Wujud Asli

1.4K 139 3
                                    

Plak!

Ki Barjo menampar kasar. Ia bertekad untuk tidak akan pernah membiarkan siapa pun mati di tangan Mas Arthur untuk kesekian kalinya. Pernyataan Mas Arthur ingin menghabisi nyawa Dama membuat Ki Barjo marah besar.

Urat leher Ki Barjo menonjol jelas. Meski usia Ki barjo tidak lagi muda, sorot matanya mampu membuat Mas Arthur kembali memundurkan langkah. Jika Mas Arthur berani melakukan sesuatu, Ki Barjo tidak akan tinggal diam.

“Keterlaluan!” bentak Ki Barjo sembari menarik kerah baju Mas Arthur.

Yilya terus menghela napas, seketika ia ingat mengenai perkataan mayat dalam sumur mengenai sesuatu yang ada “di bawah tempat tidur”. Yilya segera berlari meninggalkan sumur. Pikirannya seketika hanya tertuju pada tempat itu.

Keadaan kamar tampak lebih rapih dari biasanya. Yilya bergegas mengangkat kasur, ia berusaha menemukan sesuatu yang mayat itu maksud. Namun, Yilya memerlukan waktu cukup lama untuk menemukannya.

“Ah, bodoh. Maksud mereka benar, di bawah tempat tidur, bukan kasur,” gumam Yilya sembari mengusap wajah kasar.

Perlahan Yilya membungkukan tubuh, mencari sesuatu di bawah tempat tidur.

Yilya membutuhkan cahaya lebih karena pandangannya tidak dapat menemukan apa pun. Semua gelap dan kotor. Yilya sadar, sejak ia menempati rumah ini, Yilya tidak pernah membersihkan bawah tempat tidur.

“Andai aku lebih memperhatikan sekitar. Mungkin sesuatu yang mayat itu maksud sudah kutemukan sejak jauh-jauh hari.” Yilya kembali bergumam dalam hati.

Dengan cekatan, Yilya mencari lampu senter. Ia berlari ke sana ke mari, mencari lampu itu. Entah mengapa, rasa cemas semakin menghampiri Yilya. Perempuan itu seketika membuka salah satu laci yang berada di dekat jendela kamar.

“Dapat!”

Yilya segera menyalakan lampu senter itu. Ia mengarahkan langsung ke bawah tempat tidur. Pandangan Yilya terkunci pada selembar kertas lusuh. Rasa penasarannya seketika pecah, dengan susah payah, Yilya segera mengambil kertas itu.

“Apa ini?” gumam Yilya sembari membolak-balikan kertas itu.

Kertas itu dipenuhi dengan debu. Yilya membersihkannya dengan perlahan, sampai akhirnya ia meyadari bahwa kertas itu memiliki bagian lain di dalamnya. Tanpa berpikir panjang, Yilya segera membuka kertas itu. Di dalamnya terdapat tulisan “kamu akan mati”.

Yilya ingat betul pertemuan awalnya dengan mayat dalam sumur itu. Tulisannya pun sama persis. Tapi apa maksud dari semua ini?

Di belakang kertas itu terdapat sebuah kalimat yang mampu membuat Yilya menyiritkan dahi heran.

“Maka, suatu hari nanti kau akan menghabisi nyawa anak-anak yang kau sayangi. Dengan begitu, kau berhasil membuat wajahmu memiliki pesona yang berbeda kecuali jika kau sudah mengenakan cincin itu. Namun ... untuk saat ini kau hanya perlu memberiku mayat-mayat manusia. Balasan yang setimpal akan kau dapatkan."

Yilya berusaha mengatur napas. Ia kembali bergumam, “Jadi, Mas Arthur benar-benar dalang dari semua ini ….”

Jemarinya kembali membolak-balikan kertas, sampai ia menemukan satu kalimat lagi di dalamnya. Bahkan kalimat ini mampu membuat tubuh Yilya bergetar hebat.

“Jika suatu saat kertas ini sampai di tangan perempuan berhati malaikat, kau harus bersiap untuk menyudahi semua. Kecuali jika kau ingin membuatnya menderita dan tetap dengan pendirianmu. Perempuan itu akan memasangkan cincin di jari tengahmu nanti. Dengan begitu, kekuasaanmu akan lenyap dalam sekejap.”

Yilya tersenyum miring. “Cincin ini!”

Meski lampu senter masih menyala, Yilya tidak peduli. Ia kembali berlari menuju sumur, berharap cemas jika kedatangannya tidaklah terlambat.

Mayat Dalam Sumur (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang