Tantangan yang ada di dalam kehidupan harus selalu di hadapi meski memiliki resiko yang tinggi. Bagi Yilya, hal yang terjadi dalam hidupnya bukanlah kebetulan. Yilya hanya perlu menghadapi semua meski terkadang, keberaniannya sesekali pudar dan ingin menyerah. Ketakutannya hanya satu, raganya sudah tidak lagi bernyawa. Sedangkan, kedua buah hatinya tentu saja masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
Cincin yang diberikan oleh Ki Barjo, Yilya selipkan ke dalam saku celana. Ia tidak pernah melupakan perkataan yang Ki Barjo lontarkan meski hanya satu atau dua kalimat saja. Fokus demi mencapai tujuan, itulah hal yang membuat Yilya masih berusaha untuk mengusir rasa penasarannya terhadap mayat dalam sumur.
"Jangan lari, Dama! Sini pegang jangan Kakak!" Suara manis Kyna terdengar sangat panik.
"Dama mau main sama tante!"
"Nggak boleh, Dama! Ayo kita masuk ke dalam rumah."
"Dama mau berenang dalam sumur, Kakak! Lepasin!" seru Dama merengek.
Suara Kyna dan Dama samar terdengar oleh Yilya sampai kamar. Entah apa yang mereka lakukan di pagi hari, yang pasti, Yilya mulai memiliki perasaan yang buruk. Dengan cepat, Yilya berlari menuju asal suara. Namun, betapa terkejut dirinya saat melihat tubuh Dama berusaha keluar dari dalam sumur! Kyna terus menggenggam jemari adik kecilnya, khawatir jika genggaman tangan itu terlepas, Dama akan tenggelam begitu saja.
"Dama!" seru Yilya panik dengan apa yang terjadi.
Tubuh Dama gemetar hebat, air matanya mulai terjatuh. Bagaimana mungkin Dama bisa masuk ke dalam sumur? Apa yang sebenarnya terjadi? Dengan sigap, Yilya mengambil posisi untuk menggendong tubuh kecil Dama. Untung saja ia tidak terlambat datang. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi pada buah hatinya.
"Dama, Sayang! Kenapa Dama hampir masuk ke dalam sumur, Nak?" tanya Yilya cemas sembari memeluk Dama.
Dama hanya diam, sorot matanya tampak kosong dan terlihat sangat lugu. Yilya tak henti-hentinya untuk memeluk dan mencium Dama, takut jika kejadian tadi benar-benar membawa nyawa Dama kepada-Nya.
"Kyna minta maaf, Bunda ... Kyna nggak bisa jagain Dama, tapi ... Dama maksa dan bilang mau berenang."
"Nggak—"
"Dama kenapa, Bunda?" Suara lembut Dama mengagetkan Yilya.
Apa mungkin Dama tidak menyadari hal yang baru saja terjadi padanya?
"Dama tenang, ya. Dama nggak apa-apa kok," ujar Kyna mengelus pucuk kepala adik kecilnya.
"Emang, Dama kenapa, Bunda?"
Yilya menghela napas berat. Ia menduga bahwa ini sebuah teguran untuk dirinya. Namun, mengapa teguran tersebut malah menghampiri Dama? Tidak seharusnya urusan Yilya ada sangkut paut dengan Dama.
"Nggak papa, yuk kita masuk."
Yilya berjalan masuk sembari mengunci pintu belakang agar kedua buah hatinya tidak bisa masuk sembarangan. Jangan sampai, teguran hari ini membuatnya kembali lengah. Makhluk-makhluk itu memang bersikap baik dihadapannya. Namun, Yilya yakin jika dirinya melakukan sesuatu yang tidak disukai makhluk tersebut, resiko yang akan Yilya tanggung semakin besar.
Sebaik apapun makhluk tak kasat mata, mereka bersikap demikian untuk mencapai tujuan tertentu
"Udah Nida bilangin, Mbak. Anak itu jangan dibiarin main dekat sumur. Kalau tadi—"
"Mending kamu diem deh!" seru Yilya tidak suka.
Nida berkacak pinggang seraya menujuk Kyna. Ia berkata, "Kamu juga! Udah tau adiknya mau masuk ke dalam sumur, bukannya teriak panggil tante atau bunda! Kalau terjadi sesuatu sama adik kamu gimana, hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayat Dalam Sumur (TERBIT)
Mystery / Thriller"Kematian akan selalu mengintai keluarga kecilmu. Jangan sampai kau biarkan Kyna mati dalam keadaan yang mengenaskan!"