Wonwoo terbangun dari tidur panjangnya.
Cahaya matahari yang memasuki kamarnya sangat mengganggu. Kepalanya pusing, ia ingin tidur lagi, tapi tidak bisa.
Batinnya terus bergelut dengan pikiran-pikiran menakutkan begitu ia membuka mata.
Apakah semua itu hanya mimpi?
Drrrrttt drrrttt
Wonwoo mengambil hapenya di atas nakas.
*line*
Elona💟💦
Bawain sarapan! Laper!Otw😘
Wonwoo tersenyum melihat chat itu. Hatinya kembali tenang, ia senang elona masih mengharapkan kedatangannya setelah kewarasannya sempat hilang tadi malam.
Elona tidak mencegah wonwoo untuk membunuh orang-orang yang sudah menyakiti keluarga kecilnya. Tapi kalimat yang elona sampaikan pada wonwoo di lift itu membuat wonwoo mendapatkan kewarasannya kembali.
"Kamu boleh bunuh mereka, tapi setelah itu... jangan harap kamu bisa ketemu sama leo lagi... Karena aku gak mau leo dicap sebagai anak dari seorang pembunuh."
Leo...
Anaknya...
Harusnya ia memikirkan leo sebelum bertindak...
Memang betul kata orang, tindakan yang dilakukan di saat sedang emosi hanya akan memperburuk keadaan.
Wonwoo bisa saja menghancurkan seluruh lingkaran keluarganya jika tadi malam elona tidak menyadarkannya dari pikiran yang membabi buta.
Wonwoo menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan.
Kemudian ia bangun, mandi dan bersiap-siap ke rumah sakit membawakan 3 kotak makanan, sarapan untuk dua orang yang disayanginya.
--%--
BUGH!
"LAMA AMAT SIH! UDAH LAPER BANGET IIH!" Elona melempar wonwoo dengan bantal sofa ketika wonwoo membuka pintu kamar rawat leo.
Lemparan bantal itu bukan karena lapar. Itu adalah lemparan kekesalan dari elona karena wonwoo sudah membuatnya khawatir sepanjang malam.
Wonwoo memang mengabari elona kalau tadi malam ia pulang ke rumah dan tidak melakukan tindakan kriminal apapun setelah dari rumah sakit.
Tapi tetap saja, elona khawatir. Mengingat mantan suaminya itu memang mempunyai itikad trouble maker di dalam dirinya.
"Ya maaf, macet nana sayang~" Wonwoo menghampiri elona dan mencium pipinya.
Chup~
"Ck, gausah cipok2! Ada leo!"
Wonwoo menoleh ke tempat tidur leo dan ternyata di situ leo sudah membuka matanya, tersenyum seperti biasa.
Kali ini leo tidak bisa marah ataupun cemburu melihat wonwoo mendekati ibunya.
Leo sangat merindukan sang ayah yang ia pikir sudah meninggalkannya sejak 3 bulan yang lalu.
"Lek, kamu udah bangun?" Wonwoo ikut tersenyum melihat senyuman leo yang masih manis seperti wajah ayahnya.
Leo mengangguk.
Wonwoo meletakkan kotak makanan di atas meja yang berjarak beberapa langkah dari tempat tidur leo, kemudian ia menghampiri leo.
"Anak papa udah bangun hihi ganteng banget sih kamu~ mirip siapa sih~ uwuuuu~" wonwoo mencubit pipi leo.