JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT
HAPPY READING
Pagi ini Albar sudah kembali bersekolah seperti biasanya. Tetapi, tidak dengan Rehan dan Febrio. Keadaan kedua cowok itu sebenarnya sudah membaik, hanya saja pihak keluarga belum mengizinkan keduanya untuk pulang. Alhasil, saat ini mereka terpaksa masih mendekap diruangan terkutuk itu.
Tujuan Albar datang pagi-pagi seperti ini hanya satu, yaitu ingin menemui Vanilla.
Rindu? Mungkin.
Bagaimana tidak rindu, sejak kalimatnya waktu itu, Vanilla sudah tidak menjenguknya lagi. Sudah ratusan kali Albar menelpon gadis itu melalui berbagai perantara. Mulai dari; Vava, Firly, bahkan Naya. Namun, tetap saja usahanya selalu gagal.
Poor Albar.
"Anjay!!! My liitle bos udah sembuh," itulah sapaan yang keluar dari mulut Geovano.
Tangannya langsung merangkul Albar dan membawanya menuju kelas, "Gwela sih! Gue sama Popon dua minggu tanpa kalian bertiga udah kayak kacang goreng kelamaan di rebus."
Albar menatap Geovano malas, "Namanya kacang goreng, tapi prosesnya kenapa direbus?" tanyanya seraya memperbaiki posisi tasnya yang ia sampirkan di bahu kanan.
"Biarin, lah. Namanya juga kreatif," ujar Geovano melepaskan rangkulannya.
"Lo tumben banget jam segini udah dateng? Kangen sama Pak Edo? Apa Pak Ronald? Bu Rosi? Atau jangan-jangan____ Bu TW?"
"Bukan. Kangen sama kamu." Jawab Albar datar.
Geovano langsung berdecak jijik mendengarnya. Lantas, ia mempercepat langkahnya mendahului Albar.
"Yo."
Sang empu nama membalikan tubuhnya malas. Namun, tiba-tiba saja Albar menyerangnya dengan sebuah tas berbobot sekitar 1 kg. Sontak ia menangkapnya.
"Bego, lo!" umpat Geovano setelah ia berhasil menangkap tas milik Albar.
"Gue mau ketemu orang dulu. Taro tuh tas gue," titah Albar.
Kemudian ia berjalan menuju kantin. Matanya terus memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. Berharap menemui Vanilla.
Tepat ketika ia sedang berbelok, netranya mendapati Vanilla yang tengah berjalan berlawanan arah padanya.
Dengan senyum yang mengembang, Albar menarik sudut bibirnya seraya mengangkat telapak tangannya-berniat untuk melambaikan tangan pada cewek itu.
"Kak Albar..."
Niat Albar pupus saat Reina datang dan sudah melingkarkan tangannya pada lengan besar milik Albar.
"Aku kangen Kakak." Gumamnya seraya mengeratkan tangannya.
"Gue juga," balas Albar.
Tepat di saat Albar mengatakan itu, Vanilla berjalan persis disampingnya. Namun, karena Albar menoleh pada Reina, cowok itu tidak dapat melihat Vanilla yang berjalan bersama Firly.
*****
Seperti biasa, saat Albar memasuki kelasnya, keadaan langsung mendadak hening. Tentu insiden yang menimpa Albar, Rehan, dan Febrio sudah menyebar ke seluruh sekolah. Bahkan, sekolah tetangga sampai tahu kejadian itu.
Dengan tatapan datar, Albar duduk disamping Popon yang tengah sibuk menulis rumus kimia yang diberikan oleh Bu Rosi.
"Tumben rajin," cetus Albar seraya menyandarkan punggungnya pada tembok.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARES MADAGASKAR (END)
Roman pour AdolescentsSUDAH COMPLETED YANG MEMBACA, JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT SERTA FOLLOW AKUN INI YA. (DILARANG PLAGIAT! KARENA INI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI) Ini bukan kisah klise Play-boy yang bertemu dengan cewek galak, lalu pacaran. Tidak, bukan itu...