24. Kill

944 120 4
                                    


Vote dulu vote duluu!!!⭐



💫💫💫





Apa semua anak dengan keterbatasan itu memang terlahir kurang beruntung dibandingkan anak normal?

Jika iya, apakah mereka tidak berhak bahagia?

Elona dan wonwoo awalnya gugup saat harus berhadapan dengan polisi, tetapi kegugupan mereka hilang begitu saja dan berganti menjadi emosi setelah melihat salah seorang petugas polisi yang memakai jaket kulit berwarna hitam dengan kasarnya membentak-bentak pengemis itu.

"KAMU DIBAWA KE SINI TUH UNTUK BERSAKSI! BUKAN UNTUK TUTUP MULUT! SAYA TAU KAMU BISU, TAPI INI KAN UDAH SAYA KASIH KERTAS SAMA PULPEN! TULIS APA GITU KEK! JANGAN MALAH DIEM DAN MEMPERLAMBAT KERJAAN SAYA! KAMU MAH ENAK GAK PUNYA KELUARGA! TAPI SAYA PUNYA ANAK ISTRI YANG LAGI NUNGGUIN SAYA DI RUMAH!"

Terdapat 4 petugas yang ada di dalam ruangan, namun 3 petugas yang lain hanya diam dan tidak berani menegur ataupun membenarkan cara petugas berjaket kulit itu saat melakukan interogasi yang salah.

3 polisi itu masih terlihat muda, sedangkan yang berjaket kulit mungkin sudah berusia 40an.

Entah dia itu atasan atau petugas senior, elona dan wonwoo tidak peduli sama sekali. Salah ya salah.

Si pengemis menduduk, tangannya sedikit bergetar, dia kelihatan ketakutan.

"Pak, ngomongnya jangan kenceng-kenceng dong! Gendang telinga saya keganggu!" Wonwoo menatap petugas itu dengan tatapan tidak suka.

"Dari tadi saya udah cukup sabar sama dia! Sekarang waktu saya udah kebuang 3 jam sia sia! Harusnya sekarang saya udah pulang kerja!"

Waktu memang sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi bukankah itu memang resiko pekerjaan?

"Kalo mau pulang, ya pulang aja. Atau kalo di rumah terus seharian, ya resign aja. Daripada capek2 kerja tapi bikin malu negara." Wonwoo tersenyum remeh.

Mungkin wonwoo terlalu lelah hari ini. Mulai dari mendapatkan kembali ingatannya, melihat leo yang hampir kehilangan nyawa, hingga berhadapan dengan polisi brengsek. Otaknya sudah panas dan bisa meledak kapan saja.

Atau mungkin, otaknya sudah bergeser dari tempatnya.

Pak polisi itu sampai terpancing dan menjadi semakin emosi.

"Jadi maksud bapak apa? Bapak pikir gampang ngadepin anak idiot kayak gini?!" Polisi itu membalas ucapan wonwoo, sambil mengacungkan telunjuknya pada si pengemis tanpa sopan santun.

"Jangan asal ngomong! Hanya karena dia gak bisa ngomong, bukan berarti dia idiot." Bela wonwoo dengan cepat.

Tiba-tiba wonwoo teringat kalau dulu ia juga pernah menuduh pengemis itu jahat. Dan sekarang ia begitu menyesal pernah asal menuduh hanya karena masalah penampilan luar.

"Kalo dia gak idiot, dia gak akan nyusahin saya!" Polisi ini malah tidak terima.

"Biarpun dia idiot, gila, jahat, miskin atau cacat sekalipun, dia tetap manusia yang punya perasaan, pak. Kalo bapak mau ngurus kasus ini dengan cara nyakitin dia melalui ucapan bapak, mendingan bapak pulang aja. saya gak butuh peran bapak yang rupanya berguna sama sekali, kayak sekarang." Kali ini elona yang bersuara dengan lantang.

Ia berjalan melewati polisi itu, lalu mendekat ke arah si pengemis dan meraih tangan pengemis itu tanpa memperdulikan kebersihan tubuhnya.

"Nama kamu siapa?" Elona tersenyum tulus pada pengemis itu.

HIS FORGOTTEN SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang