(47) Kedatangan Naya

5.3K 332 0
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND COMMENT, YA.

*****

Pikir Albar, Naya hanya main-main dengan perkataannya. Tetapi, gadis itu benar-benar datang sendirian ke markas Arevas, Kedai Engkong.

Bahkan, Rehan saja sampai terkejut melihat kedatangan Naya. Melihat semburat merah yang terpancar jelas di wajah gadis itu, membuat Rehan bangkit dari duduknya dan menghampiri Naya.

Tangannya hendak menyentuh bahuu gadis itu ketika ia sudah berada di dekatnya. Namun, Naya malah menampik tangannya kasar.

Sontak semuanya menghentikan kegiatan mereka masing-masing. Seluruh atensi kini terfokus pada Naya seorang yang tengah berjalan menghampiri Albar.

PLAK!!!

Satu tamparan mendarat mulus di pipi kanan Albar. Kepalanya menoleh ke samping. Rasa panas menjalar di bagian wajahnya. Ia memilih untuk tidak membalas dan membiarkan Naya meluapkan emosinya sekarang. Toh, ini semua memang kesalahannya.

"Gue udah pesen sama, lo. Jangan pernah, lo sakitin dia. Tapi kenapa sekarang, lo, malah ninggalin dia!" desis Naya dengan sejuta penekanan dalam kalimatnya.

Matanya sudah memerah. Rasanya ia ingin menangis bila melihat kondisi temannya tadi tadi, sungguh menyedihkan.

"Gue terima, kalau lo cuman sakitin dia. TAPI GUE NGGAK TERIMA KALAU LO BUKA MASALALU DIA, ALBARES!!!"

PLAK!!!

Kini pipi kiri Albar yang menjadi korban gamparan Naya. Dada gadis itu sudah bergemuruh menandakan emosinya tengah berada di puncak.

"Lo emang nggak punya hati, Bar! LO BRENGSEK, BAR!!!" bentak Naya seraya mengambil ancang-ancang untuk menampar Albar lagi.

Namun, Rehan langsung menarik dan memegang bahu Naya hingga tubuh keduanya saling menghadap satu sama lain.

"Hei... Nay, kamu kenapa?" Rehan menatap manik Naya, "jangan kayak gini."

"Han. Mendingan, kamu tanya aja sama temen kamu yang brengsek ini!" Naya menunjuk Albar yang tengah menundukan kepalanya. "Tanya ke dia, kenapa dia bisa sebrengsek ini! Kenapa dia nggak bisa ngejaga janjinya! Kenapa dia nggak bisa____"

Naya tak kuasa melanjutkan kalimatnya saat Rehan mendekapnya. "Ssssttt..."

Rehan mengelus puncak kepala Naya lembut. Dagunya bertopang pada puncak kepala gadis itu.

Tangan Naya langsung melingkar di pinggang Rehan, "Dia jahat, Han. Dia nggak bisa nepatin janjinya. Dia udah bikin Vanilla sakit hati. A-aku takut, kalau nantinya Vanilla balik kayak dulu. Aku nggak mau, Han." Isak Naya.

Mendengar suara Naya yang samar-samar di indra pendengarannya, Albar mendongakan kepalanya.

Apa maksud Naya? Vanilla seperti dulu?

"E-emangnya, kenapa Vanilla dulu?" tanya Albar.

Dengan sejuta amarah, Naya melepaskan pelukannya pada Rehan. Persetan dengan anggota Arevas yang melihatnya menangis.

Senyum sinis tercetak jelas di wajahnya. "Lo masih nanya? VANILLA PUNYA MASALALU KELAM, BAR! DULU, DIA HARUS NGEJALANIN MASA-MASA BERATNYA, KARENA MENTAL DIA HANCUR! LO TAU KARENA APA? JAWABANNYA PERSIS KAYAK YANG LO UCAPIN KE VANILLA TADI!!!"

Tubuh Albar menegang. "M-maksud, lo?"

Naya mendengus, "Vanilla, dia pernah ngurung diri di kamarnya selama dua bulan. Dia persis kayak orang nggak waras. Kondisinya jauh dari kata baik. Sensitif cahaya. Kalau dia ngeliat ada sinar matahari, dia bakalan raung-raung nggak jelas!"

ALBARES MADAGASKAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang