Ki Barjo menjelaskan perlahan kepada Yilya dengan perkataan yang tidak menyinggung perasaan. Ia tidak mau Yilya membenci Arthur karena perbuatan keji suaminya itu.
"Sebenarnya, ada rahasia apa, Ki?"
"Kamu pasti akan mengetahuinya sendiri. Yang pasti, sepertinya Arthur melakukan pesugihan dengan cara yang sangat keji, Nduk. Mungkin demi harta, suamimu telah membunuh banyak orang lalu memutilasi mereka semua."
Yilya menutup mulut menggunakan kedua tangannya. Ia semakin tidak percaya dengan perkataan Ki Barjo, tetapi bagaimana jika semua yang dikatakan lelaki itu benar?
Ki Barjo diam sejenak, sampai akhirnya ia kembali berkata, "Ki tahu kalau ini sangat berat buat kamu. Tapi cepat atau lambat, kamu pasti akan mengetahuinya."
Yilya masih membeku, ia bingung bagaimana menanggapi perkataan Ki Barjo. Hatinya pun bergelut memikirkan apa semua ini benar?
"Nduk, apa selama kamu berumah tangga dengan Arthur, kamu pernah melihat Arthur sedang memegang benda tajam yang mencurigakan?"
Yilya mulai mengingat-ingat sesuatu.
Bukan satu kali saja ia menangkap basah Arthur sedang memegang pisau besar yang tampak tajam dan bentuknya panjang. Bahkan bukan hanya itu, perkakas lainnya seperti pacul tua yang sudah berkarat, golok, serta gunting dengan berbagai macam bentuk, pernah ia temukan di bawah kolong ranjang.
Yilya sungguh tidak menyadari dan menganggap remeh hal-hal tersebut. Ia tidak pernah berpikir yang macam-macam mengenai suaminya. Namun setelah ia ingat-ingat kembali, benda-benda itu tidak pernah ia lihat lagi di rumah.
"Ada, sih. Apa mungkin ... benda itu yang digunakan Mas Arthur untuk membunuh, Ki?"
Ki Barjo mengangguk pelan. Ia tetap bersikap tenang, agar Yilya tidak kalap dan mengeluarkan reaksi yang berlebihan.
"Terus, apa kamu pernah mencium aroma aneh dari sumur, Nduk? Seperti bau melati atau darah?"
Yilya menggelengkan kepala. "Ah, kalau itu kayaknya enggak, Ki. Atau mungkin Yilya yang enggak sadar."
"Kalau gitu kamu harus berhati-hati, dan Ki yakin kamu sudah tahu harus bagaimana."
Pikiran Yilya dipenuhi berbagai pertanyaan. Apa mungkin yang Ki Barjo katakan itu benar? Tapi ....
Yilya menghela napas panjang.“Mari kita sadarkan Arthur, Yilya. Sebelum semuanya terlambat.”
“Ki, Yilya enggak yakin kalo Mas Arthur melakukan pesugihan. Yilya tahu Mas Arthur itu seperti apa.”
“Jangan hanya melihat dari satu sudut pandang, Nduk. Percaya sama Ki, kita harus mengembalikan Arthur ke jalan yang benar.”
Yilya pun pasrah, ia menuruti perkataan Ki Barjo meski hati kecilnya mengatakan bahwa Arthur tidaklah seperti yang Ki Barjo ceritakan.
Seusai itu, Yilya kembali berjalan ke ruang tengah. Ia membersihkan setiap sudut ruangan dengan cekatan. Sore nanti, Mas Arthur akan datang sembari membawa semua peralatan rumah tangga. Lebih cepat diselesaikan, lebih cepat pula Yilya beserta keluarga kecilnya menempati rumah ini.
“Ah, akhirnya tinggal satu ruangan lagi yang belum aku bersihkan,” seru Yilya sembari berjalan menuju pintu belakang.
Rumah yang kini ia pijaki terlalu besar bagi Yilya. Bangunannya sangat mirip dengan bangunan zaman dulu. Meski sudah ada lampu, entah mengapa setiap lorong rumah juga dilengkapi dengan lilin-lilin kecil sebagai penerang.
Baru kali ini Yilya merasakan sesuatu yang berbeda saat membuka pintu belakang. Angin berembus kencang, membuat daun-daun kering di pohon jambu dekat sumur itu berjatuhan. Pandangan Yilya tertuju pada sumur, ia merasakan sebuah tarikan yang sangat kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayat Dalam Sumur (TERBIT)
Mistério / Suspense"Kematian akan selalu mengintai keluarga kecilmu. Jangan sampai kau biarkan Kyna mati dalam keadaan yang mengenaskan!"