HAPPY READING
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!"Lo lagi?" Naufal-Ketos SMA Garena menyedekapkan tangannya didepan dada setelah melihat Albar dan teman-temannya datang terlambat.
Karena beberapa guru tengah rapat, alhasil Naufal lah yang di perintahkan untuk menjaga kelima anggota inti Arevas.
"Kenapa?" sahut Albar datar.
"Gak apa-apa, sih. Cuman___" Naufal memandang troublemaker itu dengan tatapan merendahkan, "gak etis aja, udah berkali-kali telat, tapi gak berubah-berubah."
"Masalahnya buat, lo?" Febrio menyahut.
"Masalahnya buat gue?" Naufal menunjuk dirinya sendiri.
Albar mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia jijik melihat sikap Naufal yang sok jaga image di depan seantero SMA Garena. Padahal, Naufal lebih menjijikan dari pada Albar.
"Gue itu ketua OSIS___"
"I know. But, lo urusin hidup lo dulu, baru lo urusin hidup kita!" desis Geovano.
Dengan senyum sinis, Rehan mengalihkan pandangannya, "Urusin jalang-jalang, lo, dulu. Baru urusin kita. Kasihan, jalang lo banyak yang gentayangan dimana-mana buat minta pertanggung jawaban."
"Nah iya. Banyak, tuh, cewek yang minta pertanggung jawaban dari, lo. Mata visi lo yang katanya mengutamakan tanggung jawab?" tanya Popon tepat di depan Naufal langsung.
"Sssst!" Albar meminta semuanya untuk berhenti, "Jangan di cengin lagi, nanti anak Mami nangis."
Gelak tawa langsung meramaikan keadaan lapangan yang tengah disilaukan oleh cahaya matahari.
Melihat perubahan raut wajah Naufal, Albar tersenyum puas, "Nah kan, baru dibilang." Albar kembali mencemooh Ketosnya itu.
"Gak usah bacot, lo!" desis Naufal.
"Ck, gitu aja udah emosi," cibir Popon.
"Emang. Tapi, beda lagi kalau yang ngecengin orang laen. Pasti dia bakal senyum doang," timpal Geovano.
"Namanya juga pencitraan," Rehan menambahkan, membuat Albar tesenyum senang.
"Kalau gak pencitraan, citra lo rusak, ya?" tanya Febrio santai.
"Jelas rusak, lah," Albar berjalan menghampiri Naufal yang sudah mengepalkan tangannya kuat-kuat, "Kalau udah rusak, jabatannya dari ketua OSIS bakal dicabut."
"Gimana ya, kalau misalnya orang-orang pada tau fakta tentang seorang Naufal Athalar?" senyum miring tercetak jelas diwajah Albar. Ia sangat senang melihat Naufal yang tak berdaya melawannya.
Berbeda bila mereka sedang berada di luar sekolah. Sudah dipastikan, Naufal akan memberikan bogeman pada Albar. Dan Albar tidak akan terima. Lantas, terjadilah baku hantam antara mereka.
Langkah kaki membuat semuanya menoleh ke arah sumber suara. Di sudut lapangan, Albar mendapati Vanilla dan Naya yang tengah berjalan menghampiri mereka.
Netra Vanilla tidak luput dari Albar dengan sorot tidak suka.
"Fal." Panggil Naya ketika ia dan Vanilla sudah berada dihadapan Naufal serta lima troublemaker di SMA Garena, "Gue boleh pinjem jas Lab, lo?" tanya Naya.
"Wakil ketua OSIS lupa bawa jas lab?" sindir Albar tanpa menatap Naya. Kemudian ia melangkah mundur dan berbaris disamping teman-temannya.
Sementara itu, Naya memilih diam tak mau berdebat dengan Albar. Hari ini badannya terasa lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARES MADAGASKAR (END)
Roman pour AdolescentsSUDAH COMPLETED YANG MEMBACA, JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT SERTA FOLLOW AKUN INI YA. (DILARANG PLAGIAT! KARENA INI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI) Ini bukan kisah klise Play-boy yang bertemu dengan cewek galak, lalu pacaran. Tidak, bukan itu...