Lukisan Penari

7.1K 343 6
                                    

"Bunda, kenapa banyak darah di sekitar sumur?"

Yilya berjalan mendekati Kyna yang berteriak dari belakang rumah. Sejak pertama kali dirinya masuk ke dalam rumah kumuh yang  memiliki beberapa ruangan aneh, Yilya selalu merasakan hal mistis yang sangat tidak masuk akal baginya.

Kyna—putri kecilnya—selalu menemukan suatu kejadian aneh yang terjadi di belakang rumah. Ia selalu meneriakan perkataan yang mampu membuat Yilya terkejut bukan main. Namun, pada saat Yilya menghampirinya, hal yang Kyna ucapkan itu sama sekali tidak tampak di depan mata.

"Mana, Sayang?" tanya Yilya seraya berusaha menahan kesal.

Bukan pertama kali perkataan Kyna membuatnya kaget. Toh, selama beberapa hari mereka menempati rumah tersebut, Yilya sama sekali tidak pernah menemukan sesuatu yang aneh. Hanya saja, rumah tersebut memang begitu kumuh dan terasa berbeda karena lama tidak berpenghuni.

"Loh, Bunda ... tadi ada banyak darah di sini. Kyna lihat sendiri, tapi, kalau Bunda datang, kenapa darah itu hilang?"

Yilya menghela napas kesal. "Sayang, bunda lagi masak. Kyna jangan kayak gitu lagi, ya. Di sini nggak ada apa-apa."

"Tapi, Bunda. Tadi—"

"Yuk, Kyna masuk kamar aja." Yilya segera menggendong tubuh kecil Kyna.

Tidak ada yang bisa Kyna lakukan selain diam ketika tubuh kecilnya perlahan beranjak pergi. Namun, kedua bola mata Kyna terus menatap sosok perempuan yang perlahan muncul dari dalam sumur. Perempuan itu melambaikan tangan, membuat Kyna merasa terpikat dan semakin penasaran.

"Bunda, perempuan itu siapa?"

Yilya sama sekali tidak menghiraukan perkataan yang diucapkan Kyna. Namun, ketika langkah kaki Yilya benar-benar tidak dapat bergerak lagi—seperti membeku—Yilya mulai cemas, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"Astagfirullah ...."

"Ada tante!" seru Kyna menunjuk perempuan yang baru saja muncul dari dalam sumur.

Tubuh perempuan itu—kuntilanak—berlumuran darah. Kedua bola matanya menatap Yilya dengan tatapan sedih, tetapi, sorot matanya penuh dengan kebencian. Rambut panjang perempuan itu terurai, bau busuk sangat menyengat karena bagian tubuhnya tidaklah utuh. Perempuan itu tidak memiliki satu tangan, bagian usus tampak begitu hancur, keluar begitu saja dari perut. Bahkan, perempuan itu hanya memiliki jari telunjuk. Entah apa yang telah terjadi, ia benar-benar terlihat sangat menyedihkan.

Yilya berusaha untuk menggerakan tubuhnya, tetapi, semua usahanya gagal. Terutama ketika perempuan itu malah menangis kencang. Suaranya sangat melengking, ia menjerit sekuat tenaga, memecahkan keheningan. Jemari Yilya gemetar hebat, ia terus memeluk Kyna yang tentu saja kini mulai menangis ketakutan. Keadaan mulai mencekam, suara tangis Kyna membuat perempuan itu semakin menggila. Ia menggeliatkan tubuh, seolah tengah menari dalam kesendiriannya.

"Kyna takut, Bunda. Kyna benar-benar takut ...."

Sekarang, Yilya sadar jika perkataan Kyna yang selalu berteriak memanggil namanya jika menemukan suatu hal aneh itu memanglah benar. Ada sesuatu yang tidak masuk akal dalam rumah ini. Bagaimana mungkin ada makhluk tak kasat mata yang dapat terlihat oleh manusia?

Yilya terus berusaha menggerakan tubuh, tetapi semua usaha itu sia-sia. Lengkingan suara perempuan itu semakin terdengar sangat kencang sampai akhirnya munculah seorang dari sebuah lukisan yang sangat Yilya sayangi.

"Nyai Lie!" seru Yilya seketika saat melihat wujud asli seseorang yang muncul dari dalam lukisan.

Bagaimana Yilya tidak merasa heran?
Selama ini, Yilya selalu menjaga dan membersihkan lukisan Nyai Lie dengan penuh kasih. Semenjak Mas Arthur—suami Yilya—memberikan hadiah berupa lukisan penari yang sangat mempesona, Yilya selalu menjaganya. Bagi Yilya, lukisan tersebut sangatlah indah untuk dipandang.

Mayat Dalam Sumur (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang