06. Penasaran Berujung Perasaan

5.6K 448 1
                                    

'Cinta yang hadir itupun sama samarnya seperti warna abu-abu.''


_Muhammad Rifki Mahendra_


----happy reading----

🌸🌸🌸


2 minggu telah berlalu, setelah kejadian di mana Rifki bertemu dengan gadis yang ingin dijodohkan oleh orang tuanya. Ntah setan apa yang berbisik kepada Rifki sampai dia yang awalnya tidak peduli sama sekali bahkan menentang hebat perjodohan ini, hingga beberapa hari yang lalu mencari tahu banyak tentang gadis yang bernama Annisa Mutia Alvero. Aneh, ia binggung sendiri dengan rasa ingin tahunya ini.

Rifki banyak mengetahui beberapa hal dari gadis itu, mulai dari nama panjangnya, kelasnya, dan satu hal yang paling dia kagumi adalah tentang gadis itu yang populer di sekolah karena kepintarannya. Tapi sayang, ia belum mengetahui satu hal yang sangat penting dari gadis itu. Sesuatu yang rahasia, bahkan Rifki pun tidak mampu menembus privasi itu kalo bukan dari Nisa sendiri yang membuka suara.


🌸🌸🌸

Rifki, Kelvin, dan Bagas sekarang sedang berada di kediaman keluarga Mahendra, rumah Rifki tepatnya rumah kedua orang tua Rifki.

'Kok gue suka ya lihat dia,' batin Rifki senyum-senyum sendiri.

Bagas yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Rifki yang jauh seperti biasanya dan ia menyadari bahwa temannya ini aneh mengarah ke gila.

Bagas mengernyit. "Vin, lo lihat tu teman lu, gila," bisik Bagas sambil mengisyaratkan bola matanya mengarah ke Rifki.

"Hah?" sahut Kelvin yang asik bermain PS tanpa menoleh ke lawan bicaranya. "gila gimana? Yang ada lo yang gila."

Bagas menoyor badan Kelvin, hingga membuat ia hampir saja game over. "Setan lo! Hampir aja kalah gue," maki Kelvin kesal.

"Lu sih, gue lagi serius juga," ucap Bagas menjeda. "tuh liat tuh, senyum-senyum sendiri ke arah lemari itu. Emang ada yang lucu ya sama lemari itu?" tanyanya polos.

Penasaran, Kelvin akhirnya meletakkan stik PS itu dan menoleh ke arah Rifki. Ia pun sama seperti Bagas, mengernyitkan heran. Kenapa temennya yang satu ini? Apa jangan-jangan kesambet pohon batang beringin di belakang sekolah? Pikir Kelvin.

"Ki," panggil kelvin.

"Ki."

"Rifki."

"WOY RIFKI," teriak Bagas geram diiringi lemparan bantal sofa tepat mengenai kepala Rifki.

"Anjing!" kaget Rifki dengan menatap tajam Bagas.

"Kenapa? Gue gak punya anjing! Anjing gue udah gue sumbangi sama yang lebih membutuhkan," ucap Bagas polos, ralat pura-pura polos sambil menyengir pepsodent.

Rifki memutar bola mata malas, bisa gila dia kalo terus-terusan menanggapi Bagas.

"Kenapa lo? Kesambet penunggu mana? Sampe senyam senyum sendiri gitu," ujar Kelvin penasaran.

"G-gak. Gak ada yang senyum," elak Rifki.

"Ebuset sih entong! Bukannya kami gak tau ya! Lo dari tadi itu senyam senyum sendiri ke lemari sono." Tunjuk Bagas ke lemari yang lebih tepatnya disebut gerobok dimana terdapat banyak koleksi guci Mamanya Rifki. "kesambet setan penunggu lemari sono lo ya? Ih ngeri, ternyata rumahnya Babang Rifki ada penunggunya," cerocos Bagas tidak jelas.

The Gray Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang