JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND COMMENT
HAPPY READING
*****
Setelah penampilan Vanilla usai, semua orang bersorak, bersiul dan menyebut nama Albar. Pelakunya tak lain dan tak bukan adalah kawan-kawannya sendiri yang diikuti oleh banyak siswa lainnya.
"Popon sialan!" desis Albar pada Popon. Cowok itu memang menjadi pelopor banyaknya sorak-sorakan itu. Untung saja Geovano sedang dimarahi oleh Firly, lalu Rehan sedang berduaan dengan Naya. Dan Febrio, cowok itu tengah menyiapkan sesuatu bersama Ardhan.
Suara MC membuat sorakan itu mereda seketika. Lebih tepatnya bukan MC. Tapi, Pak Edo. Bukan tanpa alasan guru itu turun tangan. Sebelumnya, MC yang berasal dari kelas sebelas itu sudah berusaha untuk meminta orang-orang yang bersorak menghentikan kegiatan unfaedah mereka. Tapi, hal itu sama sekali tidak digubris. Lantas, datanglah Lord Edo.
"Kalian ini bisa diem, nggak? Baru gitu aja udah main sorak-sorakan. Kalau si Albar-nya ngamuk bagaimana? Bisa-bisa, acara pensi ini berubah jadi kegiatan anarkis, tau!" katanya seraya melotot dan berkacak pinggang. Matanya mengedar menatap satu persatu pelaku itu.
"Kalau begitu, siswa yang bernama Albares Madagaskar, silahkan maju." Ucap Pak Edo setelah membaca kertas yang berisi nama siswa-siswi yang ingin menampilkan kebisaannya.
Karena namanya dipanggil, Albar pun beranjak naik keatas panggung.
*****
Dilain sisi, Vanilla kini berada dibarisan paling belakang. Sungguh ia sangat malu dan merasa bodoh karena menyebut nama Albar dalam kalimatnya. Sungguh bodoh. Oleh sebab itu, ia memilih berdiri dibarisan paling belakang sendirian. Ah sialan. Kemana pula si Firly? Vanilla tidak akan mencari Naya. Sebab, ia yakin Naya pasti sedang sibuk dengan acara ini atau sedang sibuk bermesraan dengan Rehan.
Pandangan Vanilla kembali fokus pada Albar yang sudah duduk diatas panggung dengan tangannya yang siap memetik senar gitar. Gitar yang dipakai Albar, ukurannya lebih besar daripada gitar yang sebelumnya digunakan oleh Vanilla.
Jantung Vanilla berdebar lebih cepat. Sugestinya mengatakan kalau Albar akan menyanyikan lagu romantis yang menjelaskan kedudukannya dihati cowok itu. Iya. Seperti di novel-novel yang selalu ia baca.
Tanpa mau mengalihkan pandangannya dari cowok itu, Vanilla terus menatapnya dengan senyum penuh harap yang terus mengembang. Bahkan, ia tidak memedulikan beberapa siswi yang menatapnya sinis.
Oh, betapa 'ku saat ini
'Ku benci untuk mencinta
MencintaimuSuara berat milik Albar mulai terdengar dan masuk dengan sopan di indra pendengarannya. Vanilla memejamkan matanya sejenak tanpa mau memaknai lagu itu lebih dalam.
Oh, betapa 'ku saat ini
'Ku cinta untuk membenci
MembencimuSuasana lapangan langsung hening dan hanya terdengar suara milik Albar. Cowok itu sangat menikmati lagu yang tengah ia bawa. Pandangan nya pun tak beralih sedikitpun dari wajah Vanilla. Sangat berbeda dengan Albares yang dulu kala suka menindas kawan sekolahnya.
Aku tak tahu apa yang terjadi
Antara aku dan kau
Yang 'ku tahu pasti
'Ku benci 'tuk mencintaimu
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARES MADAGASKAR (END)
Fiksi RemajaSUDAH COMPLETED YANG MEMBACA, JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT SERTA FOLLOW AKUN INI YA. (DILARANG PLAGIAT! KARENA INI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI) Ini bukan kisah klise Play-boy yang bertemu dengan cewek galak, lalu pacaran. Tidak, bukan itu...