25. Mulai Mencintai?

4.5K 376 0
                                    

"Samar, seperti warna abu-abu. Ntahlah serumit itu menyakinkan diri bahwa itu cinta."
___The Gray Love___

Happy birthday---

Happy reading💕

🐭🐭🐭

Mobil Rifki membelah jalanan yang tidak seramai saat mereka pergi tadi. Selama itu juga, tidak ada yang mau membuka pembicaraan terlebih dahulu. Baik Nisa maupun Rifki, mereka masih betah bertahan dalam diam. Ya bukannya karakter mereka begitu? Jadi tidak ada kata bosan berada di dalam keadaan sunyi.

Setelah dua puluh lima menit, mobil mereka terpakir di perkarangan rumah Rifki. Nisa langsung turun dan memasuki rumah tanpa menatap Rifki terlebih dahulu.

Rifki menatap Nisa kemudian helaan nafas gusar berhasil lolos dari hidung mancungnya. Ia merasa bersalah. Tapi Rifki yang pada dasarnya bodoh dalam asmara, jadi dia tidak tau mau berbuat apa sekarang.

Nisa terus merutuki perbuatan teman-temannya tadi, dia tidak marah pada Rifki. Tapi setiap kali melihat wajah Rifki, dia malu. Walaupun itu sebuah permainan ToD, tapi faktanya Nisa duluan yang menyosor pipi Rifki, ralat bibir Rifki.

Ceklek.

Bunyi pintu kamar terbuka dan tertutup kembali. Nisa langsung pura-pura tertidur. Setelah itu ia merasakan ada tangan kekar yang melingkar di pinggangnya. Nisa tersentak kaget tapi untungnya Rifki tidak menyadari itu.

"Maafin gue," lirih Rifki pelan lalu mencium kening Nisa pelan.

'Ah jantung gue kenapa? Ya Allah uh uh uh,' batin Nisa berteriak.

Sudah tidak tahan dalam posisi yang membahayakan jantungnya, Nisa refleks terduduk tanpa membuka matanya terlebih dahulu.

Tuk.

"Aw!" Nisa mengusap-ngusap dahinya yang terbentur dahi Rifki.

Rifki menegang ditempatnya, apa tadi Nisa pura-pura tertidur? Senormal mungkin Rifki mengembalikan wajah datarnya.

Nisa mendorong bahu Rifki hingga Rifki terletang di sebelahnya. "Ngapain lo! Sakit tau!" ketus Nisa.

"Gak," jawab Rifki datar, kemudian dia bangkit dari tempat tidur dan membuka jaket yang masih ia kenakan.

Nisa menyipitkan matanya seolah mengitimidasi Rifki. "Yakin?" tanya Nisa dengan aura menyebalkannya di mata Rifki.

"Hmm."

Nisa berdecak. "Apa hmm! Himpunan Mahasiswa Mesin?" gerutu Nisa.

Rifki langsung menatap Nisa. "Tidur."

Rifki dengan kaos lengan pendeknya dan celana selututnya menaiki ranjang, kemudian ia terbaring dengan memunggungi Nisa.

Nisa geram sendiri. Awalnya ia tahan dan biasa aja dengan sikap dingin dan ketus suaminya ini. Tapi seiring berjalanannya waktu, ia jadi tidak tahan sendiri menghadapi sikap Rifki. Nisa yang dasarnya humble sama orang terdekat, dingin sama orang asing membuat ia ...

Nisa menggeleng kuat.

'Ah apa-apaan. Terdekat? Gak! Rifki orang asing bagi gue," batin Nisa.

Nisa yang tadi menghadap langit-langit, merubah posisinya menjadi memunggu Rifki juga. Nisa tidak bisa tertidur. Otaknya sedang memikirkan bagaimana cara Rifki agar bisa berbicara manis kepadanya. Ia membayangkan Rifki yang lembut dan penyayang. Lagi dan lagi Nisa menggeleng kuat.

"Apa-apaan ini, kenapa gue jadi memikirkan hal itu," batin Nisa.

Kerena merasa orang di sebelahnya bergerak gelisah, Rifki yang hampir terpejam mendengus, tidurnya merasa terganggu.

Ada apa sama istri gue?

Apa dia masih kepikiran kejadian di Cafe tadi?

Atau karena ketauan gue mencium dan memeluk Nisa?

Ia jadi malu sendiri jika mengingat kelancangannya. Tapi hatinya tidak bisa berbohong, ia senang. Lihatlah, sekarang sudut bibirnya sudah tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman.

Rifki mengambil posisi duduk dan menoleh ke arah Nisa yang masih memunggunginya.

"Kenapa?" tanya Rifki dengan suara seraknya.

Tidak mendapat respon, tapi Rifki dapat melihat bahu Nisa yang bergetar. Rifki jadi panik sendiri, dan langsung membalikkan tubuh Nisa. Ya benar saja, Nisa sedang menangis tanpa suara.

Nisa langsung menepis air matanya. "Apaan sih lo," kesal Nisa menutupi wajah dengan kedua tangannya.

Rifki menatap Nisa datar. "Kenapa?" tanya Rifki sekali lagi.

"Apa yang kenapa?" tanya Nisa membuka tangannya.

Rifki memutar bola matanya. "Lo kenapa nangis?"

"Siapa yang nangis? Orang tadi ada debu yang masuk," elak Nisa.

"Ck, bohong," ketus Rifki.

Mendapat ketusan Rifki, Nisa tidak dapat menahan air matanya lagi. Akhirnya dia terisak dengan kedua tangan menutupi wajahnya kembali.

Rifki menatap Nisa dengan bingung dan mengaruk kepalanya. Tanpa berpikir lagi, Rifki menarik Nisa lembut untuk duduk dan langsung mendekap Nisa kedalam pelukannya.

"Lo kenapa?" Kali ini suara Rifki terdengar lembut.

Bukan langsung merespon, Nisa semakin terisak. Kali ini suara isakannya terdengar jelas di penjuru kamar dan membasahi kaos Rifki. Rifki refleks mengelus-ngelus punggung Nisa agar Nisa tenang.

Setelah beberapa menit, akhinya Nisa tenang. Rifki dapat bernapas lega dan melepas pelukannya. Sejujurnya, ia bingung mau berbuat apa.

"Lo kenapa?" tanya Rifki sekali lagi.

Nisa mengeleng.

"Maaf," ujar Rifki yang seperti gumaman.

"Apa?" Nisa mendengar samar-samar perkataan Rifki.

"Gak." Sifat dingin Rifki kembali bestiee.

"Ck, lo tu kenapa sih sama gue! Lo dingin banget sama gue. Apa karena gue ada salah sama lo! Kalo iya, bilang, biar gue gak kayak gini! Apa lo marah sama gue soal di Cafe tadi? Itu bukan kemauan gue, hiks ... hiks ...."

Nisa mengeluarkan segala unek-uneknya. Ia memalingkan mukanya setelah sadar jika ia keceplosan. Karena rasa malu semakin membuncah, Nisa langsung terbaring dan menarik selimut dengan memunggungi Rifki.

Rifki mengernyit. Apa yang salah sama sikap dia? Sudah ia katakan jika ia itu bodoh dalam perihal asmara. Tidak mau pusing, ia ikut menyusul Nisa yang sepertinya sudah ke alam mimpi. Tapi tidak, keduanya tidak bisa tidur.

Dalam posisi saling memunggungi, Nisa merasakan sikapnya yang aneh hari ini, jantungnya berdebar dan ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Jujur ia nyaman sama pelukan Rifki. Dan Rifki, kenapa ia akhir-akhir ini begitu peduli sama Nisa? Melihat Nisa menangis ada perasaan sesak juga di hatinya. Ia tidak mau Nisanya menangis. Ah apa? Nisanya, hmm rasanya geli sendiri jika benar ia sudah mulai mencintai istrinya.

Tanpa diminta Rifki langsung membalikkan badannya dan tersenyum memandangi Nisa yang masih memunggunginya. Kemudian mendekatkan badannya ke arah Nisa. Nisa merasa ada tangan kekar yang memeluk dirinya, ia tau siapa pemilik tangan kekar itu dan bibirnya langsung tersenyum begitu saja.

Dengan jantung keduanya sama-sama bekerja lebih cepat, mereka memejamkan matanya dan merasakan kehangatan diposisinya masing-masing. Rifki yang memeluk Nisa, dan Nisa yang dipeluk Rifki. Pipi Nisa memanas dan sudut bibir Rifki yang tertarik.

🐇🐇🐇

A

h indah sekali dunia perhaluan ini🐉

Gengsi Rifki dan Nisa gede banget ya bestiee 😭

Gimana tuhh? Mau di buat berantem lagi gak? Atau mau kisah romantisnya?

Next part (○゚ε゚○)

The Gray Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang