(34) Cafe

6.1K 381 20
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND COMMENT.

*****

Istirahat merupakan momentum yang sangat dinantikan oleh para siswa-siswi di SMA Garena. Mereka akan menghabiskan waktunya di kantin atau di kelas untuk memakan bekal mereka masing-masing. Namun, tidak dengan Neisya, Dilla, dan Reina.

Saat ini, ketiganya tengah berkumpul di gudang sekolah.

"Ngapain lo nyuruh kita dateng kesini?" tanya Reina malas.

"Ada yang mau gue omongin sama kalian." Jawab Dilla. Ia menatap satu persatu gadis dihadapannya secara bergantian.

"Apa?"

Sebelum menjawab, Dilla menghela nafasnya panjang, "Gue ngajak kalian kesini, untuk ngingetin lo semua, supaya bersikap seolah-olah nggak saling kenal satu sama lain."

"Why?" dengan alis terangkat, Neisya bersedekap.

Bola mata Dilla berputar malas. Gadis dihadapannya sangat bodoh, "Albar dan geng nya akan curiga nantinya. Kalian harus tau, itu."

"Apalagi, disana mereka punya keahlian masing-masing. Geovano yang dengan mudahnya mengusut seseorang. Febrio yang bisa nyelesain masalah. Rehan yang selalu berpraduga dan nggak pernah salah. Popon yang dengan gampangnya jadi mata-mata tanpa di curigai targetnya. Dan Albar___ yang dengan gampangnya bisa membunuh orang tanpa melibatkan polisi nantinya. Atau mungkin, dia yang akan main sama polisi, nanti."

"So, kita harus hati-hati. Mereka pasti akan curiga. Apalagi, kayaknya mereka udah tau, kalau gue mantannya Albar."

Reina berdecak, "Gimana jadinya kalau kita yang nggak punya keahlian apa-apa bertanding sama geng nya Albar yang jelas menang di otot dan otak?"

Tangan Neisya mengibas di depan wajah Reina. Jari telunjuknya mengacung dan bergoyang ke kanan dan kekiri.

"No! Kita ada di atas mereka sekarang." Ucap Neisya seraya tersenyum miring.

Dahi Dilla dan Reina mengernyit, "Maksud, lo?"

"Gue udah bilang Albar, buat mutusin Vanilla." Ungkapnya membuat dua gadis dengan usia yang terpaut jauh itu membelalak.

"Dan dia mau?"

"Iyap." Neisya membalikan tubuhnya dan memunggungi kedua temannya itu. "Jelas dia mau, karena sebelumnya gue ngancem dia kalau dia nggak mau, gue bakal bongkar aib keluarga dia sama keluarga Vanilla."

"Aib apa?" tanya Dilla penasaran seraya maju beberapa langkah mendekati Neisya.

"Untuk aib, gue nggak akan kasih tau sekarang. Gue bakal nunggu percikan api yang gue buat, jadi kobaran api yang kuat." Neisya tersenyum penuh kemenangan membayangkan bagaimana ekspresi gadis yang ia lihat tadi pagi bersama Albar berubah menjadi sendu karena aib nya di bongkar.

"Lo tau dari mana aib keluarga Albar sama Vanilla?" Reina ikut penasaran. Pikirnya, dua gadis dihadapannya ini sangatlah berbahaya. Yang satu seperti seorang physco, dan yang satunya seperti seorang hacker yang dengan mudahnya mencari informasi tentang seseorang. Lantas, apa yang bisa ia lakukan?

"Gue tau, dari salah satu temen Vanilla."

Kalimat yang dilontarkan Neisya kembali membuat Dilla dan Reina membelalak. Namun, di detik berikutnya, terhias senyum remeh di wajah Reina.

"Impossible banget!"

"Lo nggak percaya?" Neisya membalikan tubuhnya menatap Reina.

"Temen-temen Vanilla yang deket sama dia itu, pada setia semua. Mana mungkin mereka ngelakuin hal kayak gitu!"

ALBARES MADAGASKAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang