"Na..."
"..."
"Ayo temenin aku masuk."
Wonwoo menggenggam erat tangan elona. Ia bisa merasakan tangan istrinya yang dingin sore itu.
"Buat apa? Leo udah meninggal." Elona menatap wonwoo dengan penuh kesedihan.
"Leo cuma tidur, na. Ayo kita bangunin." Wonwoo menahan air matanya, lalu meraih tubuh elona dengan sedikit kasar, memaksa elona untuk bangkit dari kursi tunggu yang ada di depan ruangan rawat leo, di koridor rumah sakit.
"..." elona tidak bisa menolak, tubuhnya lemas hingga rasanya sulit untuk bergerak.
Dengan sigap wonwoo merangkul tubuh elona dan membantunya berjalan masuk ke dalam ruangan rawat leo.
Di situ leo terbaring dengan damai...
Wajahnya putih pucat...
Sekujur tubuhnya lebam dan terdapat banyak balutan perban di beberapa bagian tubuhnya.
Melihat itu, tentu wonwoo juga merasakan hal yang sama dengan elona.
Hatinya remuk mengetahui leo yang biasanya tersenyum ceria, sekarang bahkan sudah tidak bisa bernafas lagi.
Sungguh tuhan sangat jahat memberikan anaknya cobaan seperti ini.
Leo tidak pernah melakukan kesalahan apapun hingga pantas mendapatkan semua kesialan ini
Dari semua momen hidup leo, kenapa leo harus melewati momen terakhirnya dengan cara yang mengenaskan?
Diserang oleh geng berandal anak SMA dengan sangat brutal, di jalanan sepi ketika pulang sekolah... Itu benar-benar terlalu kejam untuk anak sebaik leo.
Kata dokter, benturan di kepala leo cukup kuat, hingga kemungkinan leo untuk mendapat kesadarannya kembali... hampir tidak mungkin.
Dokter menyatakan bahwa hanya detakan jantung lemah saja yang masih tersisa di dalam tubuh leo. Selebihnya, leo sudah persis seperti orang tak bernyawa.
Elona kehilangan harapan sejak mendengar penjelasan dokter. Dunianya runtuh tak bersisa. Ia berdoa agar tuhan segera mejemputnya dari dunia ini setelah kepergian leo.
Bertahan hidup pun rasanya percuma. Bernafas pun akan terasa sakit.
apakah ada hal yang lebih menyakitkan dari kehilangan seorang anak?
Wonwoo membaringkan elona di samping tubuh leo, lalu ia menguatkan dirinya dan mulai mencoba membangunkan putranya.
"Lek... bangun... papa udah di sini."
"..."
"Lek..." Satu tangan wonwoo menyentuh wajah leo dengan pelan.
"..."
"Lek... katanya kamu gak mau bikin papa sedih, tapi kok kamu gak bangun2 sih."
"..."
"Ayo dong, bangun. Abis ini kita main lagi. Papa udah beli video game baru loh."
"..."
"Kalo kamu bangun, kita bisa main bola lagi, lek. Cepet bangun ya sayang, jangan tidur terus."
"..."
"Oh iya, maaf papa gak ngunjungin kamu belakangan ini, papa sakit. Ayo bangun, lek. Jewer papa!"
"..." leo tidak memberikan respon apapun.
Wonwoo mulai tidak bisa menahan air matanya. Ia semakin takut. Ia belum siap untuk kehilangan leo, darah dagingnya.