14. PERSETERUAN
Sejak malam itu, di mana Galen mengetahui bahwa Zen hanya memanfaatkan dirinya sebagai penunjang kekayaan, cowok itu jarang pulang ke rumah. Zen merasa frustasi ketika melihat cucunya itu pulang hanya sekedar untuk mengambil baju ganti saja. Ketika Zen bertanya kepada Aldo apakah Galen bersamanya, Aldo hanya menjawab'mana mungkin Galen mau tinggal sama aku, Ayah.'
Kini, pria tua itu tengah duduk di kursi ruang tengah. Saat mendengar suara pintu terbuka, ia mengalihkan fokusnya ke arah sana. "Malam ini kamu tidur di rumah aja, Galen," ujar Zen menatap penuh harap pada Galen.
"Enggak. Ntar Galen nyusahin Kakek, soalnya Galen belum bisa cari uang," balas Galen tanpa berniat membalas tatapan sang kakek.
"Dua hari terakhir ini kamu menginap di mana Galen? Kakek kira kamu sudah mau tinggal sama papa kamu." Zen berusaha untuk tetap tenang, agar Galen mempercayainya bahwa pria itu sudah melupakan ide gila tentang perjodohan secara paksa itu.
Galen yang hendak masuk ke kamarnya, langsung berhenti. "Tinggal sama papa? Galen aja selama ini mengira kalo cuma Kakek yang perhatian sama Galen, yang mau rawat Galen, yang bersedia memaklumi sikap Galen. Tapi, semenjak malam itu, susah, Kek. Susah buat percaya kalo alasan Kakek merawat Galen itu karena Kakek benar-benar sayang sama Galen."
"Kami semua sayang sama kamu, Galen. Mungkin kamu hanya merasa beda aja semenjak mama kamu enggak ada," kata Zen. "Malam ini tidur di rumah ya, Galen!"
"Maaf, Kek. Galen mau nenangin diri dulu.
Galen belum bisa percaya," lirih cowok itu lalu bergegas mengambil barang yang ia butuhkan. "Galen gak mau kalo Kakek bersikap seperti ini tapi ujung-ujungnya perjodohan itu tetap harus Galen jalani."Setelah Galen keluar dari rumah itu dan menutup pintu, Zen mengepalkan tangannya kuat. "Ini semua gara-gara gadis itu." Zen membuka ponselnya, dan segera menghubungi seseorang.
***
"Aku ingin, mempersuntingmuuu," Doni bernyanyi menggunakan suara asalnya beriringan dengan Mario. "Tuk yang pertama ... dan terakhir," lanjut cowok itu sembari fokus memainkan gitar di tangannya.
"Yoks," sahut Jordan memberi aba-aba untuk melanjutkan lirik selanjutnya.
"JANGAN KAU TELAT DAN BUATKU HANCUR! KU TAK AKAN MENGULANG TUK MEMINTA. SATU KEYAKINAN HATIKU INI," nyanyi mereka semakin mengeraskan volume suara.
"Aku lah yang terbaik untukmu." Kini, Jordan yang menutup lagunya dengan suara lembut dan penuh penghayatan.
Langit semakin gelap. Berhubung hari ini malam minggu, mereka bertiga menghabiskan waktunya dari sehabis pulang sekolah di Warjok. Menunggu Galen dan Gilang yang belum datang, Doni mengusap-usap perutnya.
"Kenapa, Don? Hamil lo?" tanya Jordan ketika ia melihat ekspresi lesu Doni.
"Sotoy lo! Gue laper, nih. Nungguin 2G gak dateng-dateng dari tadi," kata Doni.
Mario mengeryit. "2G?"
Dengan malas, Doni menggumam, "Gilang sama Galen maksud gue, tuh."
"Lah, kalo Gilang sama Galen 2G, lo 2D, dong?" tanya Mario meledek Doni.
"Dua dimensi maksudnya?" Jordan menanggapi. Dan Mario menyalahkan tebakannya.
"2D. Doni sama Donat," jelas Mario membuat Doni mendelik sebal. Sedangkan Jordan yang mendengarnya hanya terkekeh.
"Mpok Diah, yuhuuu!" Doni memanggil pemilik Warung itu dengan lantang. "Doni mau mie kuahnya ya? Satu, gak pake kuah," ujar Doni pada mpok Diah.
PLAK

KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY (End)
Fiksi Remaja_Berawal dari kesalahpahamanku, di antara kita terjadi sebuah temu. Kamu berhasil memupuskan segala mimpiku. Dan denganmu juga aku menemukan jawaban dari pertanyaan panjangku. Kamu adalah titik terangku._ ____________ Nauraya atau gadis yang dikenal...