Rooftop menjadi tujuan pertama Gema alazka saat memasuki gerbang smanas.Udara di rooftop menyambut kedatangannya, dirinya pun langsung duduk di sofa usang yang terletak dipojokan ruangan.Pagi ini keadaannya sangat kacau, jika seseorang mengawali pagi dengan mendengar kicauan burung yang merdu.Lainnya hal dengan Gema suara pagi hari nya diawali dengan suara keributan yang berada di rumahnya, Gema sengaja tidak tinggal di apartemen bersama sepupunya.Karena Gema ingin tau apa yang dilakukan ibunya, kedamaian yg Gema kira ternyata malah keributan yang ia dapat.
Suara langkah kaki terdengar, Gema melihat Aksa yang datang dengan wajah yang pucat.
"Ngapain lo kesini?" tanya Gema.
Aksa berjalan kearah pembatasan rooftop, kata yang sudah tersusun rapih menjadi ambyar saat pikirannya memutar kembali kenangan antara dirinya dan Gema saat pertama kali kenal.Gema yang melihat Aksa yang hanya diam dirinya jadi berfikir kalo Aksa akan melakukan bunuh diri.
"Gema gue mau ngomong," ucap Aksa.
Gema hanya menaikkan alisnya "Serius amat, mau ngomong apa?"
"Gue tau gue salah pas kejadian kecelakaan Senja, dan gue patut disalahkan--" ucapannya
"iye gue maafin," potong Gema.
Aksa kaget saat Gema mengucapkan kata maaf dengan ringan, padahal dirinya belum selesai berbicara.
Gema melangkah mendekati Aksa, dirinya menepuk pundak Aksa "itu masa lalu, dan gue udah lupain itu."
Aksa tersenyum mendengarnya lantas tangannya ia rentangkan bersiap untuk memeluk Gema, namun tamparan ringan mendarat di pipinya.
Pletak
"mohon maaf hyung, gue normal!" ucap Gema dengan nada bicara yang alay.
"Alay lo," balas Aksa.
"Oh ya Gem, soal pembunu---"
"Suttt, udah gua bilang semua yang terjadi kemarin-kemarin itu udah gue lupain.Gue juga udah tau siapa yang salah atas kasus pembunuhan ka Qeira."
"Damai?"
"Iye bacot,"
Aksa pun memeluk Gema, Gema pun membalas pelukan itu.Anggap saja pelukan rindu.
Aksa menyeringai dibalik pelukan Gema, dirinya pun lalu mengambil barang yang ia kaitkan pada kantong celananya.
Bless
Darah pun mengalir dari samping tubuh Gema, suara rintihan Gema mengalun indah di telinga Aksa.Aksa yang mendengarnya langsung tersenyum senang.
"Aksa, lo ke-n---p--a"
"HAHAHA, Gue puas!"
"Gue ngelakuin ini karna, Lo udah bikin adik gue mati!"
"BUKAN SALAH GUE!"
Gema meringis, dirinya memegang pinggang nya yang semakin banyak mengeluarkan darah.
"Mana mungkin, seorang pembunuh mengaku pembunuh!"
"Udah cukup lo nyalahin gue atas kejadian kecelakaan Senja, dan berhasil semuanya ngejauhin gue.Dan dengan teganya lo nabrak adik gue sampai mati dan lo ga tanggung jawab.Pemakaman adik gue aja lo gatau Gem, dan asal lo tau setelah kejadian adik gue ketabrak sama bajingan kaya lo, orang tua gue meninggal saat mau ke indonesia liat kondisi adik gue.Lo bisa rasain apa yang gue rasain kan?tiga orang yang gue sayang MATI disaat hari itu juga, kalo lo ga nabrak adik gue orang tua gue gaakan mati Gem, hidup gue gaakan se hancur ini."
Aksa menahan air matanya agar tidak menetes, namun pertahanannya hancur. Air matanya yang ia tahan mengalir deras, dirinya menjatuhkan pisau yang tadi ia goreskan ke pinggang Gema.Hari ini ia ungkapkan semua apa yang dirasanya di depan Gema, sangat hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA ✔ [ COMPLETED ]
Teen FictionSenja, kata mereka namanya senja Nama yang cukup indah untuk hal yang terlihat hanya sementara Dulu aku juga menyukai senja Menyukai segelas vanilla dan menyukai duduk bersamammu. Dulu ketika aku hanya seorang remaja yang menatap senja dengan takjub...