18. Menolak untuk Baper

5.5K 384 3
                                    

"Liat sahabat lagi jatoh, apa yang bakal lo lakuin? Ya kalo gue katainlah lalu ketawa paling keras, setelahnya baru ditolong. kalo menurut lo gimana?"
___Anindia Putri___




-----Happy Reading----


🌺🌺🌺


Detak jam menunjukkan pukul 20:00. Berutungnya cuaca malam ini sedang mendukung, seakan langit tau jika ada orang yang sedang bahagia. Lihatlah, betapa indahnya ciptan Tuhan yang sedang menghiasi langit di malam resepsi pernikahan Nisa dan Rifki. Tapi sayang, suasana bahagia itu tidak sampai ke hati Nisa. Ia kesal oleh semua ucapan Kelvin dan Rena yang terdengar seperti ledekan dan godaan untuknya dan Rifki itu. Bahkan yang lebih menjengkelkan, Rifki seperti biasa saja. Tidak ada ekspresi apapun di sana, wajahnya masih saja datar.

"Duh ... gak nyangka gue, lo secantik ini, Nis," ucap Rena histeris.

Nisa yang berbalut gaun pengantin biru dengan jilbab yang senada, dengan polesan make up begitu sangat cantik. Apalagi di sandingkan sama Rifki yang menggunakan jas berwarna senada dengan gaun Nisa yang membuat ketampanan Rifki berkali-kali lipat, mereka tampak seperti couple goals. Itu jugalah yang membuat tamu undangan tercengan, baper, dan kadang juga iri. Tidak terkecuali sahabat Nisa yang tingkat julidnya tinggi.

"Baru sadar mbaknya! Helow ... selama ini lo kemana aja sih." Nisa jengah. Dia rasanya ingin kabur ke kamar saja.

"Aelah sensi amat sih lo!" Rena mendengus. "kak hati-hati ya. Kalo Singa betina ngamuk bisa habis diterkam kakak!" lanjutnya kepada Rifki.

"Tenang aja, Ki. Kalo adek gue ngamuk, lo mati in aja lampu rumah lo. Gue jabanin langsung cosplay jadi patung dia." Nisa mengerucutkan mulutnya.

"Itu mah lo nyuruh gue mati bege! Kok lo jahat banget sih. Ogah deh gue anggap lo abang!" kesal Nisa.

"Aelah gue canda kali ...."

"Takut gelap?" Rifki menatap Nisa dengan wajah datarnya.

"Takut? Ngak! cuma ngak bisa aja."

Rifki mendengus. "Sama aja!"

"Iyain biar cepet." Nisa menatap dua orang yang berada di dekatnya ini. "Lo pada ngapain masih di sini! Udah sana turun! Masih banyak tamu yang mau foto sama gue," lanjut Nisa angkuh kepada kelvin dan Rena.

"Saelah, ngerasa jadi artis situ!" kesal Rena.

"Yeuw .... baru jadi artis sehari! Tapi udah belagu lu, dek." Kelvin menarik hidung Nisa pelan.

"HAHAHA."

"Malu gue lo ribut di sini! Turun sana!" Bukan, itu bukan suara Nisa, melainkan Rifki dengan suara dinginnya.

"Kalo lakinya udah ngomong gini, gue mah nurut aja. Daripada tinggal nama nanti," ucap Kelvin pura-pura takut kemudian langsung pergi diekori oleh Rena.

"Gak abis pikir gue punya Abang dan temen gitu amat," gumam Nisa kepada dirinya sendiri.

Rifki menoleh ke arah Nisa. "Lo ngomong?"

"Masak!"

"Oh, tapi I no love you," ucap Rifki santai.

Nisa melotot. "Idih, siapa yang bilang itu," kesal Nisa.

"Bilang apa?" Rifki mengangkat satu alisnya.

Sebenarnya tidak ada tamu undangan yang naik ke atas panggung untuk meminta foto ataupun bersalaman. Itu hanya sindiran dari Nisa saja, agar kedua makhluk menyebalkan tadi cepat segera turun.

"Ya bilang itu! Budek lo ya!"

Rifki semakin gencar mengoda Nisa, ia senang melihat wajah Nisa yang kesal. "Emang bilang apa?"

"Ih! Bilang I Love You," geram Nisa.

"Oh oke, I love you too," jawab Rifki tersenyum meledek tapi dimata Nisa seperti manis sekali.

