20. Jennie Cemburu

5.4K 410 48
                                    

"Chaeng, kita kekantin?" Jiso memutar tubuhnya menghadap kearah Rose yang tampaknya sejak tadi terlihat murung.

Rose menggeleng pelan, "Ani, aku tak lapar Jichu." ucap Rose tersenyum pait.

Jiso mengembungkan kedua pipinya sambil mendengus pelan, rasanya dia tidak tahan melihat Rose jika diam seperti ini.

Rose lebih baik berisik dari pada diam, rasanya sangat horor sekali.

Jiso menopang dagunya di atas meja, menatap Rose yang menunduk.

"Kau ada masalah Chaeng?" tanya Jiso, Rose menggeleng.

"Kau berbohong Chaeng, hidungmu menggembang ketika kau menggeleng."

Rose hanya diam, air matanya mulai menetes perlahan membasahi pipinya.

Dengan cepat Jiso langsung mengangkat kepalanya dan menegakan kepala Rose, "Kau menangis? Wae?" tanya Jiso heran.

Jiso juga hampir menangis di buat Rose. Jarang sekali melihat Rose bersedih begini.

"Aku hanya kelilipin chu," Rose memaksa sudut bibirnya tersenyum.

"Tak mungkin kau kelilipan, tak ada yang bisa masuk ke matamu, disini tak ada angin sejak tadi."

Jiso menarik tempat duduknya, kemudian memeluk Rose dari samping. Kepala Jiso di sandarkan ke bahu Rose, "Chaeng, aku akan selalu ada untuk. Aku sahabatmu Chaeng, masalahmu, masalahku juga." ucap Jiso.

Rose semakin terisak mendengar ucapan Jiso, dia baru menyadari bahwa dirinya memiliki sosok sahabat sebaik Jiso.

Jiso tak pernah melukai hatinya, walaupun Jiso selalu berbuat menyebalkan, tapi dirinya selalu bisa membuat Rose tertawa.

Rose membalas pelukan Jiso lebih erat.

"Hikss, kamsamnida Jichu yah, hikss."

.
.

Rose berjalan beriringan dengan Jiso menuju kelas Lisa.

Rose sudah menceritakan semuanya kepada Jiso, dan apa reaksi Jiso? Tentu saja dia terkejut, dia tidak menyangka jika sahabatnya ini mengalami hal seperti itu.

Tapi bagaimana pun itu, Rose adalah sahabatnya. Apapun yang terjadi padanya, Jiso harus tetap berada di samping Rose walaupun orang orang akan membenci Jiso.

Kali ini, Rose ingin menemui Lisa, berniat untuk meminta bantuan lagi. Tadinya Jiso melarang, karena seharusnya Rose datang kepada Kai dan meminta pertanggung jawaban, tapi Rose mengatakan dia tak menyukai pria brengsek itu. Rose juga tak menginginkan jika nanti Kai menjadi pendampingnya.

Dia sama sekali tidak menyukai Kai.
Jadi mau tidak mau, karena Rose bersikeras untuk menemui Lisa, akhirnya Jiso menemani Rose.

Jiso sebenarnya tidak tau, apa niat Rose meminta bantuan pada orang yang tidak bersangkutan.

"Ada apa?" ujar Lisa ketika keluar dari kelasnya. Matanya menatap Rose dan Jiso bergantian.

"Pliss Lisa, aku butuh bantuanmu. Aku tak tau lagi Lisa, hidupku seakan hampir hancur." ujar Rose memohon pada Lisa.

Lisa menatap Rose datar, "Aku tak bisa melakukan apa apa untuk membantumu, carilah orang yang bersangkutan." ujar Lisa.

Rose kembali menangis, untuk kesekian kalinya Lisa menolak membantunya.

Jiso yang melihat Rose menangis menjadi tidak tega, Jiso mendekati Lisa, "Apa kau sungguh tak mau membantu sahabatku ini? Kenapa?" ucap Jiso lembut.

"Aku tak bisa melakukan apa apa," jawab Lisa jujur.

"Aku juga tau itu, tapi setidaknya bantu dia. Dia memerlukanmu, aku tau kau selalu membantu orang yang jatuh terpuruk, jadi kali ini kumohon, bantu sahabatku." Jiso tersenyum kecil, entah mengapa tiba tiba rasa perih di hatinya muncul.

ICE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang