Wonwoo bersikeras mengantar elona sampai rumah sakit, meski elona sudah menyuruhnya pulang puluhan kali.
Di rumah sakit pun ia tetap membuntuti elona ke mana-mana. Bahkan ke toilet.
"Bapak mau masuk toilet cewek? Ayo sini! Masuk kalo berani!" Tantang elona, terlampau kesal karena diikuti terus di kala ia masih mengkhawatirkan putranya.
"Engga kok engga, saya balik ke kamar anak kamu ya."
"Ngapain ke kamar anak saya? Balik ke rumah sana!"
"Ke rumah kamu?"
"Ngapain ke rumah saya? Ya ke rumah bapak lah!"
"Rumah saya jauh. Saya di sini aja ya? Nemenin anak kamu hehe."
"Ngapain nemenin anak saya sih? Kenal juga engga. Memangnya bapak gak punya kerjaan? Ngantor atau apa gitu kek? Lebih baik bapak kerja aja dari pada buang waktu di rumah sakit. Maaf udah ngerepotin dan makasih juga udah mau nganterin sampe sini. Nanti uang bensinnya saya transfer aja ya ke rekening bapak. Saya gak mau punya hutang sama bapak. Mungkin besok baru bisa saya transf--"
Tok tok!
Wonwoo mengetuk jidat elona dua kali seperti mengetuk pintu. "Iya iya cerewet banget sih kamu." Lalu pergi meninggalkan elona.
Elona terdiam, memandangi wonwoo yang semakin menjauh. Lalu ia mendadak flashback. Dulu wonwoo juga pernah melakukan hal yang sama kepadanya, bahkan sering.
Mengetuk jidat elona dua kali untuk menghentikan omelannya.
Ia berpikir keras, kenapa wonwoo tidak berubah sama sekali? Itu tidak adil. Sedangkan elona sendiri sudah banyak berubah. Walau perasaannya masih tetap sama.
Sementara itu, wonwoo pergi meninggalkan elona di toilet bukan untuk pulang. Melainkan kembali ke ruangan anak elona yang masih terlelap dengan jarum infus yang sudah menancap di punggung tangannya.
Dokter bilang demamnya tidak parah, hanya saja suhu badannya terlalu tinggi. Makanya harus diinfus sekitar 3 jam, nanti seteleh diinfus, sudah boleh langsung pulang.
Wonwoo berdiri memandangi wajah anak laki-laki itu yang masih sangat tenang di dalam tidurnya. Lalu wonwoo mengelus puncak kepalanya pelan. Entah ia merasa kasihan atau hanya menyayangkan keadaan anak malang itu.
Elusan di kepala si anak ternyata membangunkannya.
"Eh maaf, om ganggu tidur kamu ya?" Wonwoo cepat-cepat menyingkirkan tangannya.
Anak itu tersenyum begitu melihat wonwoo, padahal ia tidak kenal dengan wonwoo.
Ia mulai menggerak-gerakkan tangannya di udara, ingin berbicara dengan wonwoo, tapi sayangnya wonwoo tidak mengerti bahasa isyarat.
"Hmm maaf ya sayang. Om gak ngerti." Wonwoo menjadi tidak enak karena tidak mengerti. Pasti rasanya sangat mengecewakan saat orang lain tidak mengerti apa yang ingin kita katakan.
Anak itu menggerakkan tangannya lagi menunjuk hape yang ada di kantong wonwoo.
"Kamu mau pinjem hape om?"
Anak itu mengangguk, lalu wonwoo menyerahkan hapenya setelah memasukkan password lockscreennya.
Anak itu mencari aplikasi notes dan menuliskan sesuatu di hape wonwoo, kemudian menunjukkan apa yang ia ketik di layar hape itu kepada wonwoo.
📱nama om siapa?
"Ohh... nama om, wonwoo. Kalo nama kamu?"
📱Leo
"Loh? Bukan Lek?"
📱bukan om. Itu karena mama sering typo ngetik O jadi K, makanya leo akhirnya dipanggil lek kalo di rumah😅