MDS Baru - Episode 4

287 26 0
                                    


“Kalung ini untukmu.”

Ujung tongkat Ki Barjo memiliki ukiran sama persis dengan bandul kalung yang baru saja diberikan kepada Yilya, membuat si penerima melontarkan tatapan penuh tanya.

Yilya merasa sangat bingung, ia menerima kalung itu sembari berkata, “Terima kasih, Ki. Tapi untuk apa?”

“Kalung ini akan sangat membantu kamu, Yilya. Gunakan kalung ini jika kamu berada dalam situasi gawat. Pakailah ,” jelas Ki Barjo.

Tanpa kembali melontarkan tanya, Yilya segera memakai kalung itu di lehernya. Ukuran kalung itu sangat pas, tetapi bandul kepala kucing terlihat sangat mencolok. Yilya merasa sedikit risih dengan bandul itu.

“Terus gunakan kalung ini, agar Ki bisa selalu mengawasimu.”

“Tapi, Ki  apa mungkin Yilya bisa terus pa—”

“Gunakan syal ini, atau baju yang memiliki kerah menutupi leher agar tidak ada satu orang pun yang melihat kalung ini selain Ki dan Ni Nirma. Terutama Arthur dan Nida. Ki yakin kamu pasti bisa mengatasinya.” Ki Barjo menjelaskan dengan tenang. Ia menyodorkan syal putih bercorak bunga.

“Baik, Ki,” balas Yilya menuruti perkataan Ki Barjo.

“Banyak hal yang ingin Ki sampaikan, Yilya. Mumpung suamimu itu sedang pergi.”

“Ada apa, Ki?”

“Tentang lukisan penari yang dulu pernah Ki miliki,” ujar Ki Barjo menggantungkan ucapannya.

“Ada setan penari yang menetap di dalamnya. Setan itu merupakan penghuni lukisan. Ia akan terus meminta tumbal mayat manusia di setiap malam Jumat legi sebanyak empat kali dalam satu tahun.”

“Setan?” tanya Yilya sembari mengusap-ngusap punggung tangan.

“Iya. Setan itu sangat licik. Jujur saja, Ki pernah begitu bodohnya selalu mengikuti perintah dia. Seperti membersihkan lukisan itu setiap hari, bahkan sampai membunuh sekian banyak manusia untuk diserahkan kepadanya.”

Yilya mulai gelisah, ia tidak bisa membayangkan bagaimana wujud asli setan yang Ki Barjo maksud. Selama ini, tugasnya hanya membantu Arthur membereskan lukisan itu dengan segenap rasa. Tidak ada secuil pun curiga, tetapi mengapa semua ini seketika membuat Yilya merinding bukan main?

Tidak pernah sekali pun Yilya merasakan hal mistis. Melihat bayangan tubuhnya saja terkadang membuatnya gemetar hebat. Rasa takutnya semakin muncul, terutama ketika Ki Barjo menjelaskan semuanya satu per satu.

“Ingat ini, Yilya  kamu jangan sampai mendekati sumur di malam Jumat legi.”

“Baik, Ki. Tapi kenapa?”

“Karena pada malam itulah Arthur melancarkan aksinya. Setan perempuan itu akan keluar dari tempat tinggalnya. Mayat-mayat dalam sumur pun pasti akan berusaha mencelakaimu. Berhati-hatilah, jika ada sesuatu, usap bandul ini tiga kali.”

Penjelasan Ki Barjo membuat Yilya mengangguk-angguk, ia berusaha memahami setiap kata yang Ki Barjo lontarkan. Tetapi, ada sedikit ketakutan yang menyerta. Selama ini kehidupan Yilya selalu aman dan damai. Ia berpikir, bagaimana jika suatu saat ia melihat langsung mayat-mayat yang Ki Barjo maksud?

“Ki, boleh Yilya tanya sesuatu?”

Ki Barjo mengangguk. “Boleh.”

“Tentang kalung pemberian Kiki ini  kenapa bentuk bandulnya sama persis dengan ujung tongkat Kiki?”

“Karena keduanya memiliki keterikatan. Ki memberikan kalung itu bukan semata-mata untuk kamu pakai.”

“Lalu, apa kemungkinan besar Yilya akan bertemu dengan mayat dalam sumur itu, Ki?”

Mayat Dalam Sumur (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang