Selamat Tahun Baru Islam
1 Muharam 1442 H..
..
..
.."Cinta akan datang dengan sendirinya bukan? Jadi jalani dulu aja."
-----Muhammad Rifki Mahendra----_____Happy Reading____
❤❤❤
Kamar hotel || 23:12
"Akhirnya ketemu juga gue lo," ucap Nisa langsung merebahkan badannya di atas kasur.
"Sumpah pegel banget kaki gue, rasa mau copot," keluh Nisa kapada guling yang sekarang ia peluk.
Ceklek.
Terdengar derap kaki orang melangkah, Nisa yang masih dalam posisi rebahan tengkurap itu tahu siapa pemilik kaki itu. Sepertinya dia harus mulai terbiasa dengan kehadiran orang lain nantinya di kamar.
"Tamu yang diundangan berapa? Perasaan gue cuma ngundang Putri, Rena, sama Bagas. Tapi kok tamunya tadi kayak ngundang satu kampung," ucap Nisa kali ini sama Rifki.
Hening.
Karena tak mendapat jawaban dari Rifki, Nisa pun menoleh dan menemukan Rifki sudah rebahan di sofa dan menghadap ke sandaran sofa.
"Tidur lo ya? Belom bersih-bersih lo, jorok banget," kesal Nisa yang sekarang sudah duduk menghadap Rifki yang membelakanginya.
Dia tidak mengerti. Kenapa dia jadi begitu cerewet sekarang sama orang baru? Bagi Nisa, meskipun status mereka sudah berganti, tapi Rifki tetaplah orang asing. Sayangnya, hatinya menolak untuk itu.
"Woy! Muka tembok. Bangun dulu, bersih-bersih sana!" perintah Nisa melempar bantal ke arah Rifki.
Rifki yang sedikit lagi akan ke alam mimpi terlonjak kaget. Dia berbalik, kemudian duduk menghadap Nisa.
"Apa!"
Rifki menatap tajam Nisa. "Lo! Shh ... kenapa lagi hah!" geram Rifki.
Nisa memasang wajah datar. "Mandi dulu sana!" Nisa mengedikkan dagunya ke arah pintu kamar mandi.
Mengalah. Daripada ia terus meladeni Nisa dan berakhir ribut panjang, lebih baik ia menurut. Lagi pula badannya sudah lengket dan gerah sekarang.
Kenapa Rifki memilih tidur di sofa tadi? Itu karena gaun pengantin Nisa telah memenuhi ranjang tempat tidur. Rifki yang sudah kelelahan dan ingin cepat merebahkan punggungnya memelih sofa saja daripada ia harus berdebat dulu sama Nisa.
Lima belas menit telah berlalu dan Rifki sudah selesai acara bersih-bersihnya. Dia keluar dari kamar mandi dengan kaos oblong dan celana selutut.
"Ck, dia yang malah tidur."
Rifki baru saja keluar dari kamar mandi. Pandangan pertama yang ia tatap adalah Nisa dengan mata menutup dan badannya miring menghadap ke arah pintu kamar mandi. Sepertinya Nisa kelelahan, itu terlihat dari wajah lelahnya. Rifki iba untuk membangunkan istrinya. Ah bolehkah Rifki sekarang menyebut Nisa sebagai istri? Jika boleh jujur, dia menikahi Nisa bukan dasar cinta ataupun paksaan perjodohan. Ia setuju menikahi Nisa karena untuk menjawab pertanyaan atas perasaan yang dia alami selama ini saat bertemu Nisa. Rifki bingung sendiri dengan perasaannya. Ntah itu perasaan apa, yang jelas Rifki bersikap tak acuh. Sebercanda itu pernikahan menurut Rifki?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gray Love✔
HumorApa jadinya jika cowok dan cewek yang memiliki karakter dingin disatukan dalam ikatan pernikahan? Pernikahan mereka juga masih tergolong sangat muda di usia mereka yang masih duduk di bangku SMA. Tidak, mereka tidak kecelakaan hanya saja perjodohanl...