Kesya pov
Hari ini bukan weekend dan sekarang udah jam 9 pagi tapi aku masih bergelut di atas ranjang.
Tadi pagi pas abis sholat subuh, badan kerasa dingin banget. Terus bersin-bersin ga berenti dan ga lama pilek di lanjut pening, jadi aku mutusin ga kerja hari ini.
Badan lemes banget, sumpah.
Aku udah ngabarin Alfaro pagi tadi dan setelahnya aku ga liat handphone lagi. Karena mata kerasa berat banget, jadi gatau Alfaro udah liat atau belum kabar yang aku kasih.
Pas lagi ngerasain pening di kepala yang belum reda padahal udah minum obat warung, pintu rumah ada yang buka dengan kasar.
Aku tau siapa orang ini, karena cuma satu orang yang punya kunci cadangan rumah aku.
Alfaro
Itu pasti dia, dan bener aja ga lama dengan nafas terburu-buru dia masuk ke kamar dengan setelan jas-nya yang rapih.
Matanya kelihatan khawatir banget, walaupun mukanya masih datar aja. Aku berusaha kasih senyum "Hai" Sapaku, lirih hampir tak terdengar.
Alfaro berjalan mendekat, mengecek keningku dengan tangannya yang terasa dingin.
"Udah minum obat?"
Aku ngangguk
"Tapi masih panas"
Aku cuma mejamin mata aku aja pas dia elus keningku lembut. Terus aku ngerasa dia ngecup keningku "Gue nelfon dokter dulu"
Aku buka mataku, dan natap punggung Alfaro yang berjalan menjauh keluar kamar.
Aku tersenyum lemah "Terima kasih, Al"
Lalu aku terpejam, tidak tau apa yang terjadi selanjutnya. Mataku terasa semakin berat, dan aku terlelap.
---
Aku merasakan tepukan pelan pada pipi kiriku, perlahan aku membuka mataku yang terasa berat.
Ada Alfaro, gatau aku yang emang lagi ngablu atau gimana aku liat dia senyum lirih sambil nunjukkin ekspresi kalo dia khawatir banget.
Pas mataku sudah bisa terbuka dengan sempurna aku berusaha membuka suara "Kenapa?"
Dia mengelus rambutku "Makan"
Aku menggelengkan kepalaku "Ga nafsu"
"Lo harus!" Terus Alfaro ngambil bubur yang mungkin dia beli di luar.
"Al~" Rengekku memohon, aku benar-benar tidak mau makan, mual kaya mau muntah.
"Kesya." Tekannya, membuatku mengerucutkan bibirku, kalo lagi sakit di tekan kaya gitu aja udah mau nangis
"Hiks hiks, tapi ga nafsu" Lirihku memegang ujung jasnya.
Ia melepaskan pegangan tanganku, dan menyempurnakan duduknya.
"Makan atau gue cabut"
Aku membuang pandanganku
"Sya?"
Aku tetap tidak mau menoleh
"Sedikit, asal makan"
Aku meliriknya "Dua suap?"
Ia mengangguk, aku tersenyum tipis "Oke"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfaro ✔️
Подростковая литератураTentang Alfaro dan semestanya • Tamat, 8 April 2023 ✔️ Revisi ✔️ (Mohon maaf bila masih ada kosa kata yang kurang nyaman dibaca karena memang kosa kata yang dipakai sedikit baku)
