28. KEBERSAMAAN
Hari ini, tepat dua minggu setelah malam di mana Galen menyatakan perasaannya pada Naya, merayakan hari ulang tahun Naya, dan membuat Nesya tak lagi berani mengganggunya.
"Selamat pagi pac-"
"Diam!" Naya menatap Galen sinis. Kedua tangannya sibuk mengikat rambut. Naya masih berada di depan loker. Usai mengganti seragamnya dengan kaos olahraga, kini gadis itu tengah merapikan isi lokernya.
Galen bersandar di samping pintu. Tangannya bersedekap dada, bersama pandangan mata yang tak teralih sedikit pun dari Naya.
"Iya, iya. Yang baru 17 tahun udah ngerasa gede. Udah berani bentak-bentak kakak kelasnya," cibir Galen. Cowok itu menatap ke arah luar. Masih banyak murid yang berlalu-lalang karena jam masuk akan berbunyi 10 menit yang akan datang.
Naya nampak grusa-grusu melipat seragamnya. Hingga pada pergerakan selanjutnya, sebuah lipatan kertas kecil jatuh di hadapannya. Naya segera membuka benda itu. Ia memejamkan mata sejenak saat teringat kertas kecil ini adalah surat dari Daffa beberapa bulan yang lalu. Surat yang menyatakan keyakinan bahwa seorang Nauraya akan bahagia suatu saat nanti. Dan benar, hari ini Naya tengah merasakan semuanya.
Makasih, Daf. Semoga kamu bisa ketemu seseorang yang lebih baik dari aku. Yang bisa bales perasaan kamu.
"Heh, lo kenapa sih, pet?"
Suara itu menghentikan pemikiran panjang Naya. Gadis itu mengernyit menatap Galen."Pet? Siapa?"
Galen tertawa sejenak. "Petite. Lucu juga lo gue panggil gitu."
Naya berbalik sebentar untuk menutup loker. "Kenapa harus Petite?"
"Karena lo pendek, kecil, ya pas lah," jawab Galen tanpa rasa berdosa.
"Bodo!" Setelah mengucap itu, Naya melengos pergi. Tidak tahu kenapa, mood-nya sangat terganggu karena Galen dari pagi sudah mengganggunya.
Galen menggelengkan kepala heran. Ia dibuat tertawa melihat tingkah Naya yang jauh berbeda setiap harinya. Setiap langkah kaki cepat gadis itu, membuat rambutnya yang dikuncir bergoyang. Dan Galen hanya bisa memandangnya gemas dari sini.
Melihat Naya mulai menghilang ditelan jarak, cowok itu memilih menyusulnya. Galen sendiri sudah siap dengan kaos olahraga yang melekat di tubuhnya karena mata pelajaran olahraga mereka berada di jam yang sama.
***
Lina yang sudah berada di lapangan, melambaikan tangannya ke arah Naya yang masih berlari kecil di lorong. Skateboard milik Lina tersandar di pagar lapangan. Melihatnya, membuat Naya kembali teringat kejadian waktu itu. Di mana waktu itu, menjadi yang pertama kalinya seorang Galen memperhatikan Naya secara terang-terangan.
Naya segera menghampiri Lina. Senyumnya kian melebar melihat temannya yang lain sudah berbaris di sana untuk persiapan pemanasan. Di ujung barat sisi lapangan, kelas 12 pun juga sudah berbaris. Naya mengernyit kala di dalam barisan sana ia tidak menemukan Galen. Naya celingukan, mencoba menajamkan pandangannya untuk mencari cowok itu.
"Ekhm! Nyari apa hayo," ujar seseorang di belakang Naya.
Gadis itu secepat kilat menoleh hingga rambutnya terhempas bak iklan sampo di TV. Namun, bedanya ini sama sekali tanpa slow-motion yang membuat mata Galen menjadi korbannya. "Ash!" Galen memejamkan matanya.
"Eh, Kak Galen?" Naya buru-buru ikut memegang tangan Galen yang menutupi mata. "Ya ampun, maaf. Kak Galen, sih! Ngapain juga tiba-tiba nongol di belakang Naya?" omel gadis itu.
Galen meringis. Ia masih mengucek matanya yang terasa perih. "Yang salah siapa, yang dimarahin siapa," cibir Galen mendengus kesal.
Naya berdecak. "Nay, kan udah minta maaf tadi," katanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY (End)
Novela Juvenil_Berawal dari kesalahpahamanku, di antara kita terjadi sebuah temu. Kamu berhasil memupuskan segala mimpiku. Dan denganmu juga aku menemukan jawaban dari pertanyaan panjangku. Kamu adalah titik terangku._ ____________ Nauraya atau gadis yang dikenal...