16. Wedding

4.8K 374 3
                                    

Assalamualaikum...
Haii selamat siang readers TGL...
Apa kabar? Aku baik kok, hehe
Aku comeback nihh, moga aja ada yang nyariin :v
Tenang², aku kembali sesuai dengan janjiku kemarin kok, aku gak mau PHP iin kalian readers setiaku, huhu...
Jangan lupa votment, ok?
Bye...bye...






'Jujur, dibenak aku saat ini ingin menghilang dari bumi ini, minimal lari dari kenyataan saja. Tapi melihat wajah Ayah dan Bunda yang melotot rasanya badanku hanya mampu bergeming saja.'
___Annisa Mutia Alvero___




--Happy Reading--




🌸🌸🌸

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu. Waktu begitu cepat berganti, untung saja doi kalian tidak ikut berganti, eh-. Dan tepat hari ini adalah hari pernikahan Nisa dan Rifki. Acaranya dilaksanakan di hotel bintang lima, semua rekan bisnis Ayah dan Papahnya turut hadir diacara pernikahan mereka.

Teman sekolah? Guru? Tidak. Mereka tidak mengundang teman sekolah ataupun guru, Nisa yang memintanya. Kecuali sahabat-sahabat Nisa dan Rifki.

Ceklek

"Assalamualaikum, sayang, maa syaa Allah cantiknya anak Bunda." Eva berbinar menatap anaknya yang begitu cantik hari ini.

"Waalaikumussalam, huaaa Bunda, hiks ... hiks ...." Nisa langsung berhambur kepelukan Eva dengan air mata yang sudah berjatuhan.

"Hust ... kok anak Bunda jadi cengen gini sih ... nanti make up nya luntur lho," goda Eva sambil menepuk-nepuk pelan punggung Nisa.

"Bunda ... Nisa takut," cicitnya lirih setelah melepaskan pelukannya.

"Gakpapa sayang. Perasaan takut itu sekarang memang wajar, tapi inget jangan coba-coba buat kabur," ancam Eva bermaksud bercanda.

"Ih ... Bunda gak asik ah." Nisa cemberut.

Eva terkekeh. "Udah-udah jangan gitu ah, jelek tau." Eva mengusap bekas air mata yang ada di pipi chuby Nisa. "inget pesen Bunda ya sayang, jika kamu nanti sudah menjadi seorang istri, nurut sama suami dan gak boleh melawan, karna surga dan nerakamu bukan ada pada kami lagi, tapi suamimu," lanjut Eva.

"Iya, Bunda."

"Ya udah nanti ada Rena sama Putri ke sini kan?" Nisa mengangguk. "kalo gitu Bunda ke bawah dulu mau ngeliat menantu Bunda." Eva terkekeh melihat Nisa yang melotot.

"Nyebelin."

Beberapa menit setelah Eva keluar dari kamarnya, Rena dan Putri akhirnya muncul juga di kamar Nisa.

"NISA, HUAAAA," histeris Putri memeluk Nisa.

"Demi apa, gue gak mimpi kan Ren?"

Pletak

"ANJIRRR, sakit bege. Kenapa di tampol sih." Putri mengusap-ngusap kepalanya karena mendapat jitakan dari Rena.

"Nah itu tandanya lo gak mimpi Jamilah!" ujar Rena geram.

"Gak gitu juga kali Suminten!" Putri mengerucutkan mulutnya sebal.

"Ih ... udah deh, gue panas dingin nih, malah berantem!" ujar Nisa geram sekaligus degdegkan.

Mereka hanya membalas dengan cengiran tanpa dosa.

"Sumpah, Nis! Kagak percaya gue, pas gue dapet undangan weeding lo, gue kira lo becanda," cerocos Rena.

"Ya kali gue becanda urusan begini, gak lucu tau."

"Gue juga syok! Tau gak gue saat itu pengen langsung datang ke rumah lo buat mastin." Sekarang Putri yang berbicara dengan heboh, sampai ia jingkrak-jingkrak mengepresikan kekagetannya.

"Terus kenapa gak datang?" tanya Nisa menaikan satu alisnya.

"Nah itu tuh ... penyakit mager gue langsung kumat saat itu," cengir Putri.

Mereka memutar bola matanya malas.

"Lo beneran nikah sama kak Rifki? Anak kelas dua belas itu? Yang suka berantem sama lo itu?" Siapa lagi kalo bukan Putri yang bertanya, keponya tingkat tower.

"Iya," jawab Nisa lesu.

"WHAT!" kaget mereka kompak.

"Gue kira lo dekat sama Kak Kiki karna orang tua kalian sahabatan gitu," sambung Rena.

"Tuh kan apa kata gue, cinta sama benci itu beda tipis, buktinya sekarang kalian jodoh kan, dan lo kemakan sama omongan lo sendiri!" ejek Putri mengebu-ngebu.

"Gue dijodohin Saepul!" Nisa melempar bantal sofa hotel ke Putri.

"Berarti lo akan jadi kakak ipar gue," guman Rena.

Nisa menoleh cepat ke arah Rena. "Wait, kakak ipar? Maksud lo?"

Rena mengangguk. "Iya, kak Kiki kan? Berarti sama sepupu gue dong," jawab Rena.

"What sepupu lo?" ulang Nisa, ia sedikit terkejut. Sedikit ya, karena sebelumnya Nisa sudah curiga sama kedekatan mereka. Tapi rasa curiganya hanya ia pendam, jika diutarakan takutnya sahabatnya ini salah paham dan berujung banyak bertanya.

"Ho'oh, jadi ya, Nis sih kak Rifki itu sepupunya Rena," jelas Putri.

"Kok lo gak kasih tau gue sih." Nisa menghentakan kakinya, kesal.

Rena menoyor kepala Nisa. "Heh! Sih curut. Gue saat itu mau ngomong, tapi keburu lo di tarik oleh kak Kiki. Inget gak lo pas kita ketemu dia di toko buku dua minggu yang lalu?"

'Ohh jadi Rena sepupunya manusia es, pantesan kemarin kayak akrab banget, hampir aja salah paham gue,' batin Nisa.

🌸🌸🌸

Semoga kalian tetap syukak yaww...
Partnya terlalu pendek? Sengaja. Karna aku nulis gak tergantung dari seberapa target wordnya tapi seberapa berkembang ide ku, wkwk

Kalo ada typo tandai ya gais.

Kuykuy bintang dan komentnya jangan lupa ;)

Salam manis___Penulis😘

The Gray Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang