Kenyataan Sesungguhnya

1.6K 146 7
                                    

“Kau pikir luka ini menyakitkan?” tanya Ki Barjo. Seketika ia meludahi Nida.

“Sombong sekali. Kau mendapatkan semua kekuasaan itu dari perbuatan menjijikan yang pernah kau lakukan. Jangan bersikap seolah kau—”

“Tidak perlu bertele-tele, Arthur. Kau semakin terlihat ketakutan.” Ki Barjo tersenyum sinis. Ia mengeluarkan serbuk berwarna merah.

Mas Arthur semakin gelisah ketika Ki Barjo mengambil sebuah batu yang ada di sekitar sumur. Tanpa menunggu lama, Ki Barjo melempar batu beserta serbuk tepat ke dalam sumur. Lemparan itu mengakibatkan air yang ada dalam sumur seketika berubah warna. Kejernihan air lenyap, digantikan dengan pekatnya darah.

Yilya mengira jika darah tersebut berasal dari ratusan mayat dalam sumur. Ki Barjo sudah menceritakan semua. Tentang siapa Mas Arthur sebenarnya, sampai mengapa Yilya dapat ikut serta menyelesaikan persoalan ini.

“Usia Arthur sama seperti Ki, Yilya.” Pernyataan itu mampu membuat Yilya bungkam.

Setiap kata yang Ki Barjo ucapkan selalu membuat Yilya merasa lemas. Namun, Yilya harus menerima kenyataan. Mas Arthur meyembunyikan suatu hal yang mampu membuatnya bergidik ngeri.

Ki Barjo mengatakan bahwa Mas Arthur sering memakan mayat korbannya setelah beberapa kali mendapat ajakan memakan daging manusia oleh Ki Barjo.

“Dulu, Ki juga seorang psychopath, Yilya. Sama seperti suamimu. Namun, setelah Ki menikah dengan Nirma, perlahan Ki mulai sadar bahwa tindakan yang Ki lakukan itu salah,” jelas Ki Barjo.

Yilya terkejut bukan main ketika mendengar penjelasan Ki Barjo, terutama ketika ia mengetahui bahwa Bu Nirma sebenarnya istri Ki Barjo. Selama ini, tidak banyak hal yang ia ketahui tentang Bu Nirma. Yang Yilya tahu, Bu Nirma itu orang baik.

“Kamu pasti kaget, Yilya. Di kampung ini, tidak ada satu orang pun yang mengetahui. Ki benar-benar menyembunyikan semua.” Ki Barjo memperbaiki posisi duduknya.

Yilya menggeleng, ia berkata, “Yilya sangat tidak percaya, Ki.”

“Manusia mana pun pasti demikian. Tidak mudah mempercayai sesuatu yang terasa tidak masuk akal. Padahal, semua itu kenyataan.”

Perkataan Ki Barjo benar. Semakin berusaha memahami maksud dari semuanya, Yilya semakin tidak mengerti. Banyak sekali teka-teki yang harus ia pecahkan. Selama ini, Yilya memang menaruh curiga pada Bu Nirma. Namun, ia tidak pernah berpikiran jika sebenarnya Bu Nirma ini merupakan istri dari Ki Barjo.

“Ki dan Nirma mengalami masa pengantin baru yang pastinya sangat mengerikan bagi Nirma.”

“Kenapa begitu, Ki?” tanya Yilya heran.

“Karena masa itu, Ki sedang berada di titik kelam.”

“Titik kelam?” Yilya semakin tidak mengerti.

“Saat itu, jiwa psychopath Ki sedang memuncak. Ki hampir membunuh Nirma. Untung saja, Ki masih memiliki akal. Ki sangat mencintai Nirma, sama seperti Arthur mencintaimu,” jelas Ki Barjo sembari memberikan foto berwarna hitam putih lusuh.

Foto itu hampir tidak jelas, tetapi setidaknya Yilya dapat melihat dan merasakan sesuatu yang ada di dalam foto itu. Yilya melihat seorang perempuan yang diikat kuat pada lemari.

“Itu Nirma …,” lirih Ki Barjo. Ia terlihat sangat sedih dan menyesali perbuatannya.

“Entah mengapa, hanya Nirma-lah perempuan yang sabar dan mau menerima segala kekurangan Ki. Nirma tahu semua tentang sisi gelap Ki, tapi dia tidak pernah meninggalkan Ki hanya karena takut kehilangan nyawa. Padahal, Ki dapat melakukan hal tersebut kapan pun Ki mau.”

Benar. Mengapa Bu Nirma mampu menerima Ki Barjo?

“Ki mengajak Nirma masuk kedalam dunia Ki, hampir sama seperti yang pernah Ki lakukan pada Arthur. Tapi, Nirma berbeda. Setiap Ki melakukan kejahatan, Nirma selalu mengingatkan Ki jika semua itu salah.” Lagi-lagi, penjelasan Ki Barjo membuat Yilya terkejut bukan main. Ternyata, Bu Nirma memang memiliki hati yang sangat baik.

“Lalu, kenapa Bu Nirma bisa terlihat seumuran dengan Yilya, Ki?”

“Karena Ki memaksa Nirma untuk selalu meminum darah manusia.”

“Bu Nirma melakukan itu, Ki?” tanya Yilya. Ia kira, Bu Nirma tidak ikut meminum darah-darah korban seperti Mas Arthur.

“Iya. Sampai akhirnya perlahan hati Ki luluh. Nirma terus menangis saat Ki menyuruhnya meminum darah manusia. Ki tidak tega melihatnya. Sampai pada suatu hari Ki menemui seseorang yang hidup dalam lukisan.”

“Apa orang itu Nyai Lie?”

“Benar. Lie merupakan manusia yang terperangkap dalam lukisan. Ia dikutuk oleh Arthur akibat perbuatannya yang melanggar. Tapi, tanpa Ki dan Arthur tahu sebelumnya, ternyata Lie memiliki sesuatu. Ia dapat membuat manusia tampak awet muda dalam jangka waktu yang sangat lama.”

“Bukankah karena meminum darah korban pun dapat membuat awet muda, Ki?”

“Keduanya bisa saja. Lie membujuk Arthur dengan mengiming-imingi wajah tampan yang berbeda, sesuai dengan keinginannya. Maka dari itu, Arthur dapat pergi meninggalkan jejak dan menikah dengan beberapa wanita lain sebelum akhirnya bersamamu, Yilya.”

“Mas Arthur pernah menikah sebelumnya?” Yilya mengangguk, memahami ucapan Ki Barjo.

“Apa ini mengejutkan?”

“Tidak, Ki. Yilya sudah menduga sejak Kiki mengatakan bahwa usia Ki dengan Mas Arthur itu sebenarnya tidak beda jauh.

“Semua istri Arthur mati di tangannya. Arthur tidak pernah mencintai sedalam ini. Ia—”

“Bagaimana dengan mayat dalam sumur itu, Ki? Apa mereka membahayakan?” Yilya berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Sebelum Ki menjawab pertanyaan kamu, apa selama ini kamu merasa bahwa mayat-mayat itu membahayakan?”

“Tidak, Ki. Hanya saja, sering kali Yilya dibuat tidak dapat berkutik. Salah satu di antara mereka pernah mengancam Yilya, Ki.”

“Mereka hanya menakut-nakutimu.”

“Untuk apa?”

“Untuk membuatmu lebih cepat menyelesaikan semuanya. Mereka hanya ingin pergi ke tempat yang seharusnya. Bukan terperangkap dalam dunia yang tidak semestinya.”

Yilya mengangguk. Saat itu, pertanyaan yang terbesit dalam pikirannya hanya satu. “Berapa tahun mereka terperangkap dalam sumur?”

“Apakah sampai saat ini Bu Nirma masih terus meminum darah manusia, Ki?”

“Tidak, Yilya. Kekuasaan Ki sudah besar ketika Nirma memutuskan untuk berhenti meminum darah manusia. Akhirnya, Ki mulai luluh dan menuruti kemauan Nirma. Tapi, Ki tidak bisa selesai begitu saja. Ki mempunyai tanggungjawab untuk membuat Arthur pun sadar.”

“Pada kenyatannya, Arthur memiliki hati yang sangat keras. Kami hampir kehabisan cara untuk membuat lelaki itu mau menghentikan segalanya. Sampai akhirnya, Ki dan Nirma mendapat kabar bahagia tentang seorang perempuan tangguh yang akan menyelamatkan Arthur dari dunia kelam. Itu sebabnya Nirma mau membiarkan wajahnya tetap terlihat muda.” Ki barjo terus menyelesaikan pembicaraannya.

“Orang itu kamu, Yilya … setelah puluhan tahun, akhirnya kami bertemu denganmu. Harapan itu kami tumpahkan semua padamu. Tapi, Ki dan Nirma merasa bersalah karena ternyata, tidak mudah bagimu untuk mengerti semua dengan cepat.”

“Ini bukan salah Ki dan Bu Nirma. Yilya minta maaf, Ki.”

“Tidak ada yang perlu dimaafkan, Yilya. Seharusnya Ki dan Nirma yang meminta maaf. Akibat kelalaian kami, kamu harus kehilangan Kyna untuk selamanya.”

Yilya menggeleng. “Kita tidak dapat menolak takdir yang ditetapkan oleh-Nya, kan, Ki?”

“Benar, Yilya.”

“Sekarang, kita rencanakan bagaimana kedepannya untuk Mas Arthur, Ki. Yilya akan berusaha untuk lebih peka dan melihat dari berbagai sudut pandang.”

“Bagaimana jika ….” Ki Barjo mulai menjelasakan rencananya.

Yilya terus mengangguk atas penjelasan yang Ki Barjo berikan. Mulai hari itu, pikiran Yilya terus berjalan, ia sudah merencanakan sesuatu dengan sangat matang. Tinggal menunggu waktu yang tepat saja.

Pandangan Yilya kembali memperhatikan darah-darah yang ada dalam sumur itu meski pikirannya melayang jauh. Yilya sama sekali tidak mengetahui asal usul batu yang Ki Barjo lempar. Selama ini, semua batu yang ada di dekat sumur sama saja.

“Kau mau masuk ke dalam sana, Arthur? Aku sangat yakin, jika kau masuk kedalamnya, akan terasa sangat menyenangkan,” ujar Ki Barjo sembari melipat tangan dan meletakannya di depan dada.

“Jangan mengada-ngada. Lebih baik kau urusi urusanmu, Barjo. Untuk apa kau terus ikut campur mengenai—”

“Kau yang ikut masuk kedalamnya. Aku hanya ingin kau juga ikut menghentikan semua. Ini sebuah kesalahan, Arthur.” Nada suara Ki Barjo terdengar sangat tegas.

“Ayolah, Barjo. Jangan memiliki pikiran yang sangat tua. Kita bisa bersenang-senang lagi jika kau mau,” bujuk Mas Arthur.

Yilya mengusap dada, tidak menyangka jika jawaban Mas Arthur akan demikian.

“Kau mau masuk ke dalam sumur itu, Arthur? Lihat, airnya sudah kubuat lebih jernih dan berwarna pekat. Apa kau tidak tertarik untuk sekadar meminumnya?”

Selama Ki Barjo memojokan Mas Arthur, Nida tampak ingin terus membalas perkataan Ki Barjo. Namun apa daya, tidak ada yang bisa Nida lakukan selain diam.

“Bagaimana jika kita masuk bersama?” tanya Mas Arthur sembari melontarkan senyum penuh arti.

“Maksudmu, kita masuk bersama, kemudian aku menyerahkanmu langsung pada korban-korban yang pernah kau bunuh sebelumnya?”

“Mereka sudah mati. Untuk apa aku akut dan mempedulikannya?”

“Ah, benarkah? KELUAR KALIAN SEKARANG!” seru Ki Barjo.

Seketika suasana berubah mencekam.

Mayat-mayat itu muncul dengan raut wajah yang sangat mengerikan. Yilya memundurkan langkah. Tidak biasanya ia mendapati aura misterius dari kemunculan mayat-mayat dalam sumur.

Tidak ada mayat yang terlihat lemah. Semua menatap Mas Arthur dengan sorot penuh kebencian. Di antara mereka membawa sebuah kapak besar dan palu. Salah satu dari mereka pun mengeluarkan taring yang sangat panjang.

“Apa kau tidak mau bermain-main terlebih dahulu dengan mereka, Arthur? Sama seperti dulu, ketika kau menyayat satu persatu bagian tubuh mereka tan—”

“Tanpa merasa iba sedikit pun,” lanjut Yilya menimpali.

“Hentikan ini semua, Bodoh. Aku tidak ada waktu untuk melayani kalian,” ujar Mas Arthur mengalihkan pembicaraan.

“Ayo, kita pergi. Aku tidak sudi berada di—”

“Kau takut melihat mereka, Arthur?” tanya Ki Barjo sembari menunjuk mayat-mayat itu.

“Persetan. Ini bukan urusanmu, Barjo. Sudah berapa kali kukatakan?”

“Tentu menjadi urusanku. Sekarang, pilihanmu hanya dua. Kau bisa memilih sekarang juga untuk menentukan nasibmu.”

“Kau ingin sadar dan meminta ampun pada Yang Maha Kuasa dan berjanji tidak akan melakukan semua ini lagi, atau kau ingin kumasukan ke dalam sumur? Menikmani sensasi tenggelam dan ditikam oleh korban-korban yang dulu kau habisi nyawanya. Kau pilih yang mana?”

“Hanya orang bodoh yang akan memilih dua pernyataan yang kau ucapkan. Aku ada pilihan lain. Kau mau mengetahuinya?”

“Apa itu?”

“Membuat Yilya sengsara dengan menghabisi nyawa Dama.”

Mayat Dalam Sumur (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang