Cengiran leo tidak bisa disembunyikan, ia sangat senang bisa ditemani wonwoo pergi ke rumah sakit untuk terapi.
Dokter yang menangani leo sampai memuji leo berkali-kali karena semangatnya yang berapi-api di terapi kali ini.
Entah elona harus ikut senang atau tidak melihat leo seperti itu. Semangat leo memang membawa pengaruh positif kepada orang sekitar, tapi itu tidak membawa perkembangan apapun pada saraf otaknya.
"El, muka kamu tolong dikondisikan dulu sebelum saya cium."
"..." elona melongos kesal.
"Kenapa sih, el? Santai dikit dong. Kalo semua-semua dipikirin, otak kamu bisa meledak loh."
Wonwoo menyetir mobil sambil sesekali mencuri pandang pada elona yang diam sejak pulang dari rumah sakit. Ia tidak tau alasannya.
Apa jangan-jangan elona tau kalau wonwoo yang membiayai terapi tadi?
Wonwoo sengaja ikut ke rumah sakit walau sudah dilarang elona. Ia hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada seisi rumah sakit agar berikutnya mereka tidak ada yang berani macam-macam pada leo dan elona.
Waktu itu, setelah leo menunjukkan bill rumah sakitnya kepada wonwoo, wonwoo langsung melakukan research tentang rumah sakit tersebut.
Dan ternyata rumah sakit itu pernah terkena skandal kekerasan terhadap pasien. Memang hanya sekali dan kejadiannya juga sudah belasan tahun yang lalu, tapi itu jelas membuat wonwoo resah membiarkan leo berobat di sana.
Sebenarnya ia ingin membawa leo terapi di luar negri dengan fasilitas dan kualitas yang lebih baik, tapi elona pasti tidak akan mengizinkannya.
Maka dari itu, dua bulan yang lalu wonwoo mendaftarkan dirinya sebagai donatur utama di rumah sakit tersebut tanpa sepengetahuan elona. Ia melakukan itu untuk meringankan beban elona.
Sebagai donatur terbesar, ia berhak memberi usulan yang tujuannya adalah memberikan terapi gratis bagi keluarga yang kurang mampu.
Dan ia juga sudah menitip pesan kepada direktur rumah sakit untuk memperlakukan leo dan elona dengan baik.
Hari ini ia memamerkan wajahnya ke rumah sakit ya cuma untuk itu, menunjukkan kepada orang-orang bahwa leo dan elona adalah orang yang tidak boleh mereka perlakukan semena-mena.
Oke, wonwoo memang berlebihan, tapi itu sudah seperti perintah alam untuk menjaga leo dan elona di bawah ketiaknya.
"El, saya pengen beliin baju untuk leo. Nanti kamu pilihin yah? Saya kurang ngerti selera leo kayak apa."
Wonwoo dan elona sedang menuju salah satu mall untuk membeli persediaan bahan makanan yang nyaris habis di kulkas elona. Leo tidak ikut, karena harus istirahat di rumah setelah terapi. Tubuh leo jadi sensitif terhadap debu, jika sudah bersentuhan dengan alat medis dan obat-obatnya.
"Ga usah repot-repot, pak. Baju leo masih cukup."
"Saya cuma pengen ngasih leo hadiah aja, el. Hari ini dia pinter banget terapinya."
"..." elona tidak menjawab. Ia merenung, entah kapan tuhan akan mengabulkan doanya agar leo diberikan 1% harapan untuk bisa berbicara.
Sebagai ibu, hatinya perih tiap kali mengantar leo terapi dengan hasil nol.
"El, udah jangan sedih lagi. Leo aja semangat, masa kamu galau mulu sih." Wonwoo memarkirkan mobilnya di parkiran mall, lalu menggenggam tangan elona.
"Saya gak galau." Elak elona.
"Kalo gak galau, mana senyumnya?" Pancing wonwoo.
"Senyumnya nanti-nanti aja."
"Sekarang!"