(22) Tragedi

9.8K 641 9
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT

HAPPY READING

"Vanilla!"

Sang empu nama menoleh ke belakang-sumber suara. Disana netranya mendapati sosok Albar yang tengah berjalan menghampirinya seraya tersenyum. Senyum yang mampu membuat Vanilla luluh. Namun, kilasan kejadian tadi pagi membuatnya ingin menjauh dari Albar.

Kalaupun Albar suka sama, lo, dia pasti cuman mainin lo doang, Nil.

Kalimat Naufal di UKS tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Lantas, ia memilih berjalan menjauhi Albar.

"Mau kemana?" tanya Albar seraya mencekal tangan Vanilla membuat gadis itu membalikan tubuhnya menatap Albar.

"Mau ke UKS." Jawab Vanilla datar. Tangannya berusaha melepaskan cekalan tangan Albar, tetapi tidak bisa.

"Kenapa lo udah gak jenguk gue lagi? Udah gue telpon pake berbagai nomor, tapi tiap denger suara gue, lo selalu matiin telponnya?" tanya Albar sedikit gusar dengan tingkah Vanilla yang seolah menjauhi dirinya.

"Gue lagi cape."

"Cape kenapa? Emangnya angkat telepon butuh tenaga dalam?"

Vanilla tak menggubris. Ia mengalihkan pandangannya, tak mau menatap Albar.

Sembari menghela nafas, Albar mengubah cekalan tangannya menjadi sebuah raih-an. Hal itu membuat Vanilla sontak menoleh sekaligus terkejut.

"Nil. Gue tau alasan lo jauhin gue. Karena gue itu pembuat onar, ya, kan?" tanya Albar  lembut.

"Nil. Apa salah, kalau gue mau bersaing sama Naufal buat ngedapetin, lo?"

"Apa salah, kalau gue___"

Kalimat Albar terpotong setelah tawa sinis Vanilla terdengar. Cewek itu melepaskan tangannya pada tangan Albar. Lalu membalikan tubuhnya, memunggungi Albar.

"Terus, cewek lo bagaimana?" tanyanya seraya bersedekap.

Albar mengernyit bingung. Namun, beberapa detik setelahnya ia baru sadar siapa yang dimaksud oleh Vanilla.

Pandangan cowok itu berubah lirih, "Gue deket sama dia karena gue mau panas-panasin, lo, Nil. Gue cuman penasaran sama perasaan lo. Gue pikir lo suka sama gue, tapi___"

"Iya. Itu dulu. Tapi, sekarang gue sadar kalau lo itu cuman bad and play-boy yang suka mainin perasaan cewek." Tandas Vanilla membuat perasaan Albar mencelos.

Sebenarnya ada rasa sesak mengatakan kalimat itu. Tapi, memang itulah faktanya.

"Sikap manis lo waktu itu, bikin gue luluh. Tapi, nyatanya itu semua cuman bersifat sementara. Lo itu brengsek, bajingan, troublemaker!"

Tanpa sepengetahuan Vanilla, Albar sudah mengepalkan kedua tangannya. Andai Vanilla tahu tentang rencana Naufal. Sudah dipastikan gadis itu akan menarik kembali kalimatnya.

"Terus, apa bedanya sama Naufal yang suka clubbing, mabok, suka tidurin cewek, balapan, ___"

"Gak usah fitnah orang, Bar!" Vanilla membalikan tubuhnya menatap Albar tajam, "buat apa lo fitnah orang demi mengamankan posisi, lo?"

"Gue makin ilfeel liat, lo!" ucap Vanilla sebelum pergi meninggalkan Albar sendiri ditaman belakang.

Sepeninggalan Vanilla, Albar mematung. Kalimat gadis itu masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Sikap manis lo waktu itu, bikin gue luluh. Tapi, nyatanya itu semua cuman bersifat sementara. Lo itu brengsek, bajingan, troublemaker!"

"buat apa lo fitnah orang demi mengamankan posisi, lo?"

ALBARES MADAGASKAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang