(35) Semakin Rumit

6.3K 360 4
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND COMMENT, YA.

HAPPY READING

*****

Setelah mengantarkan Vanilla, Albar langsung pulang ke rumah. Semenjak menjalin kasih dengan gadisnya, Albar jadi jarang ikut berkumpul bersama anggota Arevas di Kedai Engkong.

Semenjak mengenal Vanilla, cowok itu jadi jarang terlambat ke sekolah. Atau bahkan, selama dua bulan ini tidak pernah terlambat lagi. Sungguh, efek yang luar biasa.

Cowok dengan netra hijau itu mengernyit saat mendapati sebuah mobil mewah terparkir manis di pekarangan rumahnya.

Tanpa mau memperdulikan sang empu, ia langsung masuk ke dalam rumahnya.
Dengan pandangan tajamnya yang lurus kedepan.

"Albar!"

Suara bariton yang sangat khas itu membuat Albar menoleh dan menatap Fathan malas.

"Sini, nak!" Fathan mendayungkan tangannya, meminta Albar untuk duduk didekatnya.

Dengan langkah yang berat, Albar harus menuruti perintah Papanya. Karena, disini bukan hanya ada Fathan, tetapi ada Nevar-kolega perusahaan Madagaskar sekaligus penanam saham terbesar disana.

"Albar. Sudah besar, kamu?" tanya Nevar.

"Hmm..." Ia duduk disamping Fathan dengan tampang datar.

Sejenak, Fathan melirik Albar, "Berlaku yang sopan!" bisik Fathan.

Alih-alih menjalankan perintah Papanya, Albar malah terus memandang Nevar datar.

Merasa aneh dipandang seperti itu, Nevar langsung tersenyum lebar. "Ehm... Sudah lama Om nggak ketemu sama kamu." Katanya.

"To the point!" Ucap Albar datar.

Meskipun berada disamping anaknya, Fathan tidak bisa berbuat apa-apa. Kali ini, Albar yang memegang penuh semua kendali.

"Papa sama Om Fathan mau jodohin kita."

Suara itu membuat penghuni ruangan menoleh.

Disana, Albar mendapati sosok gadis dengan make up yang nyaris seperti tante-tante tengah berjalan kearahnya. Gadis itu adalah Neisya.

Tunggu! Apa katanya tadi? Mau menjodohkannya? Albar langsung memandang kedua pria paruh baya yang ada disampingnya bergantian.

"Maksud kalian apa?!" dengan rahang yang mulai mengeras, Albar bangkit dari duduknya dengan kasar.

Sudut bibir Nevar terangkat naik. Ia juga ikut bangkit, "Saya dan Papa kamu sudah setuju, kalau kalian akan dijodohkan. Karena, Papa kamu sudah tanda tangani surat perjanjian itu."

Nafas Albar kian memburu. Apa maksudnya? Masa depannya di petaruhkan?

"Surat apa, Pa!" bentaknya pada Fathan yang masih duduk santai.

Sebelum menjawab, Fathan meminum kopinya terlebih dahulu. Sialan memang.

"Perusahaan Tinggi Madagaskar's, sedang mengalami kegoyahan, Bar. Sudah tidak ada lagi yang mau nolongin Papa. Jadi, ya, terpaksa. Papa minta tolong dengan Pak Nevar, dan kita membuat perjanjian. Perusahaan Pak Nevar akan membantu perusahaan Papa, dengan satu syarat."

"Apa syaratnya?" Alis Albar terangkat sebelah. Sebetulnya, ia sudah tahu apa jawabannya. Tetapi, ia ingin lebih puas dengan menanyakannya langsung pada Fathan.

"Syaratnya, kamu akan dijodohkan dengan Neisya."

BRAK!!!

PLANG!!!

ALBARES MADAGASKAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang