16. KEJANGGALAN

72 14 22
                                    

16. KEJANGGALAN

"Jam berapa, Don?"

Doni yang sedang melahap rujak itu menaikkan sebelah alisnya menatap Jordan. "Lihat aja sendiri! Mager gue."

"Yaelah, Don. Ini nih, ciri-ciri madesu," kata Jordan kesal.

Mario menyahut, "Madesu? Apaan?"

"Masa depan suram," ketus Jordan lalu mengambil alih sepiring rujak yang mereka makan bersama-sama. Doni terperangah melihat makanan itu berpindah dikuasai Jordan.

"Rujak gue, Jordannn!" rengek Doni yang sama sekali tak Jordan hiraukan.

Di sela Jordan melahap makanan itu, ia memandang Gilang yang nampak santai memainkan ponselnya. "Lang, kata Galen, B ... B--apa sih, njir?! Kok gue lupa," decak cowok itu, jelas kelihatan susah untuk mengingat. Lalu, beberapa detik kemudian ia teringat akan nomor plat kendaraan yang Galen sebutkan tadi. "B-2813-NK. Nah itu," katanya.

Gilang mengernyitkan kening. "Terus?"

"Ya, lo cari, lah! Gak peka banget jadi temen," balas Jordan. Gilang pun terdiam. Sepertinya, ia merasa tak asing dengan nomor plat itu.

Hari semakin larut. Mereka masih sibuk menghabiskan makanan di Warung Mpok Diah. Karena letaknya yang berada dipinggir jalan, di malam minggu seperti ini, mereka lebih suka berada di sana sampai hampir pagi.

"Si bos kalo lagi gak mood kebiasaan suka ninggalin kita-kita." Tiba-tiba, Doni berkata demikian sambil menatap jalanan sepi berpenerangan lampu yang temaram itu dengan gamang.

Mendengar itu, si Mario langsung menatapnya horor. "Eh, si anjir! Lo gak lagi belok, kan, Don? Lo diem-diem gak lagi suka sama si Galen, kan? Kan, kan, kan?"

Doni mendelik kesal. Ia melempar kulit kacang ke arah Mario dengan sembarangan. "Sembarangan lo kalo ngomong. Ya, kagaklah! Gue itu cuma heran aja, biasanya malming kita seru. Ada kegiatan apa-apa, gak kaya malem ini. Malah ditinggalin si bos entah ke mana," kesalnya.

"Galen pacaran kali," sahut Gilang. Jordan, Mario, dan juga Doni langsung menatap cowok itu penuh tanya.

"Atas dasar apa lo bilang si Galen lagi pacaran? Emang dia punya pacar? Kapan jadiannya? Kok gue belum dapet PJ?" cerocos Mario sambil menggoyang-goyangkan bahu Gilang.

Cowok itu mendengus kesal karena Mario terus menyerangnya. "Apaan sih, Yo?! Temen lagi pacaran aja heboh."

"Demi marga perjombloan, gue gak rela si Galen taken duluan. Ya, kali. Seperti motto Dragon, satu terbakar semua hangus, maka harusnya satu jomblo semua juga ikut jomblo!" Mario berkata menggebu-gebu.

Dan di antara keempat cowok itu, Doni langsung terdiam. Ia teringat di mana waktu pelajaran olahraga hari itu, ia melihat kontak yang tertera di ponsel Galen, dengan nama my sun. Ia kembali menatap teman-temannya. "Iya. Galen emang udah punya pacar," katanya yakin.

***

Sejak malam minggu di mana Galen dan Naya kecelakaan oleh tabrakan yang di sengaja, kini cowok itu semakin sering muncul di hadapan Naya. Seperti hari ini, jam istirahat pertama pada hari Selasa, Galen menemui Naya di kantin. Jelas saja itu membuat perhatian teman-teman Galen, dan beberapa cewek primadona SMA Taruna terheran-heran dengan sikap Galen kepada Naya.

Naya memandang semangkuk mie di depannya dengan malas. Entah kenapa, akhir-akhir ini dia malas makan. Pikiran gadis itu tentu masih banyak pertanyaan yang menumpuk, yang jelas belum ia temui jawabannya. Kenapa akhir-akhir ini dia sering merasa diikuti oleh penguntit? Kenapa ada seseorang yang sengaja berusaha mencelakakannya? Dan, sedikit ia teringat, ada seorang berpakaian formal sering memperhatikannya diam-diam. Tentunya hanya satu pertanyaan singkatnya. Siapa mereka?

EPIPHANY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang