11. Lamaran (2)

4.4K 407 0
                                    

Jangan lupa vote and komentnya ya!


'Ibarat buah simalakama. Mundur kena, maju juga kena. Berharapnya takdir mendukung, nyatanya tidak. Diem dan pasrah adalah cara terbaik yang gue lakukan saat ini.'
___Annisa Mutia Alvero___

-happy reading-

🌸🌸🌸


"Jeng ... anak kamu mana?" tanya Desi yang tidak melihat Mutia dan Kelvin sejak kedatangan tadi.

"Ohh itu di ...."

"Assalamualaikum, Bunda Ayah. Anakmu yang paling ganteng, pulang," teriak Kelvin di daun pintu utama, selanjutnya ia berjalan masuk dengan santainya.

Eva yang mendengar itu hanya tertawa malu melihat tingkah kekanakan putra sulungnya ini ketika di rumah. Vano mengusap wajahnya prustasi. Desi dan Dika sudah tertawa sejak tadi, sedangkan Rifki, dia mengernyit. Suara itu seperti familiar di telinganya.

"Eh ada tamu," cengir Kelvin mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sini kamu," ucap Vano. Kelvin menurut, setelah jarak ia dan Ayahnya sudah terkikis, Vano medaratkan tangan kananya ke punggung Kelvin.

"Ini anak sulung gue, Kelvin!" Tangan Vano yang masih setia bertenger di punggung Kelvin, mencubitnya. Kelvin menahan ringisannya, tidak sakit emang. Hanya saja cubitan Ayahnya membuat punggung belakangnya menjadi gatal.

"Hallo om tante. Kelvin," sapa Kelvin sambil menyalami semua orang tua di sana. Ketika ada kesempatan, dia mengaruk punggungnya yang gatal tadi. Beruntungnya gatal yang ia rasakan masih dapat dijangkau oleh tangannya.

Saat berada di sebelah kursi Rifki. "Eh lo, Ki. Ngapain?" ucap Kelvin sambil bertos ria ala pria kepada Rifki.

"Minta sumbangan," ucap Rifki asal.

Tak

Kelvin duduk di dekat Rifki. "Serius elah," Kelvin menoyor pelan lengan Rifki.

"Menurut lo?"

"Hehe, iyaiya. Numpang makan. Itu bokap lo ya?"

"Hemm."

"Kalian udah saling kenal ya?" tanya Eva karena melihat interaksi keduanya.

"Iya, Bun. Satu sekolah sama aku, lebih tepatnya kami sekelas," jawab Kelvin yang langsung merangkul bahu Rifki.

"Gak usah gini juga kali. Ntar lo suka sama gue." Rifki langsung melepas rangkulan Kelvin.

"Elah, geer amat sih lo. Gue belom belok kali," balas Kelvin jengah langsung mendorong bahu Rifki, untung saja Rifki bisa mengatur keseimbangan badannya sendiri hingga tidak terjatuh.

Orang yang berada di sana minus Dika, terkekeh melihat kelakuan keduanya.

"Jadi Kelvin ini anak lo Van ... oalah gak ada miripnya sama lo. Padahal sering main ke rumah," ucap Desi kepada Vano.

"Wajahnya ngambil dari Bundanya." Vano memberi jeda beberapa saat. Ia memperhatikan wajah Rifki dan Dika bergantian. "ternyata anak lo sama kayak lo ya, Ka," ucap Vano kepada Dika.

"Ya iyalah anak gue." Dika terkekeh garing.

"Dingin dan kaku," lanjut Vano yang membuat raut wajah Dika langsung datar. Kemudian terdengar tawa disana.

Nisa turun dari tangga denga mengenakan dress panjang warna pink senada dengan jilbabnya dan polesan make up tipis yang menambahkan kecantikan Nisa berkali lipat. Orang-orang di ruang makan tadi menoleh ke arah tangga. Rifki melongo melihatnya. Kelvin yang sadar kalo Rifki melihat adiknya itu langsung mengusap wajah tampan Rifki.

The Gray Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang