Pintu ini terkunci, gue teriak mencoba meminta bantuan tapi kayaknya gak ada yang denger. Percuma juga kalo teriak, kawasan sini emang sepi. Buru buru gue cari hp di saku tapi nihil. Bangsat! Hp gue ketinggalan di kelas.
Ini masih siang gak mungkin kalo pintu ini terkunci sama penunggu di sini. Dari cerita yang gue denger, gak ada satupun yang digangguin sama makhluk itu karena dia cuma menunjukkan kalo dirinya ada.
Apa ini ulah degemnya Renjun?
Jelas jelas ada orang yang minta gue kesini, padahal kalo pengen ngomong mah bisa dimana aja. Di rooftop juga sepi, tapi kenapa harus banget ngomong di gudang?
Yang bisa gue lakukan sekarang hanyalah duduk sambil memeluk lutut. Air mata gue mengalir begitu aja. Gue gak tau sampai kapan gue terkurung disini. Sampai akhirnya, ada seseorang yang membuka pintu gudang ini.
"Renjun?"
Air mata gue kembali mengalir, kali ini lebih deras. Gue menghampiri Renjun dan memeluknya erat.
Tangan Renjun mengusap punggung gue lembut, "Nara.. Lo gak papa kan?" gue menggelengkan kepala.
Mungkin mulut gue bilang kalo gue benci sama Renjun tapi hati gue bilang sebaliknya. Entah kenapa gue selalu teringat nama dia disaat gue butuh bantuan.
Setelah gue mulai tenang, gue tersadar dan melepas pelukan tadi. "S-sorry gue gak bermaksud," gumam gue yang gak berani natap Renjun. "Gue tau gue lancang main peluk-"
Jari telunjuk Renjun mendarat di bibir gue, "Diem atau gue cium?"
Mata gue melotot dong dengernya. Kepala gue mendongkak dan gue bisa liat manik mata milik Renjun. Tangan gue menyingkirkan jari telunjuknya, "Lo gila ya?"
"Gue gak main main."
Maksudnya apa coba?!
Kok gue jadi takut sama ni orang? Gimana kalo semisalnya gue diapa apain disini? Secara kan disini sepi banget, jarang dilalui orang.
"Ra, nyadar gak lo..kenapa gue minta lo jadi babu gue?"
"Karena lo pengen liat gue menderita?"
"Salah!"
"Karena benci sama gue?"
"Itu salah besar."
"Pengen ngebuat gue malu, ya kan?! Haha gue tau niat busuk lo!"
Bukannya jawab, Renjun malah senyum, "Dahlah, lo nya gak peka." Kemudian dia pergi dan gue ngekorin dia di belakang.
"Apa sih? Coba kasih tau gue!"
"Emangnya gak akan nyesel kalo gue kasih tau?"
"Nyesel gimana maksud lo?"
Langkah dia terhenti membuat kepala gue nabrak punggungnya. Iya, sedari tadi gue jalan cuma liat ke arah sepasang sepatu yang melekat di kaki gue.
Renjun membalikan badannya, dia natap gue lekat banget sampe bikin gue grogi, "Sebagai taktik buat deketin lo."
"T-terus, kenapa lo jailin gue?"
"Gue caper sama lo."
Maksudnya?!!!!!
"Pengen bilangnya nanti aja tapi lo udah maksa duluan," Renjun menghela napas, "Gue suka sama lo, Nara Lee."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(abaikan Nomin🤣)
Bentar bentar.
"Lo pasti sakit," tangan gue memegang dahi Renjun untuk mengecek suhu tubuhnya, kali aja dia masih sakit jadi ngomongnya ngelantur.
Renjun memegang tangan gue, dia meletakkan telapak tangan gue di dadanya. Gue bisa merasakan detak jantungnya yang gak karuan.
"Renjun! Jangan ngadi ngadi lo! Sejak kapan lo suka sama gue?!"
Untuk sejenak, Renjun berpikir, "Sejak kita bertemu di SMA ini? Gue gak yakin sih tapi yang pasti udah lama."
Gak mungkin!
Gue sama dia saling diem dieman, suasana jadi awkward gini. Sumpah dah rasanya pengen kabur aja. "Renjun.. gue.. pergi dulu ya, kayaknya Somi sama Ryujin nyariin gue."
Renjun, maaf banget tapi gue syok..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Author's pov
Ketika Nara pergi menuju gudang, Renjun gak sengaja melihatnya. Dia menepuk bahu Jaemin, "Ntar gue nyusul ya. Baru inget ada hal penting." Lalu Renjun pergi mengejar Nara.
Renjun bingung karena Nara pergi ke gudang sendirian. Dia melihat gadis itu dari jauh sampai saat dimana ada seorang gadis yang dia kenal menutup pintu gudang itu. Bukan hanya menutup pintu tapi menguncinya dari luar.
Orang yang selama ini selalu berbaik hati padanya dan selalu menunjukkan hal positif, "Lee Nakyung? Kenapa dia ngelakuin itu?"
Raut wajah Nakyung terlihat sangat puas, dia bahkan smirk. Ketika Nakyung sudah pergi, Renjun menuju gudang itu dan membukanya.
"Renjun?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.