Blus.

Jantung Nisa tiba-tiba saja bekerja lebih cepat. Perutnya seperti tergelitik. Ia merasakan atmosfer pada wajahnya yang memanas, untung saja blush on yang dipakainya cukup tebal. Jadi tidak tampak jika dia saat ini sedang salah tingkah, bisa malu dia kalo Rifki tau. Dan sekarang ia sedang berusaha mati-matian agar tidak membalas senyuman Rifki, gengsi.

Tunggu. Ada apa dengan dirinya? Kenapa dia bahagia dengan kalimat yang diucapkan Rifki itu? Padahal ia tahu kalo Rifki itu tidak serius dengan ucapan itu. Nisa menggeleng, ia mengelak dengan rasa itu. Tidak mungkin.

'Bercanda! Jangan baper!' peringatnya dalam hati.

"Kenapa muka lo? Salting?" Rifki menaikan satu alisnya.

Tersadar. Sepertinya ia ketahuan. Tapi ia tidak akan mengakui pertanyaan itu dengan mengangguk lalu menjawab iya. Ia menetralkan kembali jantungnya.

"Biasa aja."

"HALO AFREBADE! GAK PERCAYA GUE SUMPAH! SECEPET INI! OMAYGAT OMAYGAT" Bagas menepuk pipinya sendiri. "SAHABAT GUE UDAH JADI SUAMI ORANG DAN COMING SOON AKAN JADI BAPAK," teriak Bagas heboh.

Oke Nisa ucapkan terima kasih kepada Bagas, karena hal itu membuat Nisa dapat menutupi kegugupannya. Tapi ia tersadar dengan kata terakhir yang diucapkan Bagas. Nisa melotot dan menatap horror Bagas.

"Kamvret! Jangan teriak-teriak bisa!" Rifki menoyor kepala Bagas.

"Hehe, gue terhura tau. -Eh, terharu. Gak nyangka gue, lo nikah duluan dan secepat ini diantara kita bertiga," ucap Bagas terharu dan memeluk Rifki ala pria sebentar. "semoga samawa ya dua es kutub."

"Ululu zeyeng Nisa. Kok lo cantik banget sih malem ini, jadi iri kan gue!" pekik Putri histeris khas suara cemprengnya tapi tidak heboh seperti yang Bagas lakukan beberapa menit tadi.

"Ck, datang lagi dedemit satu," gumam Rifki.

"Lo berdua kok sama-sama absurt ya? Jangan-jangan jodoh. Kan jodoh cerminan diri," goda Nisa kepada Putri dan Bagas.

"WHAT!" teriak Bagas dan Putri kompak.

"Ogah gue!" lanjut Putri.

"Kenapa?" tanya Rifki.

"Malu-maluin tau."

Tak.

Nisa menjitak kepala Putri. "Ngaca woy."

Tidak sadarkah Putri jika ia juga sama. Sama-sama termasuk jenis orang seperti Bagas. Malu-maluin.

"Udah-udah kok pada rebutin akoh sih. Akoh tau kalo akoh ganteng," ucap Bagas alay.

"Najis."

Seolah teringat sesuatu, Putri segera mengutarakannya. Lumayan sebagai bahan ledekan.

"Tunggu. Lo bilang apa tadi Nis? Jodoh cerminan diri? Lah lo berarti." Tawa Putri meledak untuk beberapa detik membuat tiga orang yang ada di dekatnya mengernyit.

"Lo bilang jodoh cerminan diri. Haha ... Lo ngak sadar kalo itu lo dan Kak Rifki. Haha ... Kalian berdua itu ibaratkan kulkas berjalan. Sama. Haha ... Dan fiks kalian jodoh, buktinya udah sah. Haha ...."

Mampus.

Nisa baru paham. Ia seperti termakan sama ludahnya sendiri.

"Lah iya ya, hahah. Baru sadar gue. Haha ...." Oke, kali ini tawa Bagas menyatu bersama dengan tawa Putri. Sial, kedua orang ini emang harus segera dinikahkan.

"Gak gitu konsepnya."

🌼🌼🌼


Dirgahayu Republik Indonesia ke-75.
Terasa banget ya bedanya dengan 17an tahun kemarin? Ya semoga Bumi kita cepat membaik dari Covid'19.
Jaya selalu Indonesiaku untuk kini, nanti, dan selamanya.

Jangan lupa vote and koment ya!

The Gray Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang