Siluman

1.4K 139 0
                                    

Bagai terkena petir di siang bolong, puluhan mayat berjatuhan. Entah berasal dari mana, mayat-mayat itu menghantam barang-barang milik Yilya hingga di antaranya hancur tak tersisa. Nyai Lie tidak hanya mengancam, tindakannya sama sekali tidak pernah terduga. Kondisi rumah Yilya mendadak dipenuhi dengan sesuatu yang sangat mengerikan. Mayat-mayat itu dipenuhi luka sayat, sampai dengan luka bakar. Menatap sekilas saja, Yilya sudah mengetahui jika mayat-mayat itu merupakan korban.

"Ti—tidak." Yilya meneguk ludah. Napasnya berubah tidak beraturan, melihat seisi rumah dipenuhi dengan mayat.

"Saya tidak pernah bermain-main, Yilya. Karena kau yang sudah mendahului permainan ini, silakan nikmati kesengsaraanmu!" Bentakan Nyai Lie mampu membuat nyali Yilya seketika menciut.

"Mayat-mayat ini akan selalu berada di sini! Mereka akan mengusik kehidupanmu! Berharaplah untuk tetap mampu bertahan hidup, terutama jika buah hatimu sudah sadarkan diri."

Nyai Lie benar! Bagaimana jika Kyna dan Dama sadar dan melihat puluhan mayat mengerikan berada di dalam rumah? Yilya sangat yakin jika Kyna dan Dama pasti ketakutan.

"Nyai sangat licik!" seru Yilya berusaha melawan rasa takut.

"Untuk apa Nyai Lie melakukan hal ini? Saya kira Nyai Lie itu baik. Tapi, ternyata? Semua itu palsu!" lanjut Yilya meluapkan emosi.

"Ini balasan untukmu, Yilya! Kau berkhianat!"

"Saya sama sekali tidak melakukan pengkhianatan apapun! Saya tahu, Nyai Lie sama jahatnya seperti si pembunuh mayat-mayat ini!" Nyai Lie mengambil rekaman tua, kemudian memperlihatkan rekaman ketika Mas Arthur memenggal perempuan.

"Tidak perlu memperlihatkan rekaman tersebut, Nyai. Seperti yang pernah Nyai Lie katakan dulu, saya tidak akan mudah mempercayai makhluk lain," ujar Yilya sembari melontarkan senyum meremehkan.

"Mereka dapat memanfaatkan situasi, sama seperti Nyai! Hati-hati termakan perkataan sendiri."

"Dasar—"

"Siluman!" lanjut Ki Barjo menyelesaikan perkataan Nyai Lie.

Ki Barjo datang dengan tiba-tiba. Entah dirinya masuk dari pintu mana, yang pasti, rumah kumuh ini masih tertutup rapat. Bahkan, Yilya tidak dapat membayangkan bagaimana jika tetangga dan warga mengetahui perihal mayat yang ada dalam rumah ini.

"Sang pelindung datang, hahaha." Seketika Nyai Lie melontarkan tawa yang sangat mengerikan.

"Jaga mulutmu! Kau memang siluman!"

"Baik, baik!" seru Nyai Lie menganggukan kepala berulang kali.

"Lebih baik kau pergi sebelum aku menyuruh Ar—"

"Menyuruh Arthur untuk melenyapkanku?" Pertanyaan Nyai Lie membuat Yilya terkejut bukan main.

Apa maksud perkataan tersebut? Mengapa harus nama Mas Arthur yang Nyai Lie lontarkan?

"Jangan lancang! Kau mau terperangkap ke dalam lukisan itu lagi?" tanya Ki Barjo sembari menunjukan jemarinya ke arah lukisan penari yang tidak lain bahwa lukisan tersebut merupakan perangkap untuk Nyai Lie tempati.

Wajah Nyai Lie mendadak cemas. Ia merasa gelisah, terutama ketika Ki Barjo mengatakan hal tersebut. Nyai Lie sangat takut jika dirinya harus terus terkurung dalam lukisan tersebut karena selama ini, bertahun-tahun lamanya ia dikurung dalam lukisan penari tersebut karena kutukan yang dilakukan oleh Mas Arthur.

Bukan tanpa alasan Mas Arthur mengutuk Nyai Lie menjadi lukisan. Setelah Nyai Lie benar-benar terperangkap dalam lukisan itu, Mas Arthur membawa lukisan menuju ruang gelap. Keadaan sangat sepi. Lukisan Nyai Lie ditempatkan pada ruangan itu hingga puluhan tahun. Sampai akhirnya, Mas Arthur memberikan lukisan itu kepada Yilya setelah menikah. Mas Arthur mengetahui bahwa Yilya sangat menyukai lukisan penari.

Mayat Dalam Sumur (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang