20. Ghibahin Aja Terus

4.9K 402 8
                                    

Haii para readers ku.
Kabarku baik kok, hehe
Panggil aku Pita aja ya, biar lebih akrab gitu, mwhehe
Vote dulu sebelum baca, ok?.

Dan aku mau bilang sama yang suka silent reader gitu, kalo kalian menghargai sebuah karya seorang penulis setidaknya kasih vote yah walaupun gak di koment gitu  😢
Itu lho yang gambar bintang di pojok kiri bawah, itu tuh yang namanya vote 😋

Salam manis
Pita :D

Happy reading 💕

"Udah kayak whatsapp para jomblo aja, isinya group semua. Mana sepi, serem lagi. Nih kayak Whatsappnya yang lagi baca haha."
____Bagas Mahardika____

🌼🌼🌼

Mobil sport milik Rifki membelah jalanan kota Jakarta. Jalanan saat ini sedang ramai hingga beberapa kali mereka terjebak oleh macet, itu mungkin disebabkan karena jam makan siang sekaligus jam pulang untuk beberapa anak sekolahan. Meskipun suasana di luar mobil ramai, tapi tidak dengan suasana di dalam mobil sport milik Rifki. Sedari tadi hanya keheningan yang menemani bahkan sampai sekarang pun tidak ada yang mau mulai membuka pembicaraan.

Rifki hanya fokus menyetir dan Nisa ntah apa yang dilakukan gadis itu. Menghitung berapa banyak mobil mungkin? Atau motor? Nisa menghadap sisi luar jendela dengan mulut berkomat kamit seakan sedang menyantet kendaraan di sebelahnya.

Eh--.

Mobil sport Rifki memasuki perkarangan rumah kediaman keluarga Alvero, rumah Nisa. Setelah mobil berhenti sempurna, Nisa langsung saja keluar tanpa menoleh dan mengucapkan sepatah kata pun kepada Rifki.

Rifki menghela nafas pendek, lalu ia ikut turun. Membuka bagasi untuk mengeluarkan koper mereka dan tentunya dibantu oleh sopir pribadi keluarga Alvero untuk mengangkat koper mereka.

"Assalamualaikum, Bunda," salam Nisa lesu.

"Waalaikumussalam, eh adek Abang yang tercintah udah datang," jawab Kelvin heboh.

"Mana adek ipar gue?" Nisa mengidikan bahunya tak acuh dan bersalaman dengan Abang kamvretnya ini.

"Ayah sama Bunda mana?" tanya Nisa.

"Ayah keluar kota dua hari yang lalu, kalo Bunda mah ada di dapur. BUNDA YUHU, ANAK GADIS BUNDA NYARIIN NIH," teriak Kelvin di akhir ucapannya.

"GAK USAH TERIAK-TERIAK JUGA KALI, VIN." Bunda muncul dari dapur dan menghampiri mereka yang sudah duduk di ruang keluarga.

Nisa memutar bola matanya malas lalu menyalim tangan Bundanya. "Bunda juga barusan teriak."

"Hehe lupa, mana Rifki sayang?"

Panjang umur. Rifki muncul dari arah ruang tamu dengan membawa kopernya dan Mang Didin-supir pribadi keluarga Alvero di belakang Rifki membawa koper Nisa.

"Eh ini dia, mantu Bunda. Apa kabar sayang? Gimana-gimana Nisa gak bandel kan? Terus dia gak durhaka kan sama kamu?"

Rifki langsung menyalimi mertuanya. Ia tersenyum. "Ngak kok, Bun."

"Ih ... Bunda, Nisa ada di sini lho. Kalo mau gibah jangan di depan orangnya."

"Udah yok makan dulu, Bunda udah masak. Koper kalian biar mang Didin aja yang bawa," ucap Bunda menghiraukan Nisa.

Nisa mengerucutkan bibirnya. Kesal, ia menghentakan kakinya dan langsung pergi ke kamarnya yang di ekori oleh mang Didin.

🌼🌼🌼

Saat ini Rifki dan Kelvin sedang berada di ruang keluarga. Kelvin tidak habis-habisnya mengoda Rifki. Panggilan adek pun selalu Kelvin sematkan di depan nama Rifki guna meluncuri aksi jahilnya. Ya, kapan lagi ia bisa mengoda es kutub satu ini.

"Dek Rifki," panggil Kelvin yang langsung mendapat tatapan horror dari Rifki untuk yang kesekian kalinya.

Kelvin cengegesan. "Dek ipar," pangilnya lagi.

"Lo mau minta disalto ya, Vin! Berhenti manggil gue dek! Geli gue!"

"Ampun suhu." Kelvin mengatupkan kedua tangannya dan sedikit membungkuk sebentar. "adek gue gimana, Ki?" tanya Kelvin mengambil toples berisi kacang.

"Gimana apanya?" jawab Rifki mengangkat satu alisnya.

Kelvin memutar bola matanya. "Maksud gue, nakal gak? Bandel gak? Manja? Atau apa?"

"B aja," jawab Rifki.

"Astaga, susah ya bicara sama orang yang irit bicara."

Bola mata Kelvin menangkap keberadaan Nisa di anakan tangga terakhir. "Ki, asal lo tau ya, sebenarnya adek gue itu manja banget, terus bandel lagi, jarang mandi, bau ketek, jelek, hmm apa lagi ya," bisik Kelvin yang tidak seperti orang sedang berbisik, karena suaranya masih bisa di dengar oleh Nisa. Sebenarnya ia sengaja.

"YA TERUS. TERUS AJA GIBAHIN ORANG. Nunggu ayam beranak baru berhenti. Fiks minus akhlak," teriak Nisa sambil berjalan mendekati Kelvin. Ia sedang mempersiapkan tinjuan supernya untuk saudara serahimnya ini.

"Dih, siapa yang ngomongi situ. Geer amat mbaknya," balas Kelvin.

"Masih mau ngeles lo ya, Bang. Dikira gue budek apa!"

"Eh ... bukannya kemaren lo emang budek ya. Apa lo udah sembuh? ALHAMDULILLAH YA ALLAH ADEK GUE SEMBUH," dramatis Kelvin.

Rifki sedikit kaget dengan kelakuan kakak beradik ini. Maklum, ia hanya anak tunggal. Hanya sebentar, kemudian Rifki kembali lagi ke wajah datarnya dan hanya menyaksikan kakak beradik ini berdebat. Seru juga sepertinya. Di sini Rifki jadi tau kalo gadis ini barbar dan cerewet juga, tidak seperti omongan orang-orang yang mengatakan Nisa jutek dan dingin.

"BUNDA, ABANG NGESELIN IH," adu Nisa.

"KELVIN, ADEKNYA JANGAN DIUSILIN."

Nisa menjulurkan lidahnya ke arah Kelvin.

"KAMU JUGA NISA! UDAH GEDE. UDAH PUNYA SUAMI. BERHENTI SEPERTI ANAK KECIL. MALU SAMA SUAMI KAMU," teriak Bunda dari arah dapur.

Kelvin mendengus. "Dasar tukang ngadu! Tapi denger tuh kata Bunda."

"Nyenye."

"Noh, Ki bini lo. Di kandangi dulu gih biar jinak."

Yang diajak bicara tak acuh. Rifki hanya menatap keduanya datar.

"Sekate-kate lo! Lo pikir gue binatang apa."

"Iyain deh biar cepet." Kelvin teringat sesuatu. "Eh, by the way, jangan lupa kasih gue keponakan ya. Request ni, lima keponakan yang ganteng dan cantik-cantik ya," lanjut Kelvin.

Rifki yang mendengar itu tersedak sama ludahnya sendiri. Nisa? Dia sudah melotot dan melempar tatapan horror ke Kelvin. Melihat reaksi keduanya, Kelvin langsung meledakkan tawanya. Seru juga menjahili sepasang pengantin baru ini.

"Gak denger gak denger gue pake kacamata," jawab Nisa menutup telinganya.

"Ya udah, gak juga ngomong sama situ kok," balas Kelvin.

"Tunggu aja," ucap Rifki santai dan datar.

Orang yang melihatnya berpikir kalo ia serius. Nisa dibuat cengo. Refleks ia menyilangkan tangannya di depan dada.

"Asikkk, gue tunggu ya, Ki," goda Kelvin.

"KALIAN YAH KOK NGESELIN SIH," kesal Nisa dan berlalu ke dapur dengan berlari.

"Ditunggu juga ya, dek," pekik Kelvin kemudian meledakkan tawanya.

🌼🌼🌼

Jangan lupa vote and koment.

The Gray Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang