AKHIR

1.2K 121 4
                                    

"Mas dengarkan aku!" Yilya berusaha meraih tangan suaminya meski Dama masih berada dalam pelukan.

"Lihat aku, Mas! Perempuan yang dulu kamu kagumi. Sekarang aku milikmu! Tidak bisakah kamu menghargai itu? Padahal, banyak hal busuk yang kamu lakukan di belakangku," ujar Yilya. Sorot matanya menatap Mas Arthur sangat dalam.

Mas Arthur terdiam. Kisah-kisah yang dulu ia lewati bersama Yilya masih terekam jelas. Hanya Yilya satu-satunya yang ia cinta. Rumah tangga mereka sangat harmonis jauh sebelum Yilya mengetahui rahasia terbesar dalam hidupnya. Namun kini, Mas Arthur sudah dibutakan dunia, bahkan cintanya bisa habis begitu saja dalam sekejap.

Hati kecil Mas Arthur masih berfungsi, tetapi egonya terlalu tinggi dan sudah mengalahkan segalanya. Dalam hati kecil Mas Arthur, terbesit keinginan untuk menyudahi semuanya. Rasanya selama ini Mas Arthur hidup dalam kegelapan yang sedikit banyak menyiksa dirinya.

Bagaimana tidak, Mas Arthur harus mencari perempuan-perempuan muda dan bersandiwara terus menerus agar aksinya lancar. Meski begitu, Mas Arthur tidak bisa mengambil keputusan dengan cepat. Ia memikirkan bagaimana jika suatu saat rahasia itu terbongkar seperti hari ini. Hidupnya akan hancur, dunianya akan redup, dan kematian dapat terjadi kapan saja.

"Mas, dengar aku!" Yilya berusaha meraih satu tangan Mas Arthur drngan gemetar. Ia sedikit mengelus punggung tangan Mas Arthur.

Tidak lebih dari lima detik, Mas Arthur menangkis tangan Yilya. Napas Mas Arthur terasa berat, lirikan matanya mengarah ke bocah kecil yang berada dalam pelukan istrinya. Ingatannya kembali pada saat dulu ia menerima sebuah tespek bergaris dua. Betapa bahagianya ia saat itu.

Kebahagiaan Mas Arthur tidak hanya sampai situ, ia hari-harinya terasa sangat indah, menunggu kedatangan pangeran kecil yang akan melengkapi hidupnya.

"Mas ...." Mas Arthur menoleh, ia menurunkan benda tajam yang ada di salah satu genggamannya.

Sedikit tenang, Yilya merasa Mas Arthur sedikit luluh ketika melihatnya menurunkan benda itu. Namun siapa sangka, sedetik kemudian Mas Arthur justru berteriak kencang sembari menaikan benda itu sangat tinggi, mengarahkannya tepat di atas kepala Yilya.

"AKU TIDAK PED-"

"Ahhh!" Pekikan Mas Arthur melengking hebat ketika ada rasa perih di bagian punggung.

Ternyata Ki Barjo melemparkan pisau yang sangat tajam tepat di punggung Mas Arthur, membuat dirinya berusaha menahan rintih kesakitan. Mas Arthur tidak mau terlihat lemah, ia langsung menancapkan pisau itu tepat di dada Yilya.

Sret!

"Ah!" Tidak ada yang bisa Yilya suarakan lagi, ia merasa sangat perih.

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, dengan sisa kekuatan yang Mas Arthur miliki, ia mendorong tancapan pisau panjang itu sampai menembus tubuh Yilya. Arthur membiarkan istrinya sekarat. Tubuh Yilya seketika ambruk, dari dadanya mengalir cairan kental berwarna merah.

Mas Arthur tersenyum puas, hati dan pikirannya sudah sangat gelap. Ia begitu tega menghabisi nyawa Yilya di tangannya. Mas Arthur sama sekali tidak merasa bersalah, ia justru merasa sedikit tenang saat napas Yilya tidak lagi berhembus.

"Memang biadab!" Ki Barjo mengepalkan jemari tangannya.

Ki Barjo tidak tinggal diam, sebisa mungkin ia meraih tubuh Mas Arthur, kemudian mengunci pergelangan tangannya agar ia tidak bisa bergerak.

Ki Barjo berkata, "Kamu memang berhati iblis! Setelah puluhan korban berjatuhan di tanganmu, sekarang kamu menghabisi istrimu?"

Mas Arthur berusaha melepaskan tangannya, ia berkata, "Jangan terus ikut campur dengan urusanku!"

Mayat Dalam Sumur (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang