masuk rumah sakit." Kinan menyentuh dadanya beberapa kali seraya mengingat bagaimana kondisi Maska setelah menolong Cleirin.
"Bayangin, anak orang yang di jahatin tapi anak kita yang kenapa-napa. Gimana perasaan kamu sebagai orang tua?" Kinan bertanya langsung pada Randi.
Kinan menghela napas melihat Maska pergi dari dapur tanpa mengucapkan apapun, Kinan tidak menghentikan langkah Maska dan hanya diam seraya duduk di kursi yang Maska duduki tadi.
-temenzone-
Cleirin menoleh ke belakang memperhatikan Maska yang berjalan menuju barisan laki-laki bagian paling belakang dan berdiri di sana. Saat Maska menatapnya, Cleirin mengucapkan kata 'bego' tanpa mengeluarkan suara karena Maska tidak memakai topi dan dasi padahal upacara akan segera di mulai.
Walaupun Cleirin sering membuat guru terdiam dan geleng-geleng kepala, soal aturan memakai dasi dan topi setiap hari senin tidak pernah Cleirin abaikan. Dan Maska sengaja tidak memakai topi juga dasi karena dia dan teman-temannya sudah berjanji untuk tidak memakai dua barang tersebut.
"Minta di musuhi lo ya," Maska menatap sinis Jaiz yang tidak bisa diajak kompak karena laki-laki itu memakai topi dan dasi.
"Nyokap gue anjir yang nyodorin ini sama ini!" Jaiz menunjuk topi dan dasi.
"Kaidah lu Ja, Ja." Celetuk Dhefin sambil mendorong Jaiz hingga tubuh Jaiz menabrak murid perempuan yang juga berasal dari kelas yang sama dengan mereka.
Murid perempuan tersebut tidak marah dan hanya menatap sejenak Jaiz karena menabraknya. Lain cerita kalau Cleirin yang ditabrak.
Maska dan teman-temannya asyik sendiri di barisan paling belakang, bercerita, tertawa dan saling menghina satu sama lain sampai tidak peduli dengan pembina upacara yang sedang berpidato.
"Kalian yang di belakang, ke depan sekarang."
Semua arah pandangan tertuju pada Maska dan teman-temannya yang masih asyik tertawa, sepertinya mereka belum sadar jika mereka lah yang diminta untuk ke depan oleh pembina upacara.
"Eh, lo berempat di suruh ke depan tuh." Kata murid yang sempat Jaiz tabrak.
Maska dan teman-temannya diam dan terkejut ketika semua pandangan tertuju kepada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temen Zone? [COMPLETED]
Teen FictionCleirin dan Maska adalah tetangga, karena hal itu mereka menjadi berteman. Pertemanan mereka terus berlanjut sampai keduanya duduk di bangku sekolah menengah atas atau SMA. Kebersamaan mereka terus tercipta hingga salah satu di antara mereka mulai...