Yono

1.5K 161 10
                                    

"Bertahanlah!" Ki Barjo memegang erat kedua tangan Yilya.

Yilya mengangguk cepat, ia tidak peduli bagaimana bisa Ki Barjo masuk ke dalam sumur begitu saja. "Tolong selamatkan Yilya, Ki!"

"Gerakan kakimu perlahan, Yilya. Tetap tenang agar situasi ini cepat berakhir."

"Aku sangat takut, Ki. Bagaimana jika aku terpeleset dan—"

"Jaga ucapanmu! Berusahalah untuk naik."

Yilya mengangguk cepat. Ia segera menggerakan kakinya dan berusaha menaiki sumur dengan bantuan dari Ki Barjo. Sampai akhirnya ia dapat selamat. Yilya mengatur napas sembari menatap keadaan sekitar. Tidak ada makhluk apapun di hadapannya. Nyai Lie dan Bu Eni sudah lenyap. Keadaan hening sangat menegangkan. Sementara itu, Ki Barjo mulai menaburkan tanah kuburan yang Yilya bawa sebelumnya ke sekitar sumur.

"Kali ini kau ceroboh, Yilya," ujar Ki Barjo. Ia menatap Yilya dengan sangat lekat.

"Maaf, Ki. Apa kesalahan Yilya?"

"Tanah kuburan ini. Kau tidak menaburkannya sebelum melakukan kejadian yang tidak boleh diketahui oleh orang lain."

"Maaf, Ki. Yilya melupakannya." Yilya menundukkan wajah, ia merasa sangat bersalah.

Beruntung Ki Barjo datang tepat waktu. Jika tidak, ia akan benar-benar kehilangan nyawa dan tetap berada dalam sumur tua seperti puluhan mayat lainnya. Yilya tak habis pikir jika sesuatu yang dianggapnya sepele, ternyata sangatlah berpengaruh besar.

"Cepat bersihkan tempat ini. Aku akan menemuimu besok pagi, ada sesuatu yang ingin kusampaikan."

Yilya mengangguk seraya berkata, "Baik, Ki. Terima kasih telah membantuku."

Ki Barjo sama sekali tidak membalas perkataan Yilya. Ia hanya tersenyum, kemudian melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut. Sementara itu, Yilya segera membereskan kain kafan dan perlengkapan lainnya. Dengan singkat, Yilya dapat menyelesaikan semua. Ia kembali berjalan menuju kamar dan beristirahat. Namun, malam terasa sangat panjang, Yilya tidak bisa memejamkan mata dengan tenang. Ia mengingat kejadian yang baru saja menimpanya. Bu Eni benar-benar terlihat marah dan berusaha menghabisi nyawa Yilya.

***

Setelah Mas Arthur dan Nida pergi untuk sementara dari rumah, keadaan sangat menenangkan. Tidak ada pertengkaran dan perdebatan. Pagi hari, Yilya sibuk memasak makanan untuk kedua buah hatinya. Yilya mulai menyadari sesuatu, selama dirinya mencari cara untuk menyelesaikan misteri, Yilya kurang memperhatikan Kyna dan Dama. Ia terlalu sibuk, membuat kedua buah hatinya bermain tanpa kehadiran orangtua. Yilya merasa bersalah. Sembari memasukan sosis dan baso ke dalam nasi goreng buatannya, Yilya menghela napas berat.

Kejadian malam hari itu benar-benar membuat Yilya bingung dan takut. Bagaimana bisa ia menyebutkan suatu nama yang bahkan belum pernah ditemuinya? Mas Yono hanyalah warga baru. Namun, dengan teganya Yilya menyebut dan membawa masuk nama itu ke dalam kejadian besar yang menimpanya.

Yilya mempercepat gerakan, kemudian menghidangkan masakan tersebut di ruang tengah. Senyum terlontar begitu saja ketika Kyna dan Dama bersorak senang. Mereka sangat menggemaskan. Dulu, Yilya selalu menemani aktivitas mereka dari bangun dan tidur, tetapi kini tidak. Yilya benar-benar merasa bersalah.

"Asik! Bunda masak nasi goreng, ya?"

"Iya, Sayang. Kyna sama Dama makan yang banyak, ya."

"Iya, Bunda." Kyna tersenyum senang. "Oh, ya, Bun. Kyna mau ke pasar malam. Bunda mau, ya, anter Kyna ...."

"Pasar malam? Kyna mau beli apa?"

"Permen kapas. Kyna juga mau main, Bunda. Bunda anter Kyna, ya." Kyna memeluk Yilya, perlakuannya membuat batin Yilya menangis.

Mayat Dalam Sumur (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang