"Hei! Kalian berdua lagi ap ... MAYAT!"
Bu Eni berteriak kencang ketika melihat seseorang memotong dengan buas mayat perempuan di bawah pohon besar. Mayat tersebut dalam keadaan yang sangat buruk.
Seseorang itu ialah Mas Arthur dan Nida. Mereka tertangkap basah oleh Bu Eni tengah melancarkan aksinya di tempat yang sangat sepi. Saat itu, kebetulan Bu Eni sedang melintas, hingga akhirnya ia mencium bau darah yang sangat menyengat.
"Udah aku bilang, tempat ini nggak aman," bisik Nida sembari menghentikan gerakan.
Dengan sigap, Mas Athur segera memegangi tubuh Bu Eni agar perempuan bertubuh gempal itu tidak lari dan membuat semuanya kacau. Bahkan, Nida tidak tinggal diam. Ia langsung mengambil sebuah tali dan berusaha mengikat Bu Eni tepat pada pohon. Namun, tidak mudah bagi Mas Athur dan Nida untuk mengikat tubuh Bu Eni yang sangat berisi.
"Lepas!" Bu Eni tampak sangat ketakutan.
"Diam atau mau kubunuh?"
"Aku sama sekali nggak nyangka kalau kamu itu seorang psychopath, Arthur!" Seruan Bu Eni membuat Mas Athur kalap dan menampar perempuan itu dengan sangat kencang.
"Lepaskan aku! Aku akan memberitahu semua orang tentang perlakuanmu!"
"Perlakuan apa maksudmu? Tidak usah mengusik hidupku!"
"Tidak bisa kubayangkan jika Yilya mempunyai suami yang ternyata seorang pembunuh berdarah dingin. Apa kau sadar, Athur? Hal yang kau lakukan ini tampak menjijikan!"
"Mulutmu lebih menjijikan! Kau pikir, aku tak tahu jika selama ini kau selalu--"
"Ikut campur dengan urusan keluargamu? Oh, tidak. Jangan bodoh, aku hanya memperingati istrimu ketika kudengar bahwa ia ingin membeli kemenyan. Untuk apa? Pesugihan? Atau mungkin, dia pun seorang psychopath sepertimu!"
Jleb!
Mas Arthur menancapkan pisau tepat di perut Bu Eni sampai menyebabkan sorot mata Bu Eni tampak sangat kesakitan. Ia tak lagi mampu berucap meski dapat terlihat dengan jelas dari bibirnya bahwa ia ingin mengucapkan sesuatu.
"Aku bisa membunuh kapan saja! Sampai akhirnya, mulutmu sendiri yang membawamu kedalam jerat kematian. Nikmatilah masa sekarat itu, Bu Eni yang terhormat."
"Jangan lupa, nikmati pula waktu bernapasmu. Setelah ini, kau harus menerima kematianmu."
Mulut Bu Eni terbuka lebar, ia berusaha untuk menghirup napas. Namun, darah dari perutnya terus keluar begitu saja. Mas Arthur sama sekali tidak berpikir panjang mengenai pembunuhan malam hari itu.
"Cepat kemasi barang-barang. Kita harus segera pulang sebelum Yilya curiga."
"Calon mayat ini bagaimana?" tanya Nida seraya menunjuk Bu Eni yang tampak kesakitan.
"Bawa pulang saja. Kita habisi dalam sumur."
Nida menganguk. Dengan cepat, ia membacakan suatu kata yang menjadi tameng untuk dirinya bersembunyi—mantra. Tanpa menunggu waktu lama, Bu Eni menghembuskan napas terakhir di bawah pohon tersebut. Sampai akhirnya, Mas Athur dan Nida pulang sembari membawa plastik hitam yang berisikan beberapa makanan ringan agar Yilya tidak mencurigainya. Sementara itu, mayat Bu Eni berada dalam gendongan Mas Arhur untuk dihabisi nanti.
Mas Arthur sama sekali tidak melihat istrinya menunjukan tanda-tanda kecurigaan. Ia segera berjalan menuju sumur untuk meletakan mayat Bu Eni. Sementara itu, Nida memberikan plastik berisi makanan ringan untuk dua ponakannya. Mereka berdua—Mas Athur dan Nida—sangat mampu menyembunyikan hal yang sebenarnya sangatlah buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayat Dalam Sumur (TERBIT)
غموض / إثارة"Kematian akan selalu mengintai keluarga kecilmu. Jangan sampai kau biarkan Kyna mati dalam keadaan yang mengenaskan!"