Ki Barjo tampak sangat tenang ketika Mas Arthur menghabisi banyak nyawa dengan perlakuan yang sangat tidak manusiawi. Membunuh tanpa megasihi, memukul tanpa peduli, serta menghancurkan tubuh-tubuh itu tanpa alasan. Mas Arthur hanya ingin mendapatkan kesenangan. Mendengar jerit korban itu merupakan candu baginya. Tiada sedikit rasa iba. Yang ia lakukan demi kepuasannya semata.
Seseorang yang memiliki perlakuan buruk tentu saja akan berdampak bagi orang lain dan berpotensi untuk mengikuti jejaknya. Topeng yang ia kenakan hanyalah palsu. Yang ia inginkan, banyak orang yang mau melangkah bersamanya. Namun, langkah itu akan membawa orang lain ke ambang kehancuran.
"Gimana? Sepertinya kamu sudah pandai membuat korban-korban itu tertunduk."
"Ah, itu mudah. Apalagi, kamu lihat wajah ini, Barjo! Tampan, bukan?"
Ki Barjo tertawa sembari menujukan raut wajah meledek. Ia menjulurkan lidah, kemudian berkata, "Tidak ada yang lebih tampan dariku."
"Baikklah, Barjo. Terserah apa maumu. Aku sedikit merasa cemas. Bagaimana jika orang lain mengetahui perbuatan kita?"
"Jangan pikirkan sesuatu yang hanya akan membuat pertanyaan di kepalamu itu muncul. Tetap bersikap tenang."
"Apakah kita seorang pembunuh?"
Tawa Ki Barjo seketika memudar. Mereka memang seorang pembunuh!
"Minumlah darah ini untuk membuat pikiranmu lebih tenang."
Meski kejiwaan Mas Arthur sangat terganggu, sisi baik yang dimilikinya terkadang muncul dan membuat rasa bersalah mulai menghampiri. Namun, Mas Arthur sudah menentukan pilihan. Ia lebih memilih tetap bersama Ki Barjo dan melakukan kegiatan-kegiatan mengerikan lainnya.
"Kau benar! Kita sangat jahat, Arthur."
"Lebih tepatnya, kita berhati seperti iblis."
"Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini?"
"Aku ... tetap membunuh!"
"Sialan," balas Ki Barjo sembari memukul kepala Mas Arthur menggunakan koran.
Mereka tertawa bersama, seolah dunia yang mereka pijaki tiada beban. Kesadaran mereka hanyalah angin lalu. Kini, yang tertanam dalam diri, tak lain ialah menghabisi nyawa manusia. Dengan begitu, Mas Arthur benar-benar masuk ke dalam perangkap kejahatan. Hidupnya berubah, gelap, dan tidak dapat terkendali.
Ki Barjo mulai mengajari Mas Arthur perihal sesuatu yang mampu membuat batin kecil seseorang menangis. Ia mengajak Mas Arthur menuju ruang bawah tanah. Tempat itu sekilas tampak seperti gudang tua yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Namun, gudang tua itu ternyata tempat pemenggalan mayat-mayat manusia. Mereka dibunuh dengan cara yang amat keji.
Ketika pertama kali Mas Arthur menginjakan kaki di tempat itu, ia mendadak lemas di tempat. Jantungnya berdebar, ia dapat merasakan bahwa tempat ini merupakan neraka yang sesungguhnya. Ia melihat banyak manusia tak berdaya yang digantung dan dibiarkan membusuk. Mas Arthur sangat tidak percaya jika dirinya akan menapakan kaki ke tempat semengerikan ini. Manusia-manusia di sini diperlakukan tidak manusiawi.
"Barjo ... apa yang terjadi?"
Ki Barjo melontarkan senyum sembari merangkul Mas Athur, ia berusaha menenangkan sosok yang akan menjadi bagian dari sisi gelap yang dimilikinya. Ia berkata, "Selamat datang Arthur! Ini semua duniaku. Sekarang, kamu akan masuk ke dalamnya."
"Tunggu! Apa ... kau akan membunuhku seperti mereka?" tanya Mas Arthur. Ia memundurkan langkah kakinya sedikit demi sedikit.
"IYA! AKU AKAN MEMBUNUHMU!" Ki Barjo berteriak sangat kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayat Dalam Sumur (TERBIT)
Mistério / Suspense"Kematian akan selalu mengintai keluarga kecilmu. Jangan sampai kau biarkan Kyna mati dalam keadaan yang mengenaskan!"