6. PERTARUNGAN

95 14 12
                                        

6. PERTARUNGAN

Galen sedang duduk dengan kedua kaki terbuka. Matanya yang tajam terus memandang lurus ke depan. Membiarkan celotehan tak berfaedah teman-temannya menjadi pengiring malam yang sunyi ini.

"Hompimpa yang kalah hotspot-in gue!" Mario berkata seraya menarik ketiga temannya.

Gilang yang masih enak-enakan menyantap mie kuah buatan Mpok Diah juga diseret paksa oleh Mario. "Lepasin goblok! Mie gue hampir tumpah nih," dengusnya.

"Hampir kan? Masih belum juga," balas Mario. Cowok itu terus memaksa Doni dan Jordan juga. "Kalian hompimpa, yang kalah hotspot-in gue!" perintahnya yang membuat decakan keluar dari mulut ketiga temannya.

"Gak ada untungnya buat gue Yo!" kata Doni kesal. Merasa sayang dengan donatnya yang tinggal sesuap tadi harus terlempar jatuh karena ulah Mario yang menariknya paksa.

"Nyari untung aja lo mainnya," ujar Jordan menoyor kepala Mario.

"Jangan berani-berani nolak Sultan Mario!" kata Mario mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

Gilang lagi-lagi mendengus. "Ngomongnya sultan. Tapi masih aja porotin kuota internet temen," sindirnya.

"Pengin tak hihhh!" Mario merasa gemas. "Cepet-cepet! Hompimpa!" perintahnya lagi.

Tanpa membalas atau merespon, Gilang, Jordan, dan Doni langsung melengos pergi. Melepas paksa cekalan tangan Mario pada lengan masing-masing.

"HEH! SIAPA YANG SURUH KALIAN PERGI? JANGAN BANTAH SULTAN," teriak Mario yang tidak digubris oleh mereka.

"Sesungguhnya yang sabar gantengnya makin terpancar," ujar Mario memelankan suara sambil mengelus dada. Cowok itu memandang nanar ponselnya yang tergeletak di meja panjang warung Mpok Diah. Mungkin beberapa jam ke depan, kalau dia tidak segera pulang dan menyambung wi-fi, kata-kata bijak milik kembarannya tidak bisa ia baca.

Suara jangkrik-jangkrik saling bersahutan. Galen melirik sekilas pada teman-temannya yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ia merogoh ponselnya di saku celana. Berdecak malas ketika melihat deretan 20 lebih panggilan tak terjawab dari cewek bernama Nesya. Sebenarnya, Galen heran dengan gadis itu. Sudah tidak kurang-kurang Galen melontarkan kalimat menusuk. Tapi Nesya tetap Nesya. Cewek yang gigih mengejar cinta Galen setelah orang tuanya menjodohkan ia dengan cowok itu.

Beberapa saat kemudian, sebuah mobil berwarna merah memasuki pelataran Warung Mpok Diah. Mario, Jordan, Doni, dan Gilang menatap ke arahnya bersamaan. Berbeda dengan Galen. Cowok itu langsung berdiri dengan tangan terkepal.

"Ajegile, ayee-ayee!" Doni berseloroh ketika matanya menangkap sosok gadis cantik berpakaian sabrina itu turun dari mobil. Rambut sepinggang yang tergerai membuat pesonanya semakin terpancar.

"Mar, Marimar!" panggil Doni menepuk pundak Mario. Cowok yang sedang berekspresi sama seperti Doni itu hanya menggumam.

Doni melirik Mario sekilas. Rupanya, temannya ini juga sedang terpesona. Ah cewek cantik...

"Kedip woy! Kedip!" sindir Doni. Tak sadar kalau tadi ia juga melakukan hal yang sama.

"Mario, kata-kata bijak," ucap Jordan seketika. Mario terkesiap, ia langsung berformasi hormat.

Mario berdehem singkat. "Besok hari Minggu. Setiap detik yang berlalu membuat pikiranku menggebu. Menyesali hari sebelumnya di mana aku belum menyadari ada gadis secantik dirimu, wahai bidadariku." Cowok itu mengedipkan sebelah matanya.

"ASEKKK!" Doni berseru.

Cewek yang sedari tadi menatap mereka berempat secara bergantian, hanya menampilkan ekspresi ngeri. Mungkin dia sedang membayangkan digoda para waria lampu merah.

EPIPHANY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang