Kematian

1.5K 161 5
                                    

"Jangan bunuh aku!" Yilya tampak panik ketika melihat kedatangan sesosok makhluk mengerikan yang membawa kapak besar.

Tubuh Yilya sama sekali tidak dapat digerakan. Ia duduk di atas kain kafan sesuai dengan tata cara yang pernah dilakukan sebelumnya. Namun, berbeda dengan kejadian lalu, di mana dirinya melihat puluhan mayat perempuan tak bernyawa. Kini, ketika Yilya membuka kedua bola mata perlahan, ia melihat sesuatu yang sangat mengerikan. Nyai Lie tetap memegang bahu Yilya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Ia membiarkan Yilya ketakutan.

"Sekarang, sudah waktunya kau mengungkap dalang dari pembunuhan berantai ini, Yilya," ujar seorang perempuan berlumur darah.

"Cepat katakan!"

"Jangan buang waktu lebih lama lagi! Kami ingin segera pulang. Sudah puluhan tahun kami terperangkap dalam sumur tua ini. Cepat!"

Yilya menatap takut makhluk-makhluk yang ada di hadapannya. Meski dengan perasaan sedih, Yilya sama sekali tidak bisa menutupi rasa takutnya. Namun, tunggu dulu, apa yang mereka katakan sebelumnya? Puluhan tahun? Bagaimana mungkin mereka terperangkap dalam sumur ini dengan waktu yang sangat lama?

"Kenapa kau diam, Yilya. Apa kau menginginkan kapak yang kubawa ini mengenai kepalamu? Agar kau dapat merasakan penderitaan kami selama ini."

"Terkurung dalam sebuah sumur tua. Kami menunggu waktu pulang, Yilya. Kami ingin mati dalam keadaan yang semestinya."

"CEPAT, ATAU KUBUNUH KAU SEKARANG!"

Seorang perempuan yang memegang kapak tersebut hampir saja hilang kendali dan hendak melakukan sesuatu. Beruntung, salah satu di antara mereka mengingatkan suatu hal.

"Jangan bodoh! Beri waktu untuk Yilya meyakinkan sesuatu yang ada di dalam benaknya."

"Waktu untuk apa lagi? Malam ini sudah saatnya."

Perdebatan mereka membuat Yilya menghela napas berat. Nyai Lie dapat merasakan kegelisahan Yilya, ia berkata, "Tenang, Yilya. Katakan sesuatu yang ada di relung hatimu. Percayalah, semua ini akan segera terlewati."

"Aku belum siap meninggalkan kedua buah hatiku, Nyai."

"Kau tidak akan pergi."

Si perempuan pembawa kapak itu berjalan mendekati Yilya. Ia memegang kapak dengan kuat sembari mengarahkannya tepat di atas kepala Yilya. Saat ini, Yilya harus menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh makhluk-makhluk itu.

"Pertanyaan pertama." Degup jantung Yilya berpacu cepat. Ia sangat khawatir jika bibirnya tak dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

"Mengapa kau mau menikah dengan Arthur?"

Yilya sangat terkejut ketika mendengar pertanyaan itu terlontar begitu saja. Dugaanya mengenai pertanyaan-pertanyaan lain ternyata salah. Lalu, apa yang harus ia jawab? Sudah pasti, Yilya sangat mencintai Mas Arthur.

"Pikirkan jawaban terbaikmu, kami dapat mengetahui kebohongan yang kau tutupi."

Yilya menghela napas, kemudian berkata, "Karena ... ak–aku sangat mencintai Mas Arthur. Mas Arthur selalu memperlakukanku dengan baik, kami saling mencintai."

"Omong kosong tentang cinta, Yilya. Jika kau tetap bersama dengan Arthur, kau akan mat—"

"Pertanyaan selanjutnya," ujar salah satu di antara mereka dengan cepat untuk mengalihkan pembicaraan.

"Apakah kau tidak pernah menaruh curiga pada Arthur?"

Yilya menggeleng cepat. "Tidak. Mas Athur tidak pernah berprilaku buruk. Ia sangat menyayangiku dan kedua buah hati kami."

Mayat Dalam Sumur (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang