(52) War 2

4.8K 322 1
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND COMMENT, YA.

"Bila kau berspekulasi dunia tidak adil, maka, adililah dunia ini dengan cara mu sendiri. Menjadi hakim dalam hidupmu lebih baik dibandingkan menjadi pengacara yang kerapkali membela tanpa pikir kebahagian mereka."

*****

Gedung Morgana masih dipenuhi oleh suara pukulan, rintihan, serta suara jeritan. Jumlah anggota Arevas yang semakin banyak membuat Morgana yang kalah jumlah dan tenaga langsung kewalahan. Beberapa dari mereka berusaha untuk melarikan diri, tetapi nasib sial menimpa mereka. Kali ini Albar benar-benar ingin menumpas habis Morgana. Puluhan orang tengah berjaga disekeliling gedung untuk berjaga dan menangkap anggota Morgana yang hendak melarikan diri.

Dari sini, Febrio tersenyum miring saat mendapati banyak musuhnya yang langsung tidak sadarkan diri ditempat. Entah mati atau tidak sadarkan diri, yang pasti itu membuatnya semakin senang.

Pandangan cowok berjambul nyentrik itu beralih pada kawan-kawannya yang masih berjuang.

"Pon! Habisin yang dibelakang lo," ucap Febrio setengah berteriak. Setelahnya, ia kembali menghabisi musuh-musuh yang berdatangan menghampirinya.

Sama seperti kawan-kawannya yang lain, Albar masih sibuk bermain dengan Naufal. Cowok itu sudah lemas dan tak berdaya lagi diatas tanah.

Sudut bibir Albar terangkat naik mendapati keadaan musuhnya yang jauh dari kata baik. Lantas, ia maju beberapa langkah dan bersimpuh disamping Naufal yang persis seperti orang tengah sekarat.

"Gimana? Seru, kan, permainannya? Permainan yang lo mulai, entah apa tujuannya." Ujar Albar, "sekarang, udah waktunya lo nyusul Bagas, right? Eh, enggak-enggak. Ke Kantor polisi aja. Gue mau ngeliat ketua osis kebanggan Garena malu semalu-malunya."

Albar bangkit dari posisinya. Ia tersenyum miring. Setidaknya, ia dapat melampiaskan masalahnya dengan Vanilla pada cowok yang ada dihadapannya ini. Toh, Naufal merupakan salah satu iblis yang merencanakan ini semua, bukan?

"Bos!"

Anggota inti Arevas yang tengah bergelud disekitar Albar, langsung menoleh dan mendapati sosok Leo yang tengah berlari melewati kumpulan manusia yang tengah bertarung dan menghabisi satu sama lain.

Dahi Albar mengernyit ketika melihat tangan Leo yang membawa sebotol cairan. Ia menyipitkan matanya. Di detik berikutnya, Albar terbelalak setelah menyadari isi dari botol itu.

"Lo mau ngapain, anjing, bawa-bawa aer kencing?" tanya Geovano usai memberikan lawannya bogeman.

Dengan nafas terengah-engah, Leo sampai dihadapan Albar. Cowok itu menundukan kepalanya sejenak. Hingga ketika ia mendongak, senyum miring langsung tercetak jelas diwajahnya.

Leo melangkah mendekati Naufal yang nyaris tak sadarkan diri. Dibukanya botol tersebut, kemudian, ia membuka mulut Naufal secara paksa.

"Anjim, si Leo bener-bener," ucap Popon kaget.

"Enggak nyangka temen gue pinter kayak gitu," ujar Febrio.

Rehan, Geovano, dan Albar hanya menampilkan senyum penuh kemenangannya dari belakang Leo.

Sementara itu, Leo langsung mencekoki Naufal dengan air seninya. Netra Naufal langsung membelalak setelahnya.

"Mampus. Gue abis olahraga lima jari. Mantep, kan?"

*****

Dua orang gadis dengan umur yang berbeda itu tengah bergelud dengan pikirannya masing-masing. Cemas, takut, dan kalut. Itulah yang mereka rasakan.

Bagaimana tidak, semalam, Dilla dan Neisya mendapat kabar bahwasannya Bagas tewas. Reina dan Vinta masuk kedalam penjara, lalu disusul oleh anggota Morgana dan anggotanya.

Neisya berdecak diatas sofa yang tengah ia duduki, "Sialan! Kenapa bisa kayak gini, coba?"

Kepala Dilla menoleh menatap Neisya dengan tampang datarnya, "Stop. Jangan kayak gitu. Itu malah bikin lo ketakutan sendiri," ujar Dilla seraya menyilakan kakinya diatas sofa panjang.

"Mendingan, kita bikin rencana lain. Tapi, harus lebih ekstrem, supaya rencana utama kita bakal terealisasikan," kata Dilla dengan pandangan yang mengarah ke depan.

"Apa rencana selanjutnya?" tanya Neisya.

"Kita akan bunuh Vanilla, hancurin usaha keluarga Madagaskar, dan bunuh si Vinta."

Kepala Neisya mengangguk, "Bener. Lo harus bunuh si Vinta. Dia udah bikin rencana kita kacau balau kayak gini."

Dilla menatap Neisya, "Gue? Lo juga, bodoh."

Netra Neisya langsung membulat. Tidak-tidak. Ia tidak mau membunuh orang, cukup bermain bersih saja, "No! Kita bagi-bagi tugas. Gue urusin keluarga Albar, dan elo urusin Vanilla dan Vinta."

*****

MAAF. PART INI EMANG RADA-RADA KAGAK JELAS. AUTHOR BINGUNG SOALNYA KALAU DISURUH NULIS CERITA PERANG-PERANGAN.

PENGEN LANJUTIN PERANGNYA, TAKUT KALIAN BOSEN. JADI, DI NEXT PART ENGGAK ADA PERANG-PERANGAN LAGI, YA.

SANTUY HARI INI AKAN UPDATE LAGI.

ALBARES MADAGASKAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang