7. PERHATIAN

76 14 4
                                    

7. PERHATIAN

Suasana begitu mencekam ketika Galen terdiam setelah mengerang. Lelaki bersorot mata tajam itu melirik Satya yang sedang menyeringai puas karena berhasil membuatnya tumbang. Galen mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang tengah berdiri menatapnya khawatir.

Galen tidak mau membuang waktu hanya untuk meladeni perempuan yang begitu beraninya berteriak menghentikan kegiatannya. Yang membuat Galen lebih muak lagi adalah ketika menyadari semua itu terjadi di depan musuhnya.

"Jadi itu, cewek lo?" Satya berujar dengan nada mengejek. "Sepertinya ketua Dragon udah layak diganti," katanya lagi.

Mendengar itu, Galen memberi isyarat kepada Jordan lewat pandangannya. Mengerti akan apa yang diperintah Galen, Jordan segera menarik paksa dua gadis itu keluar dari ruangan.

Galen sempat melihat Naya meronta. Namun kali ini, ia harus fokus terlebih dahulu pada sang lawan. Galen langsung saja membalas bogeman pada dagu Satya. Melangkah maju, dan segera mengunci pergerakan tangan Satya. Dengan sisa-sisa tenaganya, Galen membanting tubuh kekar Satya. Senyum iblisnya terulas. Masih ada sisa waktu, Galen kembali membabi buta menyerang Satya yang sudah terkapar di atas matras.

Ting!

"Thanks tantangannya dan selamat, lo, kalah!" Sebelum meninggalkan Satya, Galen masih saja menendang kaki cowok itu. Seperti belum ada kepuasaan dalam dirinya.

***

Naya dan Lina terus meronta ketika Jordan menarik paksa mereka. "Kak, lepasin!" pinta Naya dengan napas terengah-engah.

Jordan tidak menjawab. Ia sungguh jengkel melihat dua cewek dari kalangan adik kelas itu datang tanpa diundang ke tempat seperti ini.

"KAK, GUE DOAIN JOMBLO SEUMUR HIDUP TAU RASA!" murka Lina.

Jordan mendelik menatap mereka sekilas. "Lidah lo minta dipotong?" tanyanya pada Lina sarkastik.

"Ya enggak, lah! Kasian ntar gue gak bisa ngomong," tukas Lina cepat.

"Makanya jangan berisik!"

Jordan membawa Naya dan Lina ke luar. Sampai di tepi jalan, ia dengan tega mendorong kasar kedua cewek itu. "KALIAN NGAPAIN KE SINI, HAH?!"

Naya terjingkat begitu juga dengan Lina. "Biasa aja kali, Kak. Gak usah nyolot gitu," ucap Lina menghardik Jordan.

Jordan mengusap dagunya sembari berkacak pinggang. "Gimana gue gak nyolot, hah? Kalian itu tikus gak diundang yang beraninya dateng ke tempat ini."

"Emangnya kenapa, Kak? Gak boleh? Ini tempat umum kan? Berarti bebas dong," balas Lina mendelik kesal.

Naya menatap keduanya bingung. Ia tidak tahu kalau datang ke tempat ini akan membawa masalah seperti sekarang. Dia jadi pusing. Andai saja tadi ia tidak ikut Lina. Pasti tidak akan seperti ini.

"Lo bilang bebas? Iya, bebas? Asal lo tau ya.  Tengah malem kaya gini, tempat ini bahaya buat cewek udik macem lo. Apa lo gak lihat, di sini cuma ada cowok semua?"  Jordan merendahkan nada bicara, namun tak menghilangkan aura tegasnya.

Lina mengerutkan kening. Dia jadi bingung dengan pikirnya sendiri. Sebucin ini kah gue ke Kak Doni? pikir Lina ketika ia menyadari alasannya berani untuk ke tempat ini adalah untuk menemui cowok itu.

Naya menggaruk pipi ketika nyamuk nakal dengan tak sopan menggigitnya. Di tengah ia menatap Lina dan Jordan yang terus beradu mulut, seseorang menariknya kasar. Naya sempat terpekik, namun tangan besar yang ia yakini milik seorang lelaki itu membekapnya.

"Siapa yang suruh lo ke sini?" Suara yang begitu menusuk telinga itu membuat Naya bergetar. Ketika matanya terbuka, ia melihat sekelilingnya itu seperti bagian belakang bangunan. Gelap, penuh semak-semak belukar, dan sepi.

EPIPHANY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang