10. Lamaran

4.5K 391 5
                                    

'Cinta tumbuh karena terbiasa, cinta tumbuh karena bersama, dan cinta tumbuh karena adanya rasa nyaman. Ketika kamu mencintai seseorang saat pertama kali kamu melihatnya, maka itu tidak bisa dikatakan cinta melainkan ketertarikan. Dan jika dilanjutkan karena berawal dari penasaran sampai akhirnya terbiasa bersama karena nyaman maka itu yang namanya cinta.''

__Muhammad Rifki Mahendra__

___happy reading___

🌸🌸🌸


Malam ini adalah malam yang diinginkan oleh Rifki tapi tidak diinginkan oleh Nisa. Dimana malam ini, Rifki dan keluarga akan berencana bertamu ke rumah kediaman Alvero dengan maksud lebih dari hanya bertamu. Eva-Bundanya Nisa yang sangat antusias menyambut malam ini, hingga beberapa keperluan sudah ia siapkan dari sekarang.

"Sa, nanti malam jangan kemana-mana ya," ucap Eva.

Nisa yang sedang belajar, menoleh ke Bundanya yang sedang duduk di bibir ranjang kamar Nisa.

"Emang kenapa, Bun?" tanya Nisa binggung.

"Itu loh ada sahabatnya Ayah, mau makan malam bareng nanti di rumah kita."

"Oh." Nisa manggut-manggut mengerti. "kan biasanya memang suka begitu, Bun. Lalu kenapa aku gak boleh kemana-mana?"

Di keluarga Nisa, sahabat Ayah atau Bundanya berkunjung untuk makan malam bersama itu sudah biasa di lakukan. Jadi Nisa tidak heran lagi dengan hal tersebut.

"Hmm ... kali ini ada yang beda. Bukan makan malam biasa," ucap Eva penuh binar.

"Beda?" gumam Nisa yang masih didengar oleh Eva.

"Iya ... kamu harus dandan yang cantik ya. Pakai dress yang kemarin kita beli di Mall itu aja."

"Kok tumben segitunya sih, Bun. Kayak mau ke pesta aja deh pake pakaian gitu, kan cuma makan malam. Atau maksud bunda berbeda itu ada sesuatu yang penting ya, Bun? Acara besar? Ayah menang tender lagi, Bun?"

"Kamu ini banyak tanya ya, Sa. Haha." Bunda terkekeh. "nurut aja ya sayangnya Bunda."

Nisa menghela napasnya kasar, ia mengangguk. "Iya Bun iya," ucap Nisa pasrah.

🌸🌸🌸

18:38

Nisa baru selesai menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah, sholat magrib.

"Acaranya jam tujuh kan, berarti ada duapuluh dua menit menit lagi buat siap-siap," guman Nisa setelah melihat jam dinding di kamarnya.

Nisa bergegas mencuci wajahnya lagi dan mengganti pakaiannya.

"Kok tumben ya gue di suruh pakai baju begini, biasanya juga kan biasa-biasa aja," guman Nisa bingung sambil terus mematut dirinya di cermin.

Ceklek

Pintu Nisa terbuka. "Assalamualaikum sayang," salam Eva-Bundanya Nisa.

"Waalaikumussalam, Bunda."

"Udah siap-siapnya?" tanya Eva melihat setelan anaknya dari ujung kaki sampai ujung kepala Nisa.

"Tinggal pake jilbab dan make up, Bun."

"Oh iya .... Nanti kalo udah siap, langsung turun aja ke bawah ya. Tamunya bentar lagi datang."

"Iya, Bun," balas Nisa.

🌸🌸🌸

"Biar aku aja yang nyetir, Pa." Rifki dengan setelan kemeja maroon polos yang lengan bajunya digulung sampai siku, ditambah dengan celana kain hitam yang sangat cocok di pakai Rifki itu menambah kesan manis bagi yang melihatnya walaupun tidak tercetak senyum di kedua bibirnya yang merah alami.

The Gray Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang