29. KEHILANGAN
Galen tertawa kecil sambil menoel-noel pipi gadis itu. "Nanya yang tinggal tanya aja kali," jawab Galen sembari merangkul gadis itu. Namun, Naya langsung melepasnya.
Naya menatap Galen dengan pandangan semu. "Sebenarnya, siapa Kak Lia?"
Galen terlihat menukikkan kedua alisnya. "Bukannya gue udah jelasin semuanya ke lo?" Naya mengangguk.
"Kak Galen pernah suka sama Kak Lia?" Mendengarnya, bibir Galen langsung terkatup.
Naya mengamati setiap pergerakan Galen yang terlihat kebingungan. Harusnya, kalau Galen sudah tidak ada rasa, maka cowok itu akan menjawab dengan tenang dan yakin. Tapi, yang Naya lihat justru seperti ini.
"Jujur aja sama Naya, Kak. Naya gak apa-apa."
"Ngapain lo tanya kaya gini? Masih ngeraguin perasaan gue?"
Naya menggeleng pelan. "Naya gak pernah ngeraguin perasaan Kakak. Naya cuma butuh penjelasan jujur dari Kakak."
"Udah gue bilang, kan? Kalo gue sama dia murni sahabatan," ujar Galen sedikit meninggi.
"Kenapa Kakak malah kelihatan kalo sedang berbohong?" Naya tersenyum. "Naya tau, Kak Galen udah nyatain perasaan ke Naya. Naya cuma mau, Kak Galen jujur dengan perasaan Kak Galen sendiri saat ini."
"Mau lo apa, Nay?" Galen memiringkan kepalanya. "Gue sukanya sama lo. Iya, gue sadar ini terlalu cepat. Dan gak mungkin banget kalo cowok kaya gue bisa jatuh cinta sama lo. Tapi perasaan gue jelas, Nay. Dia milih lo."
"Jadi, Kak Galen pernah suka beneran sama Kak Lia?" tanya Naya. Galen menghela napas. Entah kenapa, cowok itu terlihat sangat terganggu dengan pembahasan ini.
"Gue gak suka, lo ngajak ngobrol tentang ini, Nay."
"Naya cuma tanya aja, Kak." Gadis itu menggigiti bibir dalamnya. "Naya beneran takut kalo ... Kak Galen cuma jadiin Naya pelampiasan," kata gadis itu pelan.
Galen berdecih. "Ternyata, pikiran lo bener-bener gak bisa dewasa ya, Nay? Gue udah ceritain semuanya, gue udah jujur tentang perasaan gue, gue udah milih lo, dan terakhir ... gue gak mau lo ngungkit-ngungkit tentang masa lalu gue."
"Salah ya, kalo aku tau tentang masa lalu, Kakak? Lagian, Naya juga gak pengin tau semuanya kok. Hanya saja, Naya penasaran sama siapa Kak Lia itu. Aku takut kalo seandainya, dengan adanya aku di si-"
"CUKUP, NAY!" Galen membentak. Setelah itu, dering ponsel Galen membuat cowok itu bergegas mengangkatnya.
"Halo?"
"..."
"Apa? Oke, gue ke sana. Tunggu, jangan kemana-mana!" ujar Galen, gelisah.
Naya bingung melihat Galen kalang-kabut seperti ini. "Ada apa, Kak?" tanya Naya, sembari menahan pergelangan tangan Galen yang hendak pergi.
Galen melirik tangan Naya sekilas. Lalu, tanpa berkata apapun, ia menghempasnya kuat dan beranjak pergi.
"Kak, Naya ikut." Naya berlari mengejar Galen. "Kak, jangan tinggalin Naya di sini." Namun, semuanya sudah terlambat ketika motor besar Galen melesat dari pekarangan tempat ini.
Naya berdiri di ambang pintu dengan tatapan gamang. Galen sudah pergi, meninggalkannya sendiri di tempat ramai ini. Galen pergi dengan suasana hati yang buruk. Dan, Galen marah karena pertanyaannya tadi. Naya merasa matanya memanas. Setetes, dua tetes air matanya luruh. Ia memegang kepalanya dengan kedua tangan. Menyalahkan dirinya yang sudah bertanya macam-macam.
"Harusnya aku gak tanya kaya gitu," katanya lirih. Suaranya sudah tersendat-sendat. Sekarang, ia tidak tahu harus ke mana selain pulang.
"Nay," panggil seseorang di belakang Naya.
![](https://img.wattpad.com/cover/218272928-288-k50917.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY (End)
Teen Fiction_Berawal dari kesalahpahamanku, di antara kita terjadi sebuah temu. Kamu berhasil memupuskan segala mimpiku. Dan denganmu juga aku menemukan jawaban dari pertanyaan panjangku. Kamu adalah titik terangku._ ____________ Nauraya atau gadis yang dikenal...