1. Derai

2.2K 152 38
                                    

Gak masalah langsung membaca cerita ini, tapi diharapkan membaca "The Teacher Becomes a Mom" terlebih dahulu.

WARNING! Sekali lagi, cerita ini mengadung unsur 18+. Taulah ya, gimana bapaknya Riana (pembaca The Teacher Becomes a Mom pasti tau). Ditambah ini mengangkat tentang self injury. Jadi aku harap kebijakan dari pembaca. Kalau gak suka dengan bacaan seperti itu, silakan tinggalkan.

Thank you and happy reading!

***

Suara isak tangis dan rintihan mengaung pada malam yang memeluk bulan. Kamar berwarna pink dan pernak-pernik senada tidak bisa meredam suara itu hingga ke ruang tamu apartemen, di mana seorang lelaki baru saja masuk ke dalam.

Tanpa pikir panjang dan tanpa permisi, lelaki itu menerobos kamar yang tidak terkunci. Pandangannya mengedar pada keremangan, mencari sumber isakan dan erangan.

Di pojokan kamar, seorang perempuan memeluk kakinya dengan wajah terbenam di pahanya.

Lelaki itu memencet saklar lampu, tapi sia-sia. Penerangan tidak menyala.

Mengabaikan lampu yang rusak, lelaki itu melangkah lebar ke pojok kamar di dekat jendela. Pandangan pertama yang dilihat di sekitar tubuh perempuan itu adalah darah yang lumayan banyak.

"Riana!" Lelaki itu berusaha menegakkan tubuh Riana. Ini bukan pertama kalinya dia melihat Riana melakukan ini, tapi selalu saja dia takut. Takut jika Riana kebablasan melukai dirinya sendiri.

"Naufal," lirih Riana dengan wajah pucat sebelum tubuhnya ambruk di pelukan Naufal, lelaki yang sangat dicintainya. Namun, terpaksa harus dilepas demi kebaikan lelaki itu.

***

Derai hujan membuat suara air mendidih sedikit teredam. Perempuan itu sampai harus membuka tutup panci beberapa kali untuk memastikan air sudah mendidih. Apartemen ini tidak semewah apartemen miliknya, bahkan ruang tamu di rumahnya lebih besar daripada apartemen ini. Namun, mulai hari ini, dia suka berada di apartemen ini. Tidak, dia suka berada di dekat pemilik apartemen ini.

Begitu air benar-benar mendidih, dituangkan minuman jahe itu ke gelas sebelum membawanya ke ruang tamu yang merangkap sebagai ruang tengah.

Di sofa itu, sudah duduk seorang lelaki yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk.

"Ini jahe, Fal. Biar anget."

"Makasih, Na." Naufal tersenyum menyambut wedang jahe buatan istrinya. Ya, istri. Pagi tadi mereka sudah resmi menjadi suami istri yang sah di mata hukum dan ... agama. Tidak ada lagi pihak keluarga yang menentang hubungan mereka seperti pada saat pacaran. Sekarang, tidak ada yang bisa mengusik hubungan mereka, kecuali ....

Mata Naufal turun menatap perut Riana yang datar.

Sekalipun ayah dari anak yang dikandung Riana mengusik, Naufal akan mempertahankan rumah tangganya.

Naufal terkesiap saat Riana mengambil alih handuk yang masih dipegangnya, dan menggantikan aktivitas tangan Naufal.

"Maaf ya, aku gak bawa hair dryer-ku ke sini."

Naufal mecubit hidung Riana gemas, membuat perempuan itu mengaduh dan menghentikan kegiatannya yang menggosok rambut Naufal.

"Kan aku udah bilang gak apa-apa. Biasanya, aku juga gak pernah keringin rambut kok. Biar kering sendiri. Seharusnya aku yang khawatir sama kamu. Kamu lagi hamil, tapi malah kena hujan. Sini, aku gosok rambutmu."

Naufal ganti menggosok rambut panjang nan menggelombang milik Riana. Dalam kedekatan ini, Naufal berusaha mencari manik mata Riana. Namun, perempuan itu malah menunduk seraya mengucapkan kata "maaf" lagi.

Mendesah, Naufal menghentikan gerakan tangannya. Dia diam selama beberapa menit, membuat Riana mendongak.

Got it. Manik mata Riana tertangkap oleh Naufal.

Riana terbelalak dengan tindakan Naufal selanjutnya. Hanya sekilas, tapi membuat debaran di dadanya berpacu lebih cepat.

Naufal juga tidak menyangka dengan tindakannya barusan. Ini pertama kalinya dia mencium perempuan, di bibir pula.

Canggung. Suasana itu yang melingkupi mereka saat ini. Riana masih dengan matanya yang membola, dan debaran yang masih belum normal. Sedangkan tangan Naufal masih memegang handuk di kepala Riana. Jika dia mau, dia bisa melanjutkan aksinya ke hal yang lebih intim. Namun, dia tersadar akan kondisi Riana yang tengah berbadan dua. Dia harus menahan hasratnya sampai anak itu lahir. Entah siapa ayahnya.

Naufal sempat marah. Jelas. Namun, bukan kepada Riana. Melainkan kepada lelaki yang telah mengambil kesucian Riana dan tidak mau bertanggung jawab atas benih yang dititipkannya di rahim Riana. Ingatkan Naufal untuk menghabisi laki-laki itu jika dia menemukannya.

"Jangan minta maaf terus. Kamu gak salah." Setelah mengontrol diri, Naufal kembali menggosok kepala Riana.

Riana tersentuh dengan ucapan Naufal. Lelaki itu selalu baik padanya. Padahal kelemahan dan kerapuhannya sudah dilihatnya semua. Namun, Naufal tetap memperlakukannya dengan baik. Menolong, merangkul, bahkan menuntunnya berjalan kembali.

Jika bukan karena lelaki ini, Riana pasti mati malam itu. Riana merutuki dirinya sendiri di dalam hati, karena membuat Naufal lagi-lagi terlibat olehnya.

"Sudah. Minum jahenya gih. Keburu dingin," ujar Naufal yang langsung dituruti Riana.

Naufal juga meminum wedang jahenya. Dengan posisi saling menyamping, mereka melempar lirikan sesekali. Kemudian, tawa mereka menggema. Mereka seperti anak remaja yang sedang kasmaran, berbeda dengan tadi saat pikiran kotor hinggap di otak mereka. Lebih tepatnya otak Naufal.

Naufal sempat berpikir keras saat memutuskan untuk menikahi Riana. Dia tahu hukum menikahi perempuan hamil di luar nikah. Ada ulama yang mengatakan boleh, dan ada juga yang melarang. Dalam Al-Qur'an surah At-Talaq ayat 4 berbunyi, yang artinya ".... Sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu sampai mereka melahirkan kandungannya."

Perempuan hamil yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah perempuan yang hamil dalam hubungan yang sah. Kemudian, Imam Nawawi mengatakan bahwa perempuan yang hamil di luar nikah tidak mempunyai masa iddah, karena penyebab kehamilannya itu tidak dihormati dalam agama. Hal ini dikuatkan dengan ketetapan bahwa anak dalam kandungannya itu terputus nasabnya dari ayah biologisnya. Jadi, wanita yang hamil di luar nikah boleh dinikahi. Hal itulah yang menjadi dasar Naufal berani menikahi Riana.

***

Aku adalah pedang

Kau pegang mataku, maka kau terluka

Kau pegang gagangku, maka kau menjadi raja

Tolong koreksi kalau penjelasan tentang menikahi perempuan hamil di luar nikah yang aku tulis kurang tepat. Jujur saja, aku gak nanya langsung sama ustadz tentang ini. Aku cuma baca dan nonton ceramahnya Ustadz Buya Yahya. Menurutku, beliau ustadz yang bijaksana. Di ceramahnya tentang hamil di luar nikah, beliau bilang "Urusan hukum itu gampang. Masalahnya, bagaimana cara kita menyadarkan orang yang berzina itu." Terus beliau juga tekankan kalau aib harus ditutup serapat-rapatnnya. Bahkan ke anak yang nanti dilahirkannya.

Suka ngeri sendiri kalau ada yang hamil di luar nikah, apalagi anak sekolahan. Na'udzubillah. Aku gak kebayang bagaimana dunia beberapa tahun ke depan. Sekarang aja, zina seolah hal yang biasa. Ngeri, pokoknya. Ini perlunya pendekatan orang tua ke anak untuk lebih menanamkan nilai-nilai moral dan agama.

Riana di sini bukan perempuan murahan ya. Dari narasi di part ini, mungkin kalian paham apa yang terjadi pada Riana.     

DopamineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang