20. DIPRIORITASKAN
"Dari mana kamu?"
Pertanyaan penuh nada emosi itu menusuk telinga Naya. Ia baru saja tiba di rumah setelah Galen mengantarkannya.
Naya melirik Agatha dengan tatapan takut. "Naya ... Naya tadi ada kerja tambahan, Bu," jawabnya. Sengaja ia berbohong demi kebaikan bersama.
Mendengarnya, Agatha langsung beranjak dari duduknya. Wanita paruh baya itu melempar majalah yang baru ia baca dengan kencang sampai menabrak sebuah vas kaca di dekat lemari. Naya tentu terkejut melihatnya. Agatha mendekati Naya. Bak seorang macam yang diusik ketenangannya, mata Agatha menggelap seiring tangannya yang mulai terkepal erat. Rasa takut Naya semakin besar. Gadis itu perlahan mundur seiring langkah Agatha yang mendekatinya.
"Bu ...," panggil Naya lirih. "Ada apa?" Raut wajah Agatha saat ini, sangat sulit Naya maknai. Biasanya, semarah apapun Agatha, ia tak semenyeramkan kali ini.
Naya tersentak ketika punggungnya sudah tak berjarak lagi dengan tembok. Ketika matanya tak sengaja melihat jam dinding, ia baru sadar bahwa Agatha marah karena ia tak pernah pulang lewat tengah malah setelah diterima kerja di kafe milik Daffa. "Maafin Naya, Bu. Tadi ... Naya ke-" Perkataan gadis itu terpotong kala Agatha tiba-tiba mengelus pelan pipi gadis itu. Darah Naya berdesir ketika tangan halus Agatha menyentuhnya. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca. Sudah sangat lama ia tak merasakan ini dan ia amat merindukannya.
"Bu ...," ujar Naya lirih. Agatha masih tak berekpresi. Tetapi, tangan wanita itu tetap menari-nari di pipi Naya. Dan ketika matanya melihat luka di pipi Naya, Agatha menyeringai. Apa yang dilakukan selanjutnya, membuat Naya terpekik sembari mengerang. Ya, Agatha menarik keras plaster luka yang menutupinya, lalu kukunya yang agak panjang itu dengan lihai ia cakarkan lagi di tempat yang sama.
Naya memandang Agatha dengan raut heran. Wanita di depannya ini, seperti bukan ibunya. "Ibu kenapa?"
"HAHAHAHAHA! Dasar anak bodoh!" ujar Agatha lalu mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi Naya. "Pembawa sial, enyah saja kamu dari dunia ini!" Lagi-lagi, Agatha menampar dari arah yang berbeda. Naya kalang-kabut menghindar ketika tangan Agatha berniat mencekiknya.
"Ibu kenapa? Hiks ...." Gadis itu menangis ketakutan. "Maafkan Naya, Bu. Naya pasti berusaha buat bahagiain Ibu. Jangan sakiti Naya, Bu," katanya ketika Agatha masih saja memangsa lehernya.
Luka yang masih basah itu semakin membuat Naya tersiksa. Apalagi, tindakan Alexa tadi juga berhasil membuat badannya yang kecil itu terasa remuk. Naya terus menghindar dari serangan Agatha. Ia berkali-kali mencoba menatap manik mata Agatha. Dalam hatinya, ia bertanya, apa yang sedang terjadi pada ibunya ini. Naya kini bersembunyi di balik meja, tetapi Agatha tetap menyusulnya. Wanita itu menarik kuat lengan Naya hingga membuat anak gadisnya keluar secara paksa sampai terbentur meja. Dengan napas yang memburu, Agatha mendorong Naya sampai gadis itu terbentur dinding. Naya hanya bisa diam dan menangis. Bahkan, untuk berteriak saja rasanya kelu. Badannya benar-benar sakit. Dan kini, Agatha malah menamparnya tiada henti. Lengan Naya pun sudah berdarah karena cengkeraman tangan dan kuku Agatha yang kuat. Gadis itu tertunduk, wajahnya tertutupi rambut yang sudah tak beraturan lagi. Darah segar di sudut bibir, pipi, dan hidungnya mulai merembes. Hasil cakar, tamparan, sampai pukulan, berhasil membuat muka Naya sangat miris untuk dipandang. Belum lagi, air mata gadis itu terus mengalir deras.
"Kalau ini yang bisa bikin Ibu puas, silahkan siksa Naya, Bu. Sakitin Naya sampai dendam Ibu merasa terbalas." Naya berujar lirih. Tenaganya semakin menipis. Setelah mendengar itu, bukannya tersadar, Agatha malah menampakkan seringaian iblis. Kedua tangannya kini memegang leher Naya, dan tanpa hitungan detik, ia langsung mencekik gadis itu. Napas Naya langsung tertahan, ia merasa oksigen di paru-parunya semakin menipis kala Agatha tak berniat melepasnya juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY (End)
Teen Fiction_Berawal dari kesalahpahamanku, di antara kita terjadi sebuah temu. Kamu berhasil memupuskan segala mimpiku. Dan denganmu juga aku menemukan jawaban dari pertanyaan panjangku. Kamu adalah titik terangku._ ____________ Nauraya atau gadis yang dikenal...