Pertengkaran

1.4K 146 6
                                    

Yilya berusaha mengatur napas. Ia menyadari bahwa pembunuhan yang dilakukannya terhadap Nyai Lie mungkin saja akan menambah masalah di kemudian hari. Namun, Yilya sudah muak dengan perlakuan Nyai Lie. Untung saja, Ki Barjo tidak terlambat memberikan kekuasaannya pada Yilya. Kini, Nyai Lie sudah musnah. Yilya kembali membenarkan posisi duduk. Ia menatap satu persatu mayat-mayat yang keluar dari dalam sumur.

"Bantu aku ... kumohon," ujar Yilya sembari menaburkan sisa tanah kuburan Kyna.

"Di bawah tempat tidurmu, Yilya," balas salah satu dari mayat itu.

Yilya berusaha mencermati perkataan dari mayat itu. Apa maksud dari "di bawah tempat tidur"?

Tanpa menunggu waktu lama, Yilya belum dapat mencermati perkataan itu dengan maksimal. Ia bergegas membuka pintu belakang, berniat untuk pergi ke kamar—mengecek tempat tidur. Namun, Yilya terpelonjak kaget. Mas Arthur tiba-tiba muncul di hadapannya. Tatapan Mas Arthur tampak mematikan. Jemarinya mengepal, seolah siap menghabisi sesuatu yang ada di hadapannya.

Yilya tetap berusaha tenang meski tidak dapat dimungkiri jika tubuhnya mulai melemas. Ia tidak menyangka jika lelaki yang ada di hadapannya ini ternyata Mas Arthur. Kacau semua rencana yang sudah ia susun rapi. Mas Arthur mendorong tubuh Yilya, membuat perempuan yang selama ini menemani hidupnya terjatuh. Yilya tidak habis pikir jika Mas Arthur akan sekalap dan sekasar ini. Seumur hidupnya, Mas Arthur merupakan seorang yang paling lembut. Tapi mengapa?

"Kurang ajar kamu, Yilya!" Mas Arthur menunjuk kearah Yilya sembari menggeretakan gigi.

Hancur sudah ritual malam ini. Mas Arthur menendang semua benda yang ada di atas kain kafan. Mayat-mayat itu pun menyaksikan perlakuan Mas Arthur. Di antara mereka tampak sedih. Bahkan, beberapa di antaranya menangis. Yilya dapat merasakan, mungkin saja mayat-mayat itu bersedih karena perlakuan Mas Arthur tidak pernah berubah. Selain itu, mungkin saja mereka seolah melihat perlakuan kasar Mas Arthur ketika menghabisi nyawa mereka masing-masing.

"Mas ... berhenti!"

"Untuk apa kamu ikut campur mengenai masalah ini, Yilya? Kamu mau mengacaukan semua?"

Jemari Yilya meremas baju. Ia tidak menyangka jika raut wajah Mas Arthur dapat terlihat semengerikan ini. Ia menjawab, "Maaf, Mas. Sepertinya kamu sudah tahu jawabannya."

"MAS MENYESAL TELAH MENIKAH DENGANMU YILYA!"

Hati perempuan mana yang tidak terluka ketika mendengar perkataan yang sangat menusuk jiwa? Bahkan, perempuan setegar Yilya pun tidak kuasa menahan air mata. Selama ini, Yilya selalu menerima segala kekurangan Mas Arthur. Perempuan itu tidak pernah berhenti mencintai suaminya. Namun, inikah balasan yang ia dapatkan?

Kehilangan buah hati yang selama ini ia rawat dengan penuh kasih. Ditambah, jantungnya berdegup kencang. Kali ini bukan karena ia merasa jatuh cinta. Melainkan, ia merasa bahwa dirinya menjadi perempuan yang paling hancur di dunia ini.

"Mas ...."

"Kamu sudah menghancurkan dunia yang selama ini Mas—"

"Aku tidak menghancurkannya, Mas!"

"Jelas-jelas kamu sudah menghancurkannya, Yilya! Lihat mereka!" Mas Arthur menunjuk kearah mayat-mayat. Mereka mematung, menyaksikan perkelahian antara Yilya dan Mas Arthur.

"Mereka tidak akan muncul begitu saja! Mas tahu ini karena ulahmu. Dari mana kamu tahu tentang mayat dalam sumur ini? Ki Barjo? Bu Nirma?"

"Dari mata aku tahu itu bukan urusanmu!"

"Ini pasti ulah Ki Barjo. Aku harus menemuinya sekarang!" seru Mas Arthur bergegas mendatangi rumah Ki Barjo. Namun, tanpa perlu membuang waktu, Ki Barjo tiba-tiba muncul di hadapan Mas Arthur.

Mayat Dalam Sumur (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang