23. Campur Aduk ++

11.5K 400 113
                                    

Yang bocil menyingkir, btw jangan ngomong toxic yah. Takut mimin bikin part ini

.
.
.

Alice membawa Jennie kabur dari gedung itu. Langkah kaki Alice yang panjang terus bergerak menjauhi gedung.

Alice menggendong Jennie dan tak menghiraukan Jennie yang sejak tadi memukulnya karena minta diturunkan.

"Turunkan aku! Alice turunkan aku! Lisa masih berada disana. Aliceee," Jennie terus memukul mukul lengan Alice, tapi sayangnya Alice tak menghiraukannya.

Alice membawa Jennie kerumah kosong yang berada di dekat gedung itu. Setelah itu Alice menurunkan Jennie disana.

Jennie hendak pergi menemui Lisa, tapi Alice menahannya.
Alice langsung menarik Jennie dan mendekapnya kedalam pelukannya.

"Jangan kesana berbahaya, tetap disini, bersamaku." ujar Alice menahan Jennie.

Jennie memberontak, air matanya terus mengalir. Bagaimana dia bisa tetap tenang sedangkan Lisa ada disana.

"Lepaskan Alice, aku mau menemui Lisa. Lepaskan," teriak Jennie bersikeras menemui Lisa.

Alice tetap menahan Jennie, ia menambah eratkan pelukannya.

"Kau mau kesana hu? Kau tidak tau betapa bahayanya disana?"

Jennie mendorong badan Alice kuat lalu Alice melepas pelukannya.

"Kenapa kau membawaku kesini? Lisa sedang berada dalam masalah, kenapa kau malah lari hu? Kau pengecut Alice, pengecut!"

Jennie merosot jatuh kebawah, badannya sangat lemas sekali. Tenaganya habis. Air matanya terus mengalir.

"Kenapa kau membawaku kesini? kenapa kau meninggalakan Lisa? hikss." lirih Jennie menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangannya.

Jennie sangat tidak berdaya, ia takut jika nanti Lisa dalam bahaya.

Alice menghela nafasnya pelan, kemudian ia menyentuh pundak Jennie.

"Lisa yang menyuruhku membawamu Jen, Lisa yang memintaku membawamu kesini." ujar Alice lembut, "Jen, apa kau tidak lihat tadi? Lisa lebih perduli dengan Rose di banding dirimu. Dia lebih mendahulukan menyelamatkan Rose di banding dirimu. Dan kau taukan, Lisa datang kesini untuk menyelamatkan Rose, Jen."

Kepala Jennie langsung mendongak mendengar kalimat Alice.
Lisa nya  tak seperti itu, Lisa lebih mementingkan dirinya, bukan orang lain.

Jennie menggeleng tegas menolak ucapan Alice, "Lisa tidak seperti itu, Alice!"

"Tapi itu kenyataannya Jen!" bentak Alice.

Jennie terdiam tak berkata. Bibirnya sekarang sangat keluh sekali berbicara.

"Jen, sekarang Rose lebih dekat dengan Lisa. Rose selalu ada di dekat Lisa, dan Lisa? Dia sudah lebih percaya pada Rose. Bahkan soal kepergiannya, Rose lebih tau terlebih dulu di banding dirimu."

Jennie kembali menatap Alice, kini tatapannya menajam. Jennie tidak berfikir panjang mengenai kalimat Alice, otaknya sudah di kuasai oleh rasa cemburu.

"Kalau Lisa sayang denganmu, dia takan pergi Jen. Dia bakalan bertahan disini," sambung Alice lagi.

Sepertinya Jennie sudah terbawa oleh omongan Alice. Suasana hatinya kini mulai memburuk, air matanya mendadak berhenti. Hanya ada bekas aliran air mata di pipinya.

Alice memegang tangan Jennie membuat Jennie menatap Alice.

"Jen, seharusnya kau lihat orang orang yang ada di samping Jen. Banyak yang mencintaimu dengan tulus," ujar Alice. Kini tangan Jennie di angkat oleh Alice untuk memegang kedua pipi Alice.

ICE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang