Korban pertama

1.3K 146 3
                                    

"Jadi begitu ceritanya ...."

Yilya mengangguk, ia mengepalkan jemari. Sorot matanya tampak sangat berapi-api. Meski begitu, Yilya berusaha untuk tetap tenang setelah mendengar penjelasan pahit dari Ki Barjo. Yilya sangat tidak menyangka jika Mas Arthur sebusuk itu. Perilakunya tidak pernah Yilya bayangkan. Bagaimana mungkin Yilya dapat menjalin hubungan dengan manusia berdarah dingin?

Mas Arthur membunuh mayat-mayat itu untuk kesenangannya. Lelaki itu menyimpan rapi kejahatan yang ia lakukan. Ia tidak pernah membuat Yilya menyimpan curiga. Namun, setelah Kyna mati akibat perbuatan ayahnya sendiri, Yilya tidak akan tinggal diam. Baginya, darah harus dibalas dengan darah. Mas Arthur harus mati di tangannya!

"Yilya tidak menyangka, Ki." Yilya menghela napas kasar.

"Jika kamu menuruti perkataan Ki untuk memandang orang lain dari sudut pandang yang berbeda, kamu akan lebih mudah menyadarinya," balas Ki Barjo sembari menatap lurus ke depan.

"Yilya hanya tidak mau berpikiran buruk atas Mas Arthur, Ki. Dia suami Yilya. Tapi, jika seperti ini kejadiannya, Yilya tidak akan tinggal diam."

Ki Barjo tersenyum. "Lakukan sesuatu, Yilya. Sebelum iblis itu melakukan sesuatu yang lebih parah."

"Pasti, Ki. Malam ini Yilya akan melakukan ritual."

"Dengar Ki, Yilya. Panggillah mayat-mayat dari dalam sumur dengan mantra yang pernah Ki beritahu sebelumnya. Katakan pada mereka jika kamu akan memenuhi keinginan mayat-mayat itu untuk mengungkapkan dalang dari mayat dalam sumur."

Ki Barjo menghela napas. Ia melanjutkan perkataannya. "Katakan pada mereka, jika ... iblis itu akan mati tepat di hadapan mereka, Yilya. Mayat-mayat itu akan merasa tenang dan dapat menembus batas yang selama ini tidak dapat mereka lewati."

"Batas kematian ...." Yilya tersenyum pasti.

"Yilya, terkadang kematian harus dibalas dengan kematian. Jangan biarkan seseorang yang sejatinya sudah mati rasa untuk tetap ada di dunia."

"Jika Yilya membiarkannya, banyak dosa yang harus Yilya tanggung, Ki. Mas Arthur pasti melakukan sesuatu yang lebih mengerikan," balas Yilya sembari memejamkan mata sesaat.

"Benar, Yilya. Kau pasti mengerti. Ki memang seorang pembunuh yang sama-sama memiliki hati yang busuk, tetapi Ki sudah menyesali semuanya. Ki tidak akan mengulang kejadian itu. Harta kekayaan tidak dapat kita bawa mati. Ditambah, kita harus menerima rahasia Tuhan atas umur yang sudah ditetapkan oleh-Nya."

"Yilya akan membuat Mas Arthur sadar, Ki. Yilya berjanji," ujar Yilya bersungguh-sungguh.

"Kamu harus melakukan malam ini, Yilya. Bersiap-siaplah, akan ada banyak serangan yang akan kamu terima." Ki Barjo membenarkan posisi duduk. "Kemari, Yilya."

Yilya berjalan mendekat, ia duduk di hadapan Ki Barjo. Yilya diperintahkan untuk memejamkan mata sembari mengatur napas. Sementara itu, Ki Barjo mulai melakukan sesuatu. Ia meletakan tangan tepat di atas kepala Yilya, kemudian membacakan suatu kalimat yang mampu membuat Yilya tercengang.

"Berikan ruang untuk perempuan ini menyelamatkan mayat-mayat itu."

Ki Barjo meniup pucuk kepala Yilya sembari mengelus perlahan. Seketika Yilya merasa tubuhnya bergetar pelan. Tapi, Yilya tetap memejamkan mata. Ia menuruti setiap intruksi yang Ki Barjo berikan.

"Sebutkan nama Arthur dalam hati, Yilya. Sertakan alasan mengapa kamu ingin memusnahkan lelaki itu dari dunia ini."

Yilya menuruti perkataan Ki Barjo, ia berujar, "Arthur ... aku membencinya mulai detik ini. Alasanku cukup sederhana. Aku ingin memusnakan Arthur, lelaki yang selama ini menjadi alasan hidupku bahagia, karena ... aku ingin menyadarkannya. Selama ini, Arthur berada di tempat yang tidak seharusnya. Mata hatinya tertutupi keinginan yang begitu besar. Aku ingin Arthur mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya selama ini. Ia harus merasakan masa-masa sekarat, seperti mayat-mayat itu."

Mayat Dalam Sumur (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